MERENCANAKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN YANG RENDAH EMISI DI KUTAI BARAT
Sendawar, Kutai Barat, 7 Maret 2013. Pembuatan rencana pembangunan yang rendah emisi merupakan suatu strategi jangka panjang dari pembangunan berkelanjutan yang memberikan batasan dalam pemanfaatan sumber daya alam. Batasan ini menggunakan pendekatan rasional dan partisipatif dengan memadukan kegiatan pembangunan ke dalam perencanaan tata ruang suatu daerah atau wilayah yang akan menghasilkan produk perencanaan pembangunan yang bisa mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan berkelanjutan yang rendah emisi berguna dalam pemanfaatan sumber daya bagi pemenuhan kebutuhan manusia saat ini dan bagi generasi yang akan datang.
Menyadari hal tersebut, WWF-Indonesia dan ICRAF berperan aktif membantu Pemerintah Kabupaten Kutai Barat dalam merencanakan pembangunan rendah emisi di Kabupaten Kutai Barat dengan menggunakan pendekatan dan analisis spasial (Maxent dan Luwes). Sebagai bagian dari perwujudannya, dilakukan lokakarya pembahasan draft Reference Emission Level (REL) dan Skenario Pembangunan Berkelanjutan Rendah Emisi di Kutai Barat pada 7 Maret 2013 di Kantor Bappeda Kutai Barat. Kegiatan ini melibatkan banyak pihak—mulai dari instansi pemerintah, perusahaan atau swasta, lembaga adat, organisasi sosial dan masyarakat—yang secara bersama-sama mereview hasil, menganalisis, dan memberi masukan dalam pembuatan REL dan Skenario Pembangunan Berkelanjutan.
Lokakarya dibuka oleh Kepala Bappeda Kutai Barat, Finsen Allotodang. Dalam sambutannya, Finsen menyatakan bahwa lokakarya ini dijalankan agar dapat meningkatkan pengetahuan dan kapasitas semua pihak untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang rendah emisi di Kutai Barat. “Penyusunan Reference Emission Level dan Skenario Pembangunan Hijau di Kabupaten Kutai Barat perlu terintegrasi dengan rencana tata ruang daerah. Hal ini merupakan wujud komitmen Pemerintah Kabupaten Kutai Barat dalam menurunkan emisi gas rumah kaca, sekaligus mendukung upaya Pemerintah Indonesia yang tentunya perlu disesuaikan dengan kondisi dan potensi emisi serta langkah penurunan yang khas dan berbeda dengan daerah lain. Hasil dari skenario ini diharapkan merupakan langkah ke depan mitigasi dan adaptasi terkait perubahan iklim di Kutai Barat.”
Arif Data, Project Leader WWF-Indonesia Program Kutai Barat menyebutkan bahwa kegiatan telah berlangsung dalam beberapa rangkaian dan tahapan pengenalan, pelatihan, dan penyusunan bersama draft yang dilakukan dilakukan sejak Desember 2012 lalu, dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas tenaga teknis Pemerintah Kabupaten Kutai Barat dalam mempersiapkan rencana pembangunan hijau (Green Economy). Hal ini untuk mendukung komitmen Presiden RI dalam menurunkan emisi gas rumah kaca di Indonesia, khususnya karbon, yakni antara 26-41 % pada 2020. Lebih lanjut, Arif berharap setelah lokakarya dapat ditetapkan langkah adaptasi dan mitigasi dari REL dan dibuat Skenario Pembangunan Rendah Emisi yang paling tepat dan sesuai dengan kondisi lokal sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Kutai Barat khususnya, dan Provinsi Kalimantan Timur secara umum.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi:
Muis Fajar, WWF-Indonesia Program Kutai Barat
Email: mfajar@wwf.or.id, HP. 081376275475
Sri Jimmy Kustini, WWF-Indonesia Program Kutai Barat
Email: skustini@wwf.or.id, HP. 08125845230