MERAWAT BUMI DI KAWASAN PERISAI HIJAU KALIMANTAN BARAT
Oleh: Lia Syafitri
Sejumlah pihak kembali memusatkan perhatiannya ke pesisir utara Kalimantan Barat. Momentum tahunan Hari Bumi Sedunia yang diperingati setiap 22 April ini, mengusung serangkaian kegiatan dengan fokus utama penanaman mangrove di kawasan perisai hijau Kalbar.
Kawasan Green Shield (Perisai Hijau) Kalbar tersebar di sejumlah titik. Di antaranya Pantai Gosong, Kabupaten Bengkayang. Kelurahan Setapuk Besar dan Kelurahan Kuala Kota Singkaw ang.
Manajer Program Kalbar WWF-Indonesia Albertus Tjiu mengatakan, sepanjang 193 kilometer kawasan pesisir utara Kalbar terancam abrasi dan pasang air laut sejak 2012. Perlu upaya restorasi mangrove untuk menanggulangi kondisi tersebut. Selain melindungi, restorasi mangrove juga memberikan dampak positif kepada masyarakat, baik ekologi, sosial, maupun ekonomi,” katanya di Pontianak, Jumat (21/4/2017).
Menurut Albert, sejak 2009 WWF Indonesia secara berkala bersama sembilan kelompok mitra telah merestorasi kawasan pesisir utara seluas 55,25 hektar dengan tanaman mangrove. Upaya yang dilakukan itu sudah membuahkan hasil yang cukup baik.
“Selain melindungi kawasan, ragam biota juga mulai hadir. Akhirnya kawasan mangrove mulai berkembang sebagai destinasi wisata yang mendukung perekonomian warga sekitar. Seperti yang sudah dilakukan oleh Mempawah Mangrove Conservation di Kabupaten Mempawah serta kelompok Surya Perdana Mandiri di Kota Singkawang,” urai Albert.
Kerja Kolaboratif
Memeriahkan Hari Bumi tahun ini, Komunitas Peduli Lingkungan (KOPLING) Pantai Gosong mengusung Kemah Bhakti Lingkungan dan Penanaman Mangrove. Kegiatan ini berlangsung pada 21 - 23 April di Pantai Gosong, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan. Kegiatan sosial ini disokong seniman Kalbar Pradono.
Akhmad Baharudin, Ketua KOPLING Pantai Gosong mengatakan 2.000 bibit mangrove akan ditanam dari target tahun 2017 sebanyak 10.000 bibit. “Ada 500 peserta yang sudah berkomitmen hadir. Mereka dari Sispala dan Mapala se-Kalbar. TNI Rindam XII Tanjungpura juga berkomitmen ikut,” lanjutnya.
Sekretaris Komisi V DPRD Kalbar Johanes A Dopong mengapresiasi kepedulian lingkungan anak-anak muda tersebut, di tengah sepinya alokasi anggaran khusus pemerintah untuk menangani hal ini. “Ini sebuah gerakan mandiri yang harus bisa dicontoh oleh orang lain,” lanjutnya.
Sementara Inspirasi Kreativitas Biak Singkawang (IKBS) Kota Singkawang akan melangsungkan Peringatan Hari Bumi pada 21 – 29 April 2017 melalui serangkaian kegiatan. Mulai dari penanaman pohon, aksi bersih hutan mangrove, aksi kampanye lingkungan, seminar dengan tema Peran Dunia Pendidikan Dalam Menyikapi Krisis Lingkungan, lomba mural dan malam budaya di Kota Singkawang.
Ahmad Maulana, Ketua IKBS, mengatakan pihaknya menyandingkan perayaan Hari Bumi dan Hari Pendidikan Nasional dengan mengusung tema “Aksi Untuk Bumi, Bumi Untuk Generasi”. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya pemuda dan pelajar Kota Singkawang untuk peduli terhadap alam.
“Kegiatan ini akan diikuti perwakilan dari 27 SMA dan delapan kampus yang ada di Kota Singkawang, serta dua lembaga mahasiswa. Salah satu target utama kami adalah dapat mengumpulkan satu ton sampah plastik yang berada di kawasan hutan mangrove Kuala Singkawang,” ucapnya.
Sementara Kepala Bidang Pendidikan Menengah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Singkawang Asmadi menghimbau semua pihak bersama-sama menghijaukan bumi. “Saya harap kerja sama tetap berlanjut antar komunitas, pemerintah, lembaga lingkungan serta masyarakat untuk menjaga bumi,’ pintanya.
Di sisi lain, Balai Wilayah Sungai I Pontianak dan WWF Indonesia, serta Kelompok Surya Perdana Mandiri (SPM) Setapuk Besar Kota Singkawang, juga akan menanam 2.000 bibit mangrove pada 5 Mei 2017.
Ketua SPM Setapuk Besar, Jumadi mengatakan pihaknya menargetkan di tahun 2017 sebanyak 7.000 bibit mangrove akan ditanam di kawasan Hutan Mangrove Setapuk. “Upaya lanjutan yang sudah kami laksanakan sejak 2009 ini diharapkan dapat melindungi kawasan kami dari abrasi yang kian parah,” katanya.
Pria yang mendapatkan penghargaan Kalpataru pada 2015 ini menjelaskan, usaha yang sudah dilakukan sejak 2009 ini sudah membuahkan hasil. “Kawasan kami sudah terlindungi dengan baik. Selain hasil alam berlimpah, hutan mangrove Setapuk Besar sudah menjadi destinasi wisata dengan kunjungan lebih dari 1.000 wisatawan setiap minggunya,” jelasnya.