MENGAKHIRI TANGKAPAN BERLEBIH DUNIA PERIKANAN
Beberapa waktu lalu WWF-Indonesia kembali berkesempatan mengunjungi Kampus Universitas Indonesia dalam rangka kegiatan movie screening dan diskusi yang diadakan Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional UI. Kegiatan ini merupakan bagian perhelatan tahunan “Global Festival” yang tahun ini mengangkat tema “The Festivities of Asia Pacific: A Rising Region in a Changing World. WWF-Indonesia diundang berpartisipasi untuk menyosisalisasikan isu-isu konservasi di bidang kelautan.
Terdapat dua film yang ditayangkan selama kegiatan ini, yaitu sebuah film animasi singkat yang diproduksi Uni Eropa berjudul “Ending Overfishing” dan sebuah tayangan dokumenter yang menggambarkan ‘pertarungan’ penyelamatan sumber daya ikan yang terjadi di perairan Asia Pasifik, khususnya di kawasan Segitiga Terumbu Karang. Kedua film bertujuan memberikan gambaran mengenai overfishing dan illegal fishing yang umumnya berakar dari kegiatan pemanfaatan sumber daya ikan. Penayangan film yang berlangsung kurang lebih 1 jam dilanjutkan dengan diskusi yang menghadirkan Margareth Meutia dari Program Kelautan WWF-Indonesia dan Avyanthi Azis, MS, salah satu staf pengajar di Jurusan HI UI yang fokus pada pengajaran mengenai isu-isu konvensional dalam studi Hubungan Internasional, termasuk isu lingkungan.
Film ""Ending Overfishing""
Sesi diskusi yang dihadiri mahasiwa dan dosen Jurusan Hubungan Internasional ini berlangsung menarik karena sebagian besar peserta baru mengetahui perihal isu terkait perikanan global ini. Seperti disampaikan Avyanthi, “Menyaksikan tayangan tadi bagai mendapat “wake up call”. Lebih lanjut, meninjau dari perspektif Ilmu Hubungan Internasional, Avyanthi menambahkan bahwa isu perikanan memiliki kaitan erat dengan isu non konvesional lainnya dalam ranah hubungan internasional, yaitu human trafficking. “Kebanyakan laki-laki yang diselundupkan di kawasan Asia Tenggara diperdagangkan untuk menjadi nelayan seperti yang kita lihat di film tadi.”
Pesan dari kedua film yang ditayangkan tampak ditangkap dengan baik oleh para peserta. Beberapa tanggapan yang dilontarkan menyorot masalah kemiskinan sebagai salah satu penyebab terjadinya overfishing dan illegal fishing, kurangnya penghargaan atas nelayan-nelayan yang menerapkan praktik-praktik perikanan lestari hingga masalah pertumbuhan populasi manusia yang tidak seimbang dengan ketersediaan sumber daya laut.
Dalam diskusi tersebut, perwakilan WWF-Indonesia menginformasikan tentang Seafood Guide, panduan mengkonsumsi seafood, sebagai salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan overfishing. Lebih jauh, Margareth juga menjelaskan mengenai kerjasama-kerjasama yang dilakukan WWF-Indonesia bersama pemerintah dan mitra-mitra lainnya untuk memerangi overfishing, termasuk mengenai program Seafood Savers yang melibatkan mitra perusahaan. “WWF-Indonesia menjalankan program dari hulu ke hilir untuk mengatasi permasalahan sumber daya laut ini. Advokasi di sisi produsen dan konsumen sama pentingnya dan perlu dilakukan secara paralel untuk memberikan hasil yang diinginkan, yaitu pemanfaatan sumber daya laut yang seimbang dan menjamin keberlanjutan untuk masa depan”, jelas Margareth menjelang akhir diskusi sore hari itu.
Dalam komentarnya, Avyanthi mengutip istilah yang diungkapkan seorang antropolog bernama Michael Taussig, yaitu “the displacement of everyday lives by commodities” untuk menggambarkan kondisi manusia yang terjebak dalam konsumsi komoditas tanpa mengetahui asal muasal komoditi tersebut, darimana didapat dan bagaimana cara mendapatkannya. Kegiatan sosialisasi ini diharapkan mampu ‘membangunkan’ dan menyadarkan para pesertanya untuk keluar dari kondisi tersebut.
Acara Global Festival 2012 yang diadakan oleh himpunan mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia diadakan pada hari Selasa, 13 November 2012.
Hubungi:
Margareth Meutia, Senior Corporate Campaigner Marine, mmeutia@wwf.or.id