MENEKAN KONSUMSI ENERGI, MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DIRI
Tanggal 1 Juli 2010, pemerintah memutuskan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2010 tentang Perubahan APBN 2010.
Dalam UU tersebut diputuskan bahwa selain ada kenaikan 10 persen, pemerintah juga diharuskan tetap melindungi pelanggan listrik kecil, yakni pelanggan dengan daya 450-900 volt ampere (VA), baik pelahggan kecil rumah tangga maupun pengusaha mikro dan kecil.
Bagi pengusaha dan kalangan industri, kenaikan TDL tentu menjadi sesuatu yang cukup mengancam kelangsungan bisnis mereka. Ongkos produksi yang secara otomatis meningkat membuat mereka harus memutar otak kembali untuk dapat bertahan.
Menaikkan harga barang memang menjadi sebuah pilihan. Akan tetapi, mengingat kenaikan TDL hanya berlaku di Indonesia, otomatis produk-produk akan kalah bersaing dengan produk dari negara lain.
Pilihan lain yang lebih dapat diterima adalah dengan ""memainkan"" komponen biaya produksi seperti, mengefisienkan bahan baku serta menekan penggunaan listrik. Pilihan yang terakhir memang kemudian menuntut sikap yang lebih bijaksana saat menggunakan perangkat-perangkat elektronik, di mana cara yang paling mudah adalah dengan mematikan lampu atau perangkat listrik lain saat tidak digunakan,
Sementara cara lain adalah dengan melakukan investasi pada perangkat yang hemat energi.
Memang, biaya awal (initial cost) yang harus dikeluarkan oleh perusahaan cukup besar. Hal ini mengingat teknologi yang digunakan pada perangkat tersebut juga 9ukup memakan biaya yang cukup besar. Ikan tetapi, Jf ka dihitung dalam jangka pimjang, akan diperoleh penghematan yang-perangkat elektronik yang biasa.
Sebagai gambaran, lampu. Harga yang membanderol lampu biasa memang diperkirakan 20 persen lebih murah dibandingkan lampu hemat energi. Akan tetapi dengan daya tahan yang lama, dan penggunaan daya listrik yang lebih rendah, dana yang dikeluarkan akan jauh lebih terjangkau. Belum lagi bicara soal kualitas cahaya yang lebih baik.
Mendongkrak produktivitas
Produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor, baik itu dari dalam maupun dari luar diri sendiri. Yang pasti, salah satu hal yang memengaruhi hal tersebut adalah desain serta pencahayaan yang baik.
Menurut para arsitek, desain tempat kerja dapat mempengaruhi perilaku kerja. Jika suatu perkantoran didesain dengan baik maka akan dapat mengeluarkan yang terbaik dari para karyawannya.
Oleh karena itu, arsitek berusaha mencari cara-cara baru untuk menciptakan ruangan perkantoran yang dapat menginspirasi sehingga karyawan memiliki kinerja yang positif dan mampu mengontribusikan pikiran dan ide-ide yang berkualitas.
Bayangkan, jika desain sebuah ruangan kantor dibuat begitu rumit atau bahkan mengesampingkan kenyamanan, sudah tentu tak ada seorang pun yang dapat bekerja secara optimal. Datang ke kantor dengan terpaksa, bekerja apa adanya, dan selalu menanti jam pulang kantor. Kondisi tersebut lambat laun tentu akan membuat performa dan roda bisnis akan menurun, kalah bersaing dengan perusahaan lain yang mencoba unjuk gigi.
Belum lagi soal pencahayaan, semua harus dipertimbangkan dengan cermat. Tidak terlampau gelap maupun terlampauterang.
Sama halnya dengan desain kantor, pencahayaan di kantor j uga seharusnya memberikan rasa nyaman bagi karyawan. Untuk itu, ada beberapa hal yang patut diperhatikan yaitu, kekuatan cahaya, kerataan cahaya, tingkat kesilauan, warna cahaya, dan renderasi warna.
Ramah lingkungan
Belakangan, kita kerap mendengar tentang isu pemanasan global. Meski ini bukan hal yang baru, mengingat Svante Arrhenius, seorang ilmuwan asal Swedia pada tahun 1800-an telah mengemukakan hal serupa, dampak pemanasan global menjadi hal yang kini dapat dirasakan.
Salah satu hal yang mendorong pemanasan global adalah emisikarbondioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan proses pembakaran lain yang salah satunya adalah pembangkit energi.
Oleh karena itu, jika dikaitkan dengan kepedulian tentang perubahan iklim dan efek emisi CO2 di dunia, sudah sewajarnya jika penghematan energi dilakukan, termasuk dalam perkantoran.
Efiensi listrik melalui pemanfaatan lampu hemat energi (LHE) dan cahaya alami sejauh ini menjadi solusi terbaik untuk menekan pengeluaran untuk listrik. Apalagi di sektor bisnis dan industri, di mana sekitar 19 perse; konsumsi listrik di perkantoran di dunia berasal dari pencahayaan.
Oleh karena itu, efisiensi pencahayaan akan berpengaruh besar bagi upaya efisiensi. Apalagi dengan umur lampu yang cukup panjang.
Bayangkan, dengan memanfaatkan teknologi yang hemat listrik, pemanfaatan LHE dinilai dapat mengurangi konsumsi listrik dari sektor pencahayaan secara signifikan.
Teknologi LHE pun sudah sangat berkembang, di mana saat ini teknologi lampu LED menjadi solusi paling tepat. Pasalnya, lampu jenis ini memiliki intensitas cahaya yang besar akan tetapi konsumsi listriknya rendah. Hal ini juga tentu didukung dengan perangkat lain seperti rumah lampu.
Dengan sikap dan pemanfaatan yang, tepat, maka kenaikan TDL tentu bukan sebuah penghalang bagi bisnis untuk berkembang. Sebaliknya, ini dapat menjadi sebuah tantangan untuk maju di kemudian hari. [ASP]