MENYANGGAH; TRADISI YANG TELAH PULUHAN TAHUN DITINGGALKAN, DIHIDUPKAN KEMBALI
Oleh Syamsidar
Masyarakat Desa Pangkalan Kasai, Kecamatan Seberida, Kabupaten Indragiri Hulu menghidupkan kembali tradisi Menyanggah yakni suatu tradisi untuk menjaga kampung lewat dukun harimau. Tradisi yang lebih dari sepuluh tahun ini tidak ada, kembali dilaksanakan pada 29 Juli 2011. Kesempatan ini merupakan penobatan dukun harimau yang baru, yang dipercayai akan dapat menjaga kampung mereka dari berbagai masalah.
Samsuri, pemuka adat Pangkalan Kasai menceritakan bahwa dalam waktu lebih dari sepuluh tahun ini, hasil bercocok tanam mereka seperti padi, hasilnya berkurang. Samsuri meyakini salah satunya karena tidak ada lagi dukun harimau yang menjaga kampung mereka. Dalam beberapa bulan terakhir, Samsuri dan keluarga besarnya melihat ada perubahan di diri keponakannya yang bernama Sukirman alias Atan. Atan terlihat sering melamun, berdiam diri. Keluarga besar pun berunding dan menyimpulkan Atan mendapat turunan ilmu dari kakeknya yang dulunya merupakan Dukun Harimau di kampung mereka. Ilmu ini menurut kepercayaan mereka tidak bisa diturunkan ke anak tapi ke keponakan atau cucu sesuai dengan pepatah yang mereka yakini “ Pucuk Paku, Modang Belimbing” yang artinya Anak dipangku, keponakan dibimbing. Atan (35 tahun) menyatakan,” Saya tidak meminta tapi ia datang sendiri. Orang bilang saya kerasukan dukun harimau.”
Untuk penobatan Dukun Harimau perlu pembentukan struktur adat karena tradisi ini tidak dapat dilakukan jika tidak ada pemangku adat. Pucuk pimpinan adat terpilih Samsuri yang disebut dengan Bathin Muke-Muke dimana ia dibantu oleh beberapa orang yang terdiri dari antara lain Penghulu Muda, Mangku, Mantri dan Dubalang.
Sukirman atau lebih akrab dipanggil Atan, malam itu resmi menyandang predikat Dukun Harimau. Setelah kakeknya bernama Abas yang meninggal sekitar tahun 1998, tidak ada lagi dilaksanakan tradisi Menyanggah. Dahulu , kisah Samsuri yang merupakan Paman Atan, masyarakat desa setiap tahun melaksanakan tradisi Menyanggah ini. Menyanggah dimaksudkan untuk memberi makan Dukun Harimau agar dapat menjaga kampung dari orang luar yang bermaksud tidak baik kepada warga setempat. Dukun harimau dapat juga memberi pengobatan kepada warga yang sakit.
Penobatan Dukun Harimau
Memulai prosesi penobatan dukun harimau tersebut, Penginang atau peracik ramuan menyapu tubuh Atan dengan air limau di dalam rumah. Sementara itu, tempat sesajian atau disebut Sanggaran di halaman rumah yang terbuat dari bambu, daun salak, bunga bang merah, bunga bang kuning, capu puyuh, tulak baye, selasih dan lain-lain telah disiapkan. Bambu dibentuk berupa pagar seperti kanopi yang diatasnya diletakkan sesajen antara lain, ayam panggang, ayam hidup, darah ayam, dan lain-lain. Sementara itu, api unggun sudah disiapkan tidak jauh dari tempat Sanggaran tersebut.
Penginang yang bernama Jahara (103 tahun), yang sedari dahulu telah menjadi penginang ini mulai menyusun ramu-ramuan didampingi para pemangku adat dibawah penerangan sebatang obor. Sesajen pun disusun di bagian tengah di atas pagar bambu. Atan yang akan dinobatkan jadi dukun harimau pun dibawa turun dari rumah menuju area Sanggaran. Bathin Muke-Muke memulai prosesi dengan mengasapi tubuh Atan dengan bara api yang ditaruh di atas nampan,kemudian menutupkan selembar kain putih ke kepala hingga tubuh Atan. Sekejap kemudian, Atan segera tidak sadarkan diri dan meloncat ke tanah. Kuku-kuku tangannya kuat mencengkram tanah dan ia pun berjalan merangkak menyerupai gerakan seekor harimau. Seketika ia meloncat ke api unggun yang telah disiapkan sebelumnya dan bermain-main di api tersebut.
Dukun harimau yang kerasukan tersebut kemudian berjalan merangkak kembali ke Sanggahan. Tepat di arah pintu masuk Sanggahan ia, berdiri sejenak dan kemudian mengeluarkan auman persis seperti auman harimau. Ia kemudian berjalan kembali ke arah pertama tempat prosesi berlangsung dan kembali merangkak dengan tangan yang tercengkaram kuat di tanah. Seketika ia meloncat ke atas pagar bambu tersebut dan meraih sesajen yang berupa ayam hidup dan ayam mati yang ada di puncak pagar bambu tersebut dan memakannya.
Atan yang tengah kerasukan menjadi dukun Harimau tersebut kembali merangkat di tanah. Para pemangku adat dan penginangya pun bertanya kepadanya apakah ia telah merasa letih berjalan, ia pun mengangguk. Para pemangku adat kemudian memulai tahapan menyadarkan Atan dari kerasukannya. Kain putih disarungkan kembali ke tubuh Atan, kemudian, mayang (pucuk pohon pinang) diusapkan perlahan ke tubuhnya lalu dipukulkan beberapa kali ke tubuh Atan. Tidak lama setelahnya, Atan pun sadar kembali dan dibawa ke rumah dan prosesi pun berakhir.
Percaya tidak percaya, ini merupakan salah satu tradisi masyarakat di Kabupaten Indragiri Hulu yang telah berlangsung ratusan tahun. Tidak ada yang tahu kapan tradisi itu dimulai. Di satu sisi, tradisi yang berlangsung ditengah-tengah masyarakat memiliki nilai-nilai kearifan lokal. Dalam tradisi ini, masyarakat menyakini bahwa harimau merupakan penjaga hutan yang tangguh, ia ditakuti dan disegani oleh karena itu masyarakat tidak berani mengganggu satwa tersebut dan habitatnya. Jika manusia tidak mengganggu mereka, harimau pun tentu tidak akan mengganggu manusia. Sekali lagi, ini adalah tradisi, yang jelas Tuhan menciptakan alam dan segala isinya dan menguasai apa yang ada di dalamnya, dan kepada Nya manusia berserah.