MENUMBUHKAN MASA DEPAN DI HUTAN JANTUNG BORNEO
Dalam rangkaian perjalanan ‘Heart of Borneo: Voice of the Future School Trip’ ke Kalimantan Barat, para siswa peserta yang berasal dari Australian International School dan Global Jaya International School, didampingi oleh Tim Komunikasi WWF Heart of Borneo Global Initiative, mengunjungi salah satu lokasi tempat WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat melaksanakan Proyek Restorasi Hutan Koridor di Lanjak. Sebuah proyek yang dirancang untuk membangun koridor sekaligus melindungi habitat Orangutan Borneo, sehingga species langka tersebut dapat bergerak bebas di dalam kawasan lindung dengan menyambungkan Taman Nasional Betung Kerihun dan Taman Nasional Danau Sentarum.
Dengan memfokuskan pada konservasi koridor hutan untuk Orangutan, WWF meyakini bahwa proyek ini juga dapat menyelamatkan populasi spesies-spesies langka lainnya di area tersebut.
“Target utama kami adalah menyelamatkan ruang hutan ini untuk Orangutan liar. Orangutan merupakan spesies payung bagi satwa-satwa liar lainnya, dan Orangutan membutuhkan area hutan yang luas untuk hidup. Jika kita bisa menyelamatkan habitat alam Orangutan, maka kita juga dapat menyelamatkan satwa lainnya seperti rusa, beruang madu, primata-primata lain dan ribuan satwa langka lainnya,” kata Syahirsyah, atau yang dikenal dengan nama Jimmy Bond, Manajer Komunikasi untuk WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat.
Proyek ini sudah berjalan kurang lebih selama dua tahun. Para staf WWF Kalimantan Barat yang bekerja bersama dengan 80 petani lokal sukarelawan di Lanjak, telah berhasil menanam sekitar 80,000 variasi tanaman di 300 hektar area hutan yang terdegradasi. Target mereka adalah menanam ribuan tanaman yang dapat tumbuh menjadi tutupan hutan seluas 500 hektar.
Proyek restorasi ini dirancang tidak hanya untuk memberikan hasil positif bagi satwa liar, tetapi juga sebagai bagian dari strategi lokal Program WWF untuk Penguatan Masyarakat, yang memberikan masyarakat lokal sebuah ketrampilan pertanian berkelanjutan, sehingga mereka dapat meningkatkan hidup melalui mata pencaharian mereka, dan sekaligus solusi untuk tidak lagi melakukan penebangan pohon, perburuan dan perdagangan ilegal satwa liar.
Setelah terlebih dahulu melakukan konsultasi dengan masyarakat lokal, WWF melalui program pendampingannya, membantu petani lokal untuk mengembangkan sistem karet agroforestry yaitu menanam karet di hutan campuran, yang juga ditanami oleh masyarakat berbagai pohon penyedia pakan kesukaan orangutan seperti durian dan lain-lain. Dengan adanya koridor hutan, satwa liar mempunyai kesempatan untuk bergerak bebas di antara kedua taman nasional ini. Sistem ini memiliki potensi untuk memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat lokal, serta sebuah jalan keluar agar masyarakat dan satwa liar untuk hidup berdampingan secara harmonis.
“Sebuah kenyataan sederhana ini dimana para petani secara sukarela mau meluangkan waktu mereka, kadang-kadang hingga dua jam setiap harinya, untuk proyek ini, menunjukkan betapa mereka peduli terhadap keberlangsungan hidup satwa liar dan hutan, dan mau bertindak untuk menemukan solusi demi kelestarian masa depannya”, lanjut Jimmy.