MARINE BUDDIES JAKARTA KENALKAN #TEMANTAMANLAUT PADA PENIKMAT WISATA BAHARI
Oleh: Nining Rahayu (Koordinator Marine Buddies Jakarta)
Apa itu konservasi? Perlukah sikap konservasi dimiliki oleh setiap orang?
Menurut saya konservasi merupakan upaya perlindungan dan pengelolaan yang efisien terhadap lingkungan dan sumber daya alam. Berangkat dari pentingnya peran konservasi pada sektor kelautan dan berkembang pesatnya wisata bahari di Indonesia yang tanpa disadari berpeluang menimbulkan dampak negatif menjadi latar belakang Komunitas Marine Buddies Jakarta mengadakan Talkshow dengan tajuk Conservation Through Education Travel. Talkshow yang diadakan pada Sabtu, 13 Mei 2017 lalu di Gedung IRLC Kampus UI Depok mengundang antusiasme dari para peserta dengan latar belakang yang beragam, mulai dari komunitas selam, penggiat konservasi laut dan mahasiswa.
Pada diskusi sesi pertama, Fenny Wiendyah selaku pengendali ekosistem hutan Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKPS), memaparkan bahwa saat ini TNKPS sudah menyajikan beberapa aktivitas wisata pendidikan seperti penanaman karang, mangrove dan lamun pada beberapa titik. Feny menekankan pada setiap pengunjung untuk berpijak pada prinsip ekoturisme agar TNKPS bisa tetap lestari. Selain memaparkan potensi laut di TNKPS, beliau juga menjelaskan tentang hal-hal membahayakan yang dapat mengancam potensi biota laut seperti mass tourism yang terbuka bagi pengunjung sehingga memungkinkan adanya eksploitasi dan kegiatan negatif yang tidak terungkap.
Ekoturisme yang mencangkup edukasi yang jika tidak dikelola dengan baik bisa membawa dampak negatif bagi alam dan tatanan sosial penduduk. Hal ini gencar dilakukan oleh Annisa Ruzuar dari Jelajah Biru sebagai penyedia jasa travel yang bertanggung jawab dengan mengajak peserta untuk menjadi bagian dari Travel with respect dimana peserta harus sadar akan perilaku yang tidak boleh dilakukan saat berada di kawasan konservasi bahari seperti memberi makan ikan dan foto sambil memegang karang. Annisa menjelaskan bahwa ada tiga prinsip kepariwisataan bahari yang bertanggung jawab, yaitu sikap tanggung jawab pada lingkungan hidup, pada sosial budaya, dan pada pengelolaan bisnis berkelanjutan.
“Jika kalian berlibur ke suatu kawasan konservasi cobalah untuk berinteraksi dengan masarakat lokal dengan menginap di salah satu rumah penduduk. Jangan lupa untuk beli cinderamata yang dibuat oleh penduduk sekitar karena dengan begitu kita sudah menerapkan praktik ekoturisme dengan memberikan pemasukan bagi mereka untuk kesejahterahan masyarakat lokal kawasan konservasi” tambah Indarwati Aminuddin selaku Responsible Marine Tourism Coordinator WWF Indonesia yang turut hadir menjadi narasumber pada sesi kedua diskusi.
Dewi Satriani selaku Campaign and Mobilization Manager WWF-Indonesia mengajak peserta yang hadir untuk mengenali, mengunjungi dan mengawasi lebih dari 165 kawasan konservasi bahari di Indonesia dengan mengunduh aplikasi Marine Buddies. Dewi juga menjelaskan tentang cara kerja dari aplikasi bagi pengguna smartphone berbasis android tersebut. “Mekanisme dari penggunaan aplikasi Marine Buddies dalam menindak lanjuti laporan-laporan terkait perilaku tidak bertanggung jawab di kawasan konservasi bahari akan diverifikasi terlebih dahulu oleh WWF-Indonesia terkait kebenarannya sebelum disampaikan kepada pemerintah”, jelas Dewi. Dengan melaporkan aktivitas tidak bertanggung jawab menggunakan marine buddies, kita bisa berkontribusi dalam upaya konservasi di lokasi wisata. Kita juga bisa mulai mempromosikan nilai budaya dan sosial masyarakat lokal serta melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan kepariwisataan.
Apa kamu setuju dengan pendapat kelima narasumber di Talkshow CORAL bersama Komunitas Marine Buddies Jakarta? Jika iya, jangan lupa untuk jadi #TemanTamanLaut dengan ikut serta mengenali, mengawasi dan mengunjungi kawasan konservasi bahari di Indonesia dan unduh aplikasinya di Play Store!