MELIHAT LEBIH DEKAT IMPLEMENTASI SEKOLAH BERKELANJUTAN
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (ESD) bertujuan untuk mengarusutamakan nilai-nilai keberlanjutan dan menumbuhkan kesadaran dalam menjaga bumi. Meskipun salah satu tujuannya adalah melestarikan lingkungan, ESD memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan pendidikan lingkungan hidup (PLH). ESD mencakup aspek sosial dan ekonomi, seperti kesetaraan gender, pengentasan kemiskinan, dan peningkatan kualitas pendidikan. Selain itu, ESD juga menekankan pada perubahan perilaku serta pengembangan kemampuan nonteknis (soft skills) seperti berpikir kritis, bekerja sama dalam tim, dan kreativitas.
Sekolah sebagai institusi pendidikan formal memiliki peran strategis dalam mengimplementasikan ESD. Hal ini dapat dimulai dengan merancang perencanaan sekolah yang terintegrasi dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Program Basamo, kolaborasi antara WWF Indonesia dan Save The Children Indonesia, memberikan pelatihan kepada sekolah-sekolah dampingan di Kuantan Singingi, Riau, untuk menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang terintegrasi dengan ESD. Kegiatan ini berlangsung di masing-masing sekolah pada pertengahan 2024, melibatkan guru, siswa, kepala sekolah, dan masyarakat.
RKS yang efektif adalah RKS yang dirancang berbasis data, isu yang berkembang, dan kebutuhan sekolah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sekaligus menyelesaikan berbagai permasalahan sekolah. Dalam menggali kebutuhan sekolah secara partisipatif, warga sekolah dapat menggunakan metode seperti pohon masalah dan bagan perubahan. Selain itu, rapor pendidikan juga dapat dijadikan sebagai salah satu data sekunder.
Bagi Bu Anita, Wakil Kepala Sekolah SMPN 3 Gunung Toar, pengalaman pertama menyusun RKS secara partisipatif memberikan banyak pelajaran, terutama dalam menggali kebutuhan sekolah dan menyusun program. Dari diskusi tersebut, dihasilkan sejumlah program prioritas yang dilengkapi dengan anggaran, waktu pelaksanaan, dan penanggung jawab.
Ketiga sekolah dampingan, yaitu SMPN 6 Singingi, SMPN 1 Hulu Kuantan, dan SMPN 3 Gunung Toar, memiliki visi untuk menjadi sekolah ramah anak dan ramah lingkungan. Program yang dirancang meliputi peningkatan kapasitas Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Sekolah (TPPK). Selain itu, masing-masing sekolah juga menyusun program berwawasan lingkungan, seperti penghijauan, pengelolaan sampah, dan penerapan budaya ramah lingkungan.
- SMPN 3 Gunung Toar: Membuat kegiatan penghijauan, pengolahan sampah, dan menjadi sekolah adiwiyata.
- SMPN 6 Singingi: Membuat pagar sekolah bersama wali murid dan menerapkan gerakan mengumpulkan 10 sampah setiap hari sebelum pulang.
- SMPN 1 Hulu Kuantan: Mendorong siswa membawa tumbler ke sekolah dan menyediakan kantin sehat untuk mengurangi sampah.
Pada Desember 2024, enam bulan setelah penyusunan RKS, tim Basamo bersama Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pendidikan Kabupaten Kuantan Singingi, pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru melaksanakan kunjungan ke sekolah-sekolah dampingan. Kegiatan ini bertujuan untuk menilai sejauh mana kebijakan, program, dan praktik keberlanjutan telah dilaksanakan. Selain itu, kunjungan ini juga menjadi momen untuk mengidentifikasi tantangan, mendokumentasikan praktik baik, dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan.
Setiap sekolah memiliki kemajuan dan tantangan yang berbeda dalam mengimplementasikan RKS terintegrasi dengan pilar ESD:
- SMPN 3 Gunung Toar: Sudah memulai penghijauan dengan membuat kebun sayur sekolah, menambah tong sampah, dan menyediakan kantin sehat. Tantangannya adalah mengintegrasikan aspek keberlanjutan ke dalam pembelajaran, meningkatkan pemilahan sampah, dan mengatasi keterbatasan waktu.
- SMPN 6 Singingi: Telah meningkatkan kapasitas TPPK, mendorong siswa membawa tumbler dan bekal ke sekolah, serta melibatkan wali murid dan masyarakat dalam diskusi. Praktik baik tersebut masih perlu didorong sehingga menjadi dapat terinternalisasi di masyarakat.
- SMPN 1 Hulu Kuantan: Membiasakan siswa membawa tumbler dan bekal. Melakukan sosialisasi hak anak ke sekolah terdekat. Namun, pembiasaan ini memerlukan peningkatan komitmen dan konsistensi dari semua pihak.
Menurut Bu Eli, pengawas SMPN 6 Singingi, pembuatan RKS dan monitoring bersama sangat membantu sekolah dalam menciptakan ekosistem belajar yang mendukung pengembangan pengetahuan, minat, dan bakat siswa. Bapak Syawal Darliyus dari Dinas Lingkungan Hidup juga menambahkan bahwa program ESD sejalan dengan program adiwiyata, yang mendorong praktik dan budaya ramah lingkungan di sekolah. Selain itu menurut beliau, yang terpenting ialah adanya pembiasaan baik di sekolah sehingga budaya ramah lingkungan dapat menjadi karakter siswa.
Sekolah yang memiliki RKS terintegrasi dengan ESD diharapkan tidak hanya menjadi pusat pembelajaran formal, tetapi juga menjadi teladan dalam menjaga lingkungan, membangun ekosistem ramah anak, memberdayakan masyarakat, dan mengembangkan budaya keberlanjutan.