OHOIDERTOM JADI PUSAT PENGEMBANGAN LOLA BERBASIS MASYARAKAT
Oleh: Sy. Y. Hadinata (Marine Spesies Assistant) dan Rizal (Community Right Based Management Officer) WWF Indonesia – Inner Banda Arc Subseascape
Penyebaran lola (Trochus niloticus) yang terkonsentrasi di perairan Maluku Tenggara, Maluku Utara dan Maluku Tengah, merupakan salah satu sumber daya laut yang memiliki potensi besar. Sebaran lola paling tinggi kepadatannya dapat ditemukan di Pulau Kei Besar (Arafin, 1993). Lola yang memiliki potensi ekonomis cukup tinggi dengan cangkang lapis mutiara bermutu tinggi kini mengalami eksploitasi berlebih sehingga menyebabkan populasi lola menurun drastis. Secara ekologis, lola memiliki fungsi sebagai herbivora yang mengontrol makro alga sebagai makanannya. Hal ini tentunya mendorong peneliti untuk melakukan berbagai penelitian dalam rangka upaya budi daya lola di Indonesia. Upaya tersebut telah dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia salah satunya di Maluku Tenggara yang tidak hanya di Kei Besar namun juga di Kei Kecil khususnya di desa atau ohoi Ohoidertom.
Sebagai Desa dampingan WWF-Indonesia – Inner Banda Arc Subseascape, ohoi Ohoidertom dibantu WWF-Indonesia dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dengan Analisis Mata Pencaharian Berkelanjutan (Sustainable Livelihood Assesment) dengan salah satu metode yaitu analisis kelembagaan. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa Loka Konservasi Biota Laut Tual Lembaga Pengetahuan Indonesia (LIPI) ditunjuk sebagai kelembagaan yang potensial membantu Ohoidertom dalam pelestarian dan budi daya. Setelah dilakukannya sasi kawasan di ohoi Ohoidertom, Loka Konservasi Biota Laut Tual LIPI melakukan Riset Studi Kelayakan Habitat Lola dan Teripang bersama masyarakat. Kemudian hasil riset menunjukkan habitat di Ohoidertom cocok untuk perkembangbiakan lola dan teripang. Masyarakat Ohoidertom dan Loka Konservasi Biota Laut Tual LIPI akhirnya berkomitmen untuk bersinergi melakukan penelitian dan budi daya lola dengan melibatkan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Maluku Tenggara (Balitbang Malra).
Untuk komoditas sumber daya Laut Ohoidertom belum melakukan budidaya, sumber daya laut biasanya dilindungi dengan sistem sasi sampai akhirnya bertemu dengan Loka Konservasi Biota Laut Tual Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendorong restocking lola, proses dimulai dengan penelitian lokasi, pelatihan pengembangbiakan lola, penebaran benih dilaut (sebagian di dalam keramba untuk pengamatan) yang kemudian akan ditindaklanjuti dengan pengatan tingkat kehidupan dan pertumbuhan lola tersebut serta dilindungi dengan sistem sasi sampai usia panen.
Langkah awal dalam melakukan pemijahan lola, Loka Konservasi Biota Laut Tual LIPI menyelenggarakan Pelatihan Budi Daya Lola bagi masyarakat ohoi Ohoidertom yang juga melibatkan ohoi-ohoi sekitarnya, di antaranya Ohoijang, Dunwahan, Elar, Sather, Ohoirenan dan Har, pada 31 Oktober kemarin. Kemudian pada tanggal 4 November dilakukan restocking lola dengan menebar 2000 benih di pesisir Ohoidertom dan sebagian lagi di dalam keramba untuk mengetahui pertumbuhan dan ketahanannya. Dalam proses menebar benih, masyarakat ohoi Ohoidertom melakukan upacara adat dan pemanjatan doa yang dipimpin oleh tetua adat. Turut hadir pula Bupati Maluku Tenggara yang diwakili Asisten III, Kepala Balitbang Malra, Kepala Bappeda, Kepala Diskan Malra, Kepala ohoi Madwaer, Somlain, Ohoiren, Maar, Yatvav, Uf dan Ohoidertom beserta masyarakatnya.
Cangkang lola yang banyak dimanfaatkan untuk bahan baku berbagai jenis industri seperti cat, kancing dan perhiasan, serta dagingnya yang dikonsumsi masyarakat menjadikan perlunya pelestarian lola di ohoi Ohoidertom. Selain karena ekosistemnya yang sesuai untuk lokasi pengembangan lola dan adanya kearifan lokal yang mendukung upaya pelestarian, lola sudah masuk dalam katagori hewan langka bagi masyarakat sekitar ohoi Ohoidertom.
Dalam pelestariannya, peran masyarakat sangat dibutuhkan karena masyarakat merupakan garda terdepan sebagai pelindung dan pemanfaat sumber daya alam. Maka keterlibatan masyarakat menjadi prioritas utama agar dapat bersama menjadikan kembali lola sebagai komoditi utama sumber penghasilan masyarakat.