MENGUNJUNGI “RUMAH BADAK”, VOLUNTEER HSBC WUJUDKAN KEPEDULIAN TERHADAP KELESTARIAN BADAK
Oleh: Natalia Trita Agnika
Pagi itu, Sabtu (23/09), sehari setelah seremoni peringatan Hari Badak Sedunia 2017, area Cilintang di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) kembali diramaikan dengan kehadiran anak-anak sekolah dasar. Sekitar 200 siswa dari SD Ujung Jaya 1 dan SD Ujung Jaya 2 antusias mengikuti kegiatan pendidikan konservasi yang diselenggarakan oleh Panda Mobile WWF-Indonesia.
Sebanyak 16 volunteer yang terdiri dari karyawan PT Bank HSBC Indonesia turut mendampingi tim Panda Mobile dalam memberikan pendidikan konservasi kepada para siswa. Ketika drh. Gita Alvernita Andre, dokter hewan dari WWF-Indonesia Program Ujung Kulon memberikan penjelasan tentang badak, para volunteer HSBC juga menyimak dengan serius. “Di Indonesia, terdapat dua spesies badak, yaitu Badak Jawa dan Badak Sumatera. Perbedaan mendasar kedua badak itu terlihat dari culanya. Badak Jawa jantan memiliki satu cula, sedangkan Badak Sumatera bercula dua. Selain itu, Badak Jawa tidak berambut, sedangkan Badak Sumatera berambut,” terang drh. Gita.
Antonius Noviadi, salah seorang volunteer HSBC mengajukan pertanyaan tentang jumlah populasi Badak Jawa yang ada saat ini. “Jumlah 67 individu yang dirilis kemarin apakah jumlah semua Badak Jawa yang ada di Indonesia, termasuk di kebun binatang?” tanyanya. Menjawab pertanyaan tersebut, drh. Gita menjelaskan bahwa saat ini, Badak Jawa hanya terdapat di habitat aslinya, yaitu di Ujung Kulon, dan tidak ada yang di penangkaran. Karena itu, cara mengamati Badak Jawa dilakukan dengan memasang camera trap (kamera jebak) di pohon-pohon di dalam hutan. Tim-tim monitoring akan mengambil hasil rekaman secara berkala dan mengganti baterai kamera.
Volunteer dari HSBC juga mendampingi para siswa mengikuti aneka kegiatan Panda Mobile yang terbagi dalam beberapa pos, yaitu pos mewarnai, pos permainan, pos menonton film, dan pos daur ulang. Ada yang mendampingi para siswa kelas 4 SD dalam kegiatan mewarnai Badak Jawa. Ada pula yang larut dalam keceriaan permainan ular tangga bersama para siswa sembari menyimak informasi yang disampaikan oleh Tim Panda Mobile WWF-Indonesia tentang pentingnya melestarikan hutan. Para volunteer HSBC juga berbagi informasi tentang satwa yang terancam punah kepada siswa kelas 6 SD melalui film yang diputar oleh Tim Panda Mobile. Di sesi terakhir kegiatan pendidikan konservasi, para volunteer dengan telaten mendampingi siswa melakukan kegiatan daur ulang mengubah kaus bekas menjadi tas belanja. Pesan untuk menjaga lingkungan sekitar dengan mengurangi penggunaan kantong plastik sering disampaikan di sela-sela kegiatan daur ulang.
Sementara itu, di waktu yang bersamaan, rombongan volunteer HSBC yang berjumlah 12 orang melakukan kegiatan bersepeda dari Villa Honje ke Cilintang. Udara yang panas, berdebu, serta jalanan berbatu tak menyurutkan semangat para pesepeda menuju “rumah asli” Badak Jawa. Setelah menempuh perjalanan selama sekitar dua jam, mereka tiba di area kegiatan dan bergabung bersama volunteer lainnya yang sudah selesai melakukan kegiatan pendidikan konservasi bersama Panda Mobile untuk melakukan penanaman pohon pakan badak di area TNUK. Apa yang dilakukan oleh para volunteer HSBC dan WWF-Indonesia Program Ujung Kulon merupakan salah satu cara pengayaan pakan badak untuk meningkatkan kualitas habitat Badak Jawa di Ujung Kulon.
Kegiatan hari itu ditutup dengan diskusi singkat tentang upaya konservasi Badak Jawa dengan narasumber drh. Kurnia Oktavia Khairani, Project Leader Ujung Kulon. Dalam penjelasannya, Kurnia menceritakan tentang sejarah keberadaan WWF di Indonesia yang ditandai dengan program konservasi Badak Jawa di Ujung Kulon serta perkembangan kondisi badak di Indonesia. “Tema World Rhino Day tahun ini di Indonesia adalah ‘Darurat Badak Indonesia’ karena kondisi kedua jenis badak di Indonesia saat ini sudah darurat dan membutuhkan bantuan publik untuk turut serta berkontribusi dalam program konservasi, salah satunya seperti HSBC ini yang cukup konsisten memberi support program-program di WWF Ujung Kulon,” jelasnya. Kurnia juga menambahkan bahwa dalam perjalanan menyelamatkan Badak Jawa, WWF Ujung Kulon menyadari bahwa untuk menyelamatkan badak berarti juga harus memikirkan masyarakat yang hidup di desa penyangga di sekitar TNUK.
Selain fokus terhadap pelestarian badak melalui monitoring dan manajemen habitat, WWF juga melakukan program-program berbasis masyarakat. Selama ini, HSBC sudah turut berperan dalam program Revive the Reef (penanaman terumbu karang yang melibatkan masyarakat sehingga dapat menjadi alternative livelihood melalui eco-tourism). Tahun ini, HSBC turut mendukung program sustainable tourism. Harapannya, ketika masyarakat memiliki mata pencaharian alternatif, mereka akan mengurangi ketergantungan terhadap taman nasional dan menjaga habitat Badak Jawa.
Keesokan harinya, Minggu (24/09), sebagian volunteer HSBC melihat secara langsung program Revive the Reef di area Pulau Badul didampingi oleh Kelompok Paniis Lestari. Kelompok ini merupakan salah satu kelompok ekowisata dampingan WWF-Indonesia Program Ujung Kulon. Sementara itu, sebagian peserta lainnya mencoba mengukir dan membatik patung badak dari kayu. Dipandu oleh Mardi dari Kelompok Ciwisata (Cinibung Wisata), para volunteer HSBC mengikuti langkah-langkah pembuatannya. "Awalnya memang belum ada suvenir khas Ujung Kulon, kemudian WWF memberi pelatihan untuk membuat suvenir khas berupa miniatur Badak Jawa," ujar Mardi. Selain menjadi mata pencaharian alternatif, ukiran badak tersebut merupakan salah satu cara Kelompok Ciwisata untuk memperkenalkan sekaligus melestarikan Badak Jawa yang hidup di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.