OJK DAN WWF-INDONESIA MENINGKATKAN PENGETAHUAN PRINSIP-PRINSIP GHG BAGI BANK-BANK DOMESTIK
Lebih dari 100 bank berpartisipasi dalam putaran pertama pengembangan kapasitas dan bantuan teknis
Dunia sedang mengalami dampak buruk dari pemanasan global. Naiknya permukaan air laut, kemarau panjang, dan seringnya terjadi gagal panen merupakan tanda-tanda masa depan yang suram jika kita gagal dalam upaya membendung kenaikan suhu.
Memastikan suhu global tidak naik lebih dari 1,5°C adalah hal yang sangat penting. Pencapaian tujuan iklim tidak hanya bergantung pada pemerintah, lembaga pembangunan, atau organisasi masyarakat sipil, tetapi membutuhkan kontribusi aktif dari semua pemangku kepentingan.
"Kegagalan untuk segera mengurangi emisi dan memenuhi target Perjanjian Paris, termasuk mencapai net-zero, berisiko menyebabkan suhu global melebihi ambang batas 1,5°C. Laporan terbaru dari Program Lingkungan PBB memperingatkan bahwa kita masih akan mengalami kenaikan suhu sebesar 1,8°C atau bahkan lebih tinggi lagi jika kita tidak menyelaraskan ambisi dan tindakan kita dengan Perjanjian Paris," ujar Dewi Rizki, Chief Conservation Officer (CCO), WWF-Indonesia.
Sekaranglah saatnya untuk berbicara dan melakukan tindakan nyata untuk mengurangi pemanasan global. Industri keuangan, roda penggerak penting yang membuat roda ekonomi global berputar, juga perlu meningkatkan taruhannya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bekerja sama dengan WWF-Indonesia mengadakan serangkaian acara peningkatan kapasitas dan bantuan teknis untuk membantu perbankan dalam perjalanan mereka mencapai target nol emisi. Di dalam acara yang berjudul ‘Supporting Indonesia’s Transition Plan Towards Net-Zero Target’', OJK bersama WWF-Indonesia berupaya untuk membahas, antara lain, uji coba iklim dan penghitungan emisi gas rumah kaca untuk bank.
"Program ini dirancang untuk melengkapi pedoman Climate Risk Management and Scenario Analysis (CRMS) yang telah diterbitkan pada bulan Maret lalu. Melalui serangkaian pengembangan kapasitas, diharapkan dapat membantu bank dalam menavigasi tindakan-tindakan selanjutnya dari stress test iklim dan analisis skenario yang harus dilakukan oleh bank," jelas Uli Agustina, Direktur OJK.
Tahap pertama dari program ini, yang diselenggarakan dari tanggal 28 Februari hingga 1 Maret, disampaikan kepada 228 perwakilan dari 105 bank domestik mengenai dasar-dasar Akuntansi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) untuk Lingkup 1 dan 2.
"Kemampuan bank untuk mengukur baseline emisi mereka sangat penting dalam membangun strategi mereka untuk mengelola risiko iklim dengan lebih baik, menangkap peluang bisnis, dan memastikan bahwa operasi mereka dapat bertahan di masa depan," tambah Rizkia Sari Yudawinata, Sustainable Finance Lead, WWF-Indonesia.
Hal-hal penting yang dapat diambil dari program ini adalah sebagai berikut:
- Beberapa bank besar telah memulai penghitungan GRK, dengan beberapa berfokus pada emisi operasional mereka dan beberapa memperluas upaya mereka untuk memasukkan emisi yang dibiayai sebelum berpartisipasi dalam program peningkatan kapasitas. Pentingnya penyelarasan pengetahuan antara regulator dan lembaga keuangan digarisbawahi selama diskusi.
- Para pejabat bank memperoleh wawasan yang berharga mengenai praktik akuntansi GRK, terutama dalam mengidentifikasi batas emisi dan menghitung emisi dalam batas-batas tersebut.
- Meskipun ada kemajuan, ada beberapa bank yang masih belum menyadari urgensi pelaporan GRK.
Dalam waktu dekat, OJK bersama WWF-Indonesia berencana untuk mengadakan lebih banyak lagi peningkatan kapasitas untuk mendukung sektor perbankan Indonesia dalam transisi menuju net zero dan membantu memacu upaya bersama dalam mencapai tujuan iklim Indonesia.