PANDA MOBILE BATCH 3: MEMULAI PERJALANAN YANG AKU IMPIKAN
Aku seperti terhubung dengan kegiatan alam sejak masih kecil, sejak main tupai pohon di halaman besar sekolah, sejak menjalani survival learning camp di kelas 3 sd, sejak jadi bahan tertawaan saat pulang sekolah jalan kaki karena menggunakan tas hasil daur ulang dari karung beras.
Memori-memori ini berkumpul jadi satu dan secara tidak sadar berhasil memupuk kecintaanku terhadap kegiatan dan isu mengenai lingkungan. Kegiatan alam seakan jadi kutub magnet utara yang menarik diriku si kutub magnet selatan untuk belajar dan mengenal dirinya secara jauh dan utuh. Itulah mengapa Konservasi Hutan IPB menjadi jurusan utama tujuanku berkuliah. Sayangnya, bahkan sampai dua kali mengikuti UTBK, aku gagal lolos menjadi mahasiswa di jurusan ini.
Dilain sisi, kecintaanku terhadap dunia kepenulisan membuat aku sedikit banyak melupakan mimpiku ini, Aku tenggelam dalam perkuliahan jurnalistik yang tidak kalah menyenangkan. Namun mau bagaimanapun, ketertarikan mempelajari konservasi alam sudah jadi bagian dari diriku. Hal inilah yang membuat aku mengikuti Instagram beberapa NGO yang berfokus pada isu lingkungan, salah satunya WWF-Indonesia.
Postingan mengenai open recruitment tim Panda Mobile Batch 3 mampir di timeline instagramku. Jarang memegang anak kecil atau berperan sebagai edukator, bukan orang yang terbiasa melakukan public speaking, dan tidak punya backgrond pendidikan dari disiplin keilmuan lingkungan, Aku merasa Aku bukan orang dengan kualifikasi yang tepat untuk jadi fasilitator edukasi konservasi. Namun, ketertarikanku dan keinginanku untuk belajar lebih jauh membuatku segera mendaftar, mengikuti tahapan wawancara, hingga akhirnya dinyatakan lolos.
Menyenangkan sekali melihat namaku tertera diantara 34 anak lain yang juga diterima. Sebagai pembekalan, kami sebagai volunteer baru mendapatkan pelatihan super insightful dan menyenangkan selama dua hari untuk bekal saat nantinya harus terjun langsung ke lapangan.
Pada hari pertama Kakak-kakak volunteer batch sebelumnya bersama Mba Dwi menyambut kami dengan melakukan senam pagi dan ice breaking. Setelah itu Mba Dwi memberikan gambaran mengenai salah satu fokus program WWF-Indonesia saat ini Yakni Plastic Smart Cities. Plastic Smart Cities yang juga merupakan fokus kegiatan Panda Mobile yang bertujuan mengajak masyarakat mengurangi penggunaan plastik terutama di beberapa kota besar. Lewat program ini harapannya jumlah sampah plastik yang sampai ke sungai dan laut bisa diminimalisir. Oleh
karena itu, program ini difokuskan di 3 kota besar yakni Jakarta, Depok, dan Bogor yang dilewati oleh aliran Sungai Ciliwung.
Sebagai bekal menjadi fasilitator, kami kemudian diajak Paman Gerry, seorang pendongeng untuk berimajinasi dan memahami konsep dasar public speaking dan story telling. Paman Gerry mengajak kami belajar bagaimana mengenal audience, menarik perhatian audience, dan mengajarkan teknik apa yang sebaiknya kami kuasai agar dapat menyampaikan dan memengaruhi penerima pesan dengan baik.
Karena tim Panda Mobile akan lebih sering menghadapi anak-anak, kami diberikan kesempatan mengikuti sesi dari Mindtastic. Kak Nisa dan Kak Anin selaku fasilitator dari Mindtastic, yang sempat menjadi pengajar muda mengajak kami berdiskusi mengenai bagaimana sosok guru yang didambakan murid, dan bagaimana sosok guru yang tidak diharapkan. Kak Nisa dalam sesi tersebut juga memberikan penjelasan mengenai Amigdala yang dapat memengaruhi proses belajar anak, teknik memorizing anak yang berbeda, serta memberikan banyak saran mengenai bagaimana kita harusnya memberikan instruksi kepada anak-anak sehingga mereka bisa tetap fokus dan menangkap informasi yang disampaikan dengan utuh.
Pada sesi terakhir, tim WWF-Indonesia menghadirkan Kak Romie dari Huma Rumil yang mengajak kami mengekspresikan perasaan lewat coretan abstrak di atas barang bekas pakai. Kardus dan ranting yang biasanya berakhir di tempat sampah kali ini kami ubah menjadi alat peraga berupa wayang dan bingkai foto.
Pada pelatihan volunteer Panda Mobile hari kedua, kami diajak berkenalan lebih jauh dengan WWF- Indonesia dan Panda Mobile. Panda Mobile yang ternyata sudah ada sejak tahun 2010 ini merupakan truk milik WWF Indonesia yang saat ini digunakan sebagai sarana edukasi konservasi yang menyenangkan.
Setelah itu, kami melakukan sesi presentasi hasil diskusi di hari pertama. Namun, bukan sekedar presentasi biasa, kami diminta untuk mengimplementasikan ilmu mengenai public speaking, story telling, serta pendekatan kepada anak-anak yang telah kami pelajari selama dua hari terakhir ini. Kalau boleh jujur, energiku sempat terkuras pada sesi presentasi. Rasanya super exhausted saat harus bercerita dengan berbagai intonasi suara kemudian berpikir cepat mengenai jalan cerita yang akan disampaikan. Namun, wajarnya proses belajar, walau hasilnya belum maksimal, Aku mencoba melatih kemampuan presentasi ini dari ilmu yang telah para mentor sampaikan.
Di hari kedua kami juga berkenalan dengan berbagai alat yang biasa digunakan tim Panda Mobile untuk melakukan edukasi konservasi, diantaranya adalah mainan semacam engklek dan board game berjudul Plastic Ranger. Acara kemudian ditutup dengan sesi sharing dari kakak-kakak Panda Mobile batch sebelumhya.
Seperti ucapan Pandji, Aku yakin bahwa mimpi atau ketertarikan itu tidak bisa dibunuh. Mungkin ketertarikanku mengenai isu lingkungan tidak sempat aku pelajari di bangku sekolah formal. Tapi, banyak jalan menuju Roma. Salah satu sarana yang bisa aku gunakan untuk belajar lebih jauh mengenai isu ini adalah menjadi bagian dari Panda Mobile.
Harapannya di sini, Aku bisa mengembangkan kemampuan komunikasi dengan orang lain sehingga tidak hanya bisa menyampaikan pesan namun juga memengaruhi keputusan orang lain untuk menimbulkan kesadaran kolektif mengenai pentingnya menjaga lingkungan.