PELATIHAN DASAR KONSERVASI: MASYARAKAT SORONG SELATAN MENANTI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
“Kira-kira apa itu arti dari lestari?” tanya Gulam Arafat, Staf Teknis dari Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (PSPL) Sorong yang sedang membawakan materi tentang ekosistem laut di Pelatihan Dasar-Dasar Konservasi Sorong Selatan (31/10).
“Lestari itu, kakek saya lihat mangewang salib (Hiu Martil), bapak saya lihat, saya lihat, anak-cucu saya lihat. Lestari itu, kita tebang satu mangi-mangi (mangrove), lalu kita tanam kembali 10” lanjut Gulam saat memberikan contoh sederhana dari konsep konservasi.
Pelatihan yang diadakan oleh WWF-Indonesia sebagai mitra pelaksana dari Proyek USAID Sustainable Ecosystems Advanced (USAID SEA) ini, dihadiri oleh 30 peserta perwakilan tokoh masyarakat dari desa-desa di Sorong Selatan. Para peserta inilah yang akan membawa dan membagikan ilmu konservasi ke masyarakat di desa asalnya. Selain materi ekosistem yang dibawakan oleh Gulam, ada juga materi lainnya yaitu, Sistem Zonasi oleh Hendrik Sombo dari Loka PSPL Sorong, materi Perikanan Berkelanjutan oleh Christovel Rotinsulu dari SEA Project dan materi Peran Masyarakat Adat dalam Pembentukan Kawasan Konservasi oleh Junita Manuputty dari Starling Resource.
Materi yang disampaikan dalam pelatihan ini menggunakan berbagai macam metode. Salah satunya lewat permainan konservasi dan diskusi kelompok. Metode permainan konservasi sangat efektif untuk mengajak peserta melakukan simulasi studi kasus permasalahan yang dapat terjadi di perairan Sorong Selatan.
Permainan konservasi di materi perikanan berkelanjutan adalah permainan yang paling diminati oleh para peserta. Karena dalam permainan ini, panitia menyediakan peta wilayah Sorong Selatan berukuran 3x1,5 meter, gambar ikan tangkapan beserta alat tangkapnya. Sehingga peserta dapat melakukansimulasi penangkapan ikan dengan berbagai contoh alat penangkapan seperti pancing dan trawl. Selama simulasi penangkapan ikan tersebut, panitia memberikan studi kasus seperti durasi penangkapan, ada-tidak adanya sistem zonasi dan proses rekrutmen ikan.
“Jadi zona inti itu akan menjadi tabungan hasil-hasil tangkap untuk masa depan. Jika banyak ikan yang berkembang biak di dalam zona inti, tidak mungkin ikan tersebut berdesak-desakan di satu area saja, pasti dia akan keluar menuju zona yang lebih luas dan kita bisa tangkap ikan hasil dari zona inti. Inilah pentingnya ada aturan zonasi di wilayah Sorong Selatan. Saya jadi lebih mengerti setelah melakukan simulasi ini.” sahut Laurens Segetmena, Kepala Suku Yaben, mencoba memberi tanggapan usai melakukan simulasi.