MOORING BUOY, SI KECIL PENYELAMAT TAMAN NASIONAL KOMODO
Oleh: Indarwati Aminuddin (Responsible Marine Tourism Coordinator, WWF-Indonesia)
Untuk Laut Manggarai Barat seluas 7052,97 kilometer bujursangkar, 19 buah alat tambat atau mooring buoy ini seakan tidak berarti. Tapi coba tanya pada sekitar 300-an lebih kapal yang hilir mudik dalam kawasan Taman Nasional Komodo. Mooring buoy menjadi peranti penting bagi kapal untuk menunjukkan lokasi menjatuhkan jangkar. Berukuran bulat, berwarna oranye dan abu abu, si kecil mooring buoy mampu menyelamatkan terumbu karang dari hantaman jangkar.
Sayangnya pada musim kunjungan wisatawan jumlah mooring buoy yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah kapal pesiar yang datang. Sebagian hilang karena arus, sebagian lagi hilang karena keisengan orang. Akibatnya, banyak kapal pesiar yang tidak kebagian menjatuhkan jangkar begitu saja tanpa memperhitungkan dampak jangkar pada ekosistem di laut.
Mengingat pentingnya mooring buoy dalam mengurangi tekanan pada terumbu karang akibat jangkar, WWF-Indonesia, Dive Komodo dan Balai Taman Nasional Komodo menginiasi perawatan dan penggantian mooring buoy di sejumlah lokasi target. Survei awal dilakukan tahun 2012 di lokasi yang memiliki nilai konservasi tinggi (High Conservation Value/ HCR) tinggi, semisal Loh Buaya yang menjadi incaran wisatawan yang ingin melihat langsung Komodo (Varanus komodensis) dan Manta Reef, titik selam yang menyuguhkan pari manta dan hiu bagi para penyelam. Hasil survey tersebut menjadi titik awal program mooring buoy WWF-Indonesia bekerjasama dengan Dive Komodo dan Balai Taman Nasional Komodo yang dimulai pada November – Desember 2013.
Bulan Agustus 2014, survei mooring buoy lanjutan dilakukan di lokasi Loh Buaya, Pulau Kalong, Pantai Merah, Pulau Kambing, Gili Lawa, Gili Lawa Teluk, Gili Lawa Laut, Selat Gililawa dan Loh Liang. Laporan hasil survei menunjukkan bahwa sejumlah mooring buoy hilang , rantai mooring mengalami karat dan bergeser dan tali mooring buoy putus. Tak ada laporan resmi mengenai kehilangan mooring buoy kecuali kasak kusuk ‘hilang diambil orang.’ Sementara kerusakan menunjukkan mooring buoy tidak mampu melayani kekuatan kapal dengan nilai Gross Ton (GT) besar.
Praktik Cerdas: Melibatkan Tour Operator
Meski terlihat kecil, mooring buoy merupakan perangkat yang tidak murah. Pembelian, pemasangan dan perawatan; semuanya membutuhkan biaya besar.. Bagaimana mengurangi resiko kehilangan dan kerusakan mooring buoy? Siapa yang harus bertanggungjawab menjaganya?
Menjawab tantangan tersebut, WWF-Indonesia bersama dengan Dive Komodo dan Balai Taman Nasional Komodo menginisiasi Program Voluntary Mooring Buoy. Dalam program ini, dive operator dilibatkan untuk melakukan perawatan tiapempat bulan sekali pada mooring buoy yang telah terpasang. Sejumlah dive operator bahkan ikut serta memasang 8 buah mooring buoy dan berkomitmen untuk ikut dalam perawatan. “Ini harus menjadi tanggungjawab kita semua,” tegas Greg Heighes KoordinatorDive Komodo, salah satu operator penyelaman dan kapal pesiar di Labuan Bajo.
“Perawatan mooring buoy disarankan rutin dilakukan empat bulan sekali untuk mengurangi resiko tidak berfungsinya perangkat pendukung seperti rantai atau jangkar. Dengan adanya perawatan rutin tersebut, diharapkan dapat mengurangi pembiayaan tak terduga,” kata Jan Manuputty, stafWWF Indonesia.
M. Ihya Syari’udin dari Balai Taman Nasional Komodo, mengatakan, “Balai Taman Nasional mendukung program ini. Merupakan sebuah ide bagus untuk melibatkan dive operator dalam pengawasan, pemasangan dan perawatan mooring buoy.”. Meski tidak sepenuhnya menjanjikan mooring buoy aman dari kehilangan, namun paling tidak praktik cerdas bersama dive operator tersebut telah menolong si kecil mooring buoy tak sendirian menghadapi situasi sulit di tengah lautan lepas. Praktik tersebut juga telah mendorong pelaku bisnis kepariwisataan untuk berperan menjaga kawasan Taman Nasional Komodo dari kerusakan.
Pekerjaan rumah selanjutnya adalah memastikan pembiayaan berkelanjutan bagi mooring buoy. Siapakah yang harus bertanggung jawab memastikan ketersediaan dananya?
Catatan:
- Mooring buoy adalah tambat apung yang digunakan untuk tambatan kapal, dan sebagai marka untuk menjatuhkan jangkar. Mooring buoy dirancang agar dapat dioperasikan cepat dengan kesatuan terdiri dari jangkar, rantai jangkar (anchor chain), mooring gear, rigging.
Sebanyak 11 mooring buoy telah dipasang pada akhir Januari 2014 dan 8 mooring buoy di bulan Februari 2015, sehingga saat ini terdapat 19 mooring buoy terpasang di 19 titik di dalam kawasan Taman Nasional Komodo