MENDORONG PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK PETANI KOPI ROBUSTA LAMPUNG MELALUI PEMBERDAYAAN KELOMPOK PEREMPUAN SRIKANDI
Oleh: Hijrah Nasir
Provinsi Lampung dikenal sebagai penghasil kopi robusta terbesar di Indonesia dengan produksi lebih 200.000 ton per tahun. Namun ironisnya, berdasarkan studi yang dilakukan oleh WWF Indonesia berjudul “Gone in an Instant” ditemukan bahwa sekitar 20.000 ton produksi berasal dari lahan illegal di dalam kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Oleh karena itu, WWF Indonesia sejak 2013 lalu telah menginisiasi adanya sekolah lapang petani kopi di Desa Ngarip, Ulubelu, Kabupaten Tanggamus. WWF sendiri telah mendampingi masyarakat Ngarip yang menjadi kawasan penyangga TNBBS sejak 2012 dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang bermitra dengan beberapa NGO lokal yang tergabung dalam Rumah Kolaborasi.
Salah satu tujuan dari sekolah lapang ini adalah memberikan edukasi kepada petani mengenai proses pertanian yang berkelanjutan. Sejak awal pelaksanaannya, sekolah lapang ini telah berhasil melahirkan ratusan kader termasuk Sri Wahyuni, petani kopi di desa itu yang kemudian membentuk Kelompok Simpan Usaha Srikandi bersama dengan beberapa perempuan di desa Ngarip. Kelompok usaha yang mereka bentuk didampingi oleh WWF dan beberapa mitra.
Berbekal tekad yang kuat, di tahun 2015, Sri Wahyuni dan 15 orang lainnya membentuk kelompok yang diberi nama Srikandi dengan unit usaha produksi kopi bubuk yang bahan bakunya langsung diambil dari petani kopi di desa tersebut. Hanya dalam waktu satu tahun, kelompok Srikandi telah berhasil menjaring 120 anggota yang sebagian besar merupakan petani kopi dengan asset mencapai 143 juta rupiah.
Pada tanggal 6 - 9 Desember 2016, KSU Srikandi mengadakan pelatihan penyusunan rencana strategis kelompok dengan pengelolaan berdasar nilai untuk Periode 2017-2019 yang berlangsung di desa Ngarip, Ulubelu, Tanggamus. Ke depannya, mereka berharap kelompok yang mereka bentuk dapat menjadi koperasi serba usaha yang profesional dan bermanfaat bagi masyarakat dan mampu memasarkan produk kopi bubuk dengan merek “Srikandi” untuk skala pasar yang lebih luas.
Melalui pendampingan kelompok ini, WWF percaya bahwa kesuksesan konservasi hanya akan bisa berjalan jika ada pelibatan masyarakat di dalamnya. Salah satunya melalui kegiatan pemberdayaan ekonomi berkelanjutan.