PANTAI PENYU PANGUMBAHAN MENUJU EKOWISATA BERBASIS KONSERVASI
Oleh: Ciptanti Putri
Sebagai salah satu wilayah peneluran Penyu Hijau di Sukabumi Selatan, Pantai Pangumbahan menghadapi sejumlah tantangan dalam mewujudkan sebuah kawasan ekowisata berbasis konservasi. Di antaranya, belum maksimalnya program-program pemberdayaan masyarakat yang bervisi ekowisata serta program-program pengembangan dan pengelolaan kawasan konservasi penyu yang merupakan aset daerah dan daya tarik utama bagi wisatawan.
“Kami mencanangkan sebuah target bahwa keberadaan penyu akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan melalui kegiatan ekowisata yang dipadu dengan upaya pelestarian spesies langka tersebut,” jelas Ahman, Kepala UPTD Konservasi Penyu Pangumbahan, Ciracap, Sukabumi Selatan. Pada 2012—saat pertama kali ia ditempatkan di sana, angka pendaratan penyu untuk bertelur di Pesisir Pangumbahan sedang menurun drastis; hanya 700-an pendaratan atau sekitar 125 ekor.
Hal tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi Ahman yang mengaku tidak memiliki latar belakang keilmuan tentang konservasi penyu ini. “Saya sedikit-sedikit masuk dan berdialog dengan masyarakat dan para penggiat konservasi penyu. Dari interaksi intensif selama tiga bulan itu, saya melihat dua keterikatan mutual antara penyu dan masyarakat. Kalau masyarakatnya tidak sejahtera, mereka akan menyerang. Kalau sudah begitu, penyunya mati. Tidak ada penyu, masyarakat tidak memiliki aset lokal dan kehilangan jati diri.”
Ahman mulai bergerak. Ia menggandeng semua pihak untuk bekerja sama. Langkahnya diawali dengan kemitraan dengan Kelompok Konservasi Penyu Sukabumi (KKPS), sebuah LSM lokal yang peduli pada konservasi penyu. “Setelah suksesi terhadap pejabat terdahulu yang melakukan penyalahgunaan wewenang, saya mengemban aspirasi masyarakat Pangumbahan untuk mengembalikan penyu ke konservasi. Bersama KKPS, kami membangun dari sisi pemberdayaan masyarakat dan dari sisi penyu serta habitatnya,” tutur Ahman. Lahirlah berbagai program, di antaranya adopsi penyu dan adopsi pohon.
Kerja keras Ahman dan KPPS berbuah manis. Pada 2013 total pendaratan penyu mengalami kenaikan drastis hingga 5017 kali. Program adopsi penyu mendapat sambutan yang baik dari masyarakat dan korporasi sehingga memberi tambahan dana bagi program pemberdayaan masyarakat. “Kami membentuk kelompok pengelolaan sampah. Walaupun belum berjalan, kami sudah mengirim tiga orang perwakilan untuk mengikuti pelatihan dari BLH di Jogjakarta. Dana dari program pengelolaan sampah sementara kami gunakan untuk melatih kaum ibu di sini dalam usaha pengolahan ikan menjadi otak-otak, bekerja sama dengan P2HP. Usaha otak-otak ini menjadi persiapan ekowisata. Buah tangan bagi wisatawan yang datang ke Pantai Pangumbahan kelak tidak lagi telur atau produk berbahan penyu, tetapi otak-otak yang lezat,” Ahman menjelaskan.
Dengan konsep yang jelas dan berpihak kepada masyarakat, hampir seluruh program yang dijalankan Ahman menuai kesuksesan. Jumlah organisasi yang menjadi mitra pun bertambah, salah satunya WWF-Indonesia. “Kami banyak berdialog dan menerima masukan serta bimbingan dari WWF dalam implementasi program konservasi penyu sehingga UPTD kami menjadi percontohan terbaik se-Indonesia untuk Penyu Hijau pada 2013. Kemudian, dari Coral Triangle regional yang beranggota Malaysia, Philipina, dan Indonesia, kami juga mendapat penghargaan. Dengan mediasi WWF-Indonesia, teman-teman dari Sabang (Aceh) pernah belajar ke sini.”
Kerja sama UPTD Konservasi Penyu Pangumbahan dan KKPS dengan WWF-Indonesia terus berlanjut. Dalam waktu dekat ketiga pihak ini akan menjalankan program reforestasi kawasan hutan penyangga, sebuah area konservasi yang melindungi wilayah peneluran penyu dari berbagai ancaman selain menjadi daya dukung alamiah bagi daerah pesisir. Telah dialokasikan lahan seluas 10 hektare yang siap ditanami beragam vegetasi asli, antara lain Ketapang Laut, Kepuh, Pandan Laut, dan Nyamplung. Pembibitan dan penanaman vegetasi tersebut dilakukan oleh KPPS dibantu masyarakat setempat.
“Semua yang telah kami capai barulah proses menuju apa yang kami tuju, sesuai dengan visi Kementrian Kelautan dan Perikanan RI. Kami akan terus bekerja guna mewujudkan mimpi agar keberadaan penyu di sini mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan melalui ekowisata dan upaya-upaya pelestariannya,” tutup Ahman.
Saat ini BCA telah berkomitmen untuk menghijaukan separuh lahan hutan penyangga Pantai Pangumbahan lewat program NEWTrees, sementara sisanya disediakan bagi khalayak umum yang ingin berkontribusi lewat program My Baby Tree. Target vegetasi yang ditanam di lahan seluas 5 hektare tersebut adalah 2.000 pohon.
Dukungan masyarakat sangat dibutuhkan dalam upaya mewujudkan target ekowisata berbasis konservasi yang dicanangkan Kepala UPTD Konservasi Penyu Pangumbahan. Bergabunglah dalam program My Baby Tree di Pantai Penyu Pangumbahan dengan mengakses tautan http://mybabytree.org, dan jadikan Pantai Pangumbahan sebagai tempat peneluran ideal bagi Penyu Hijau.