"THE MIRROR NEVER LIES" RAIH BEST CHILDREN FEATURE FILM
Oleh: Ciptanti Putri
“The Mirror Never Lies”, film hasil produksi dari WWF-Indonesia, Pemda Wakatobi, dan SET Film, kembali menyabet penghargaan internasional. Kali ini di ajang penghargaan Asia Pacific Screen Awards keenam yang diadakan di Brisbane, Australia, 23 November 2012 lalu. Penghargaan yang diperoleh “The Mirror Never Lies” adalah penghargaan sebagai film anak terbaik di kawasan Asia Pasifik, dalam kategori Best Children Feature Film.
“The Mirror Never Lies” merupakan film debut sutradara Kamila Andini yang dibintangi oleh Atiqah Hasiholan dan Reza Rahadian, bercerita tentang kehidupan Suku Bajo, suku laut di kepulauan Wakatobi. Diproduseri oleh Garin Nugroho dan Nadine Chandrawinata, keseluruhan film ini berlatar lokasi-lokasi cantik di Kabupaten Wakatobi dan didukung oleh pemain-pemain lokal dari Suku Bajo.
Direktur Marketing dan Komunikasi WWF-Indonesia, Devy Suradji, menanggapi keberhasilan film ini sebagai hal yang wajar. “The Mirror Never Lies” memang dipersiapkan menjadi sebuah tontonan yang menarik dan menyenangkan karena nilai estetika, nilai edukasi, nilai moral, nilai kearifan lokal, serta nilai konservasi yang tinggi. “Film ini secara spesifik mengedukasi penonton mengenai kehidupan anak-anak Suku Bajo, tak hanya masyarakatnya secara luas. Digambarkan bagaimana mereka berinteraksi, pergi ke sekolah, dan bagaimana keseharian mereka sangat bergantung kepada air. Anak-anak ini harus mengayuh perahu sendiri dalam jarak puluhan kilometer untuk mencapai sekolahnya dan tempat lain, dan harus berjalan jauh sampai ke gunung untuk mendapatkan air bersih. Kisah mereka merupakan petualangan yang unik dan bernilai edukasi,” imbuh Devy.
Meskipun tidak mencapai kesuksesan komersial dan menjadi box office, film yang diproduksi pada 2011 ini telah mencapai apa yang dicita-citakan oleh WWF-Indonesia sebagai produser. “Kami dari awal menyampaikan kepada Garin, Kamila, seluruh tim produksi dan pihak-pihak yang terlibat, termasuk Bapak Bupati, bahwa kami ingin membuat sebuah film yang akan senantiasa ditonton oleh masyarakat dunia, bahkan setelah masa penayangannya di bioskop usai,” ujar Devy.
Lewat film ini WWF-Indonesia berharap agar pemerintah terus melindungi daerah konservasi atau taman nasional. “Film ini mengangkat wacana budaya atau kearifan lokal yang melekat erat dengan upaya konservasi. Hal tersebut sudah turun-temurun diberikan nenek moyang. 'The Mirror Never Lies' menjadi media penerus pesan budaya dan konservasi yang tak terpisahkan satu-sama lain itu,” pungkas Devy.
Dalam Asia Pacific Screen Awards tahun ini, ada total 264 film yang masuk seleksi, dan terpilih 34 film dari 18 negara yang lolos sebagai nominasi. Ada dua film Indonesia yang masuk nominasi, yakni “The Mirror Never Lies” dalam kategori Children Feature Film serta “Negeri Di Bawah Kabut”, sebuah film dokumenter karya Shalahuddin Siregar, yang masuk kategori Documentary Film. Namun, penghargaan untuk Indonesia diperoleh lewat “The Mirror Never Lies”.
Asia Pacific Screen Awards merupakan ajang penghargaan tahunan International Region Asia Pacific yang merupakan kerja sama antara Pemerintah Queensland, Australia, UNESCO, dan FIAPF (International Federation of Film Producers Associations). “The Mirror Never Lies” bersaing dengan 4 film lain di kategori Best Children Feature Film: “I Wish” (Sutradara: Kore Eda Hirokazu, Jepang), “Gattu” (Sutradara: Rajan Khosa, India), “My Australia” (Sutradara: Ami Drozd, Australia), dan “Off White Lies” (Sutradara: Maya Kenig, Israel).