"LEGENDA ULAR PUTIH" DARI PULAU SOLOR
Oleh: Bima Prasena (Escapade)
Hari itu, pada penyelaman terakhir kami di bagian selatan Pulau Solor, saya memilih lensa wide dengan dome housing yang cukup besar. Saat turun ke dasar, kami langsung disambut oleh arus yang cukup kuat.
Arus ini membuat Kusnanto (WWF-Indonesia) sebagai roll master cukup kewalahan untuk menstabilkan transek. Om Rusdy (Universitas Muhammadiyah Kupang) - ‘Om’ adalah panggilan umum untuk laki-laki di kapal Menami, sebagai pengamat bentik, bertugas paling belakang. Saya mencoba melindungi dome dari karang karena arus yang membuat kami terpelanting ke kanan dan kiri.
Rencana awalnya, saya ingin memotret semua anggota tim, tapi alam berkata lain. Pemandangan di bawah sini cukup indah, meskipun ternyata tidak banyak karang yang hidup. Tutupan karang mati membuat parit-parit besar juga jembatan alami. Sempat pula saya melihat batuan vulkanik di bawah tutupan karang mati itu, entah dari mana asalnya.
Dive computer berbunyi keras, susah payah saya untuk menengok alarm-nya. Kencangnya arus membuat gerakan kecil itu sulit sekali dilakukan. Tanpa sadar, ternyata, arus telah melempar saya dari kedalaman 9 meter ke 5 meter! Gawat!
Itu sama saja seperti saya naik dengan kecepatan tinggi, yang berisiko membuat saya terkena dekompresi nitrogen. Cepat-cepat saya kembali berusaha kembali ke kedalaman semula. Namun, arus selalu membawa saya kembali ke 5 meter.
Pada transek keempat, saya mencari ujung dari transek berikutnya yang tidak saya temui. Saya memutuskan untuk menunggu Kusnanto di sana. Dia muncul setelah beberapa saat, sambil dengan tenang menggulung transek itu.
Kami mengikuti jalur transek ketiga hingga menemukan batu berbentuk payung. Kemudian, ada lagi batu yang berbentuk ular kobra! Lucunya, pada bagian punggung kobra itu seperti ada anak anjing yang sedang duduk. Jadilah spot itu menjadi incaran bidikan kamera saya dengan Kusnanto sebagai modelnya.
Malam harinya saat evaluasi, spot batu ular jadi salah satu temuan heboh yang jadi bahan tertawaan. Akhirnya, kami sepakat untuk menyebutnya “Legenda Ular Putih”, supaya mirip dengan judul sinetron Tiongkok waktu kami kecil dahulu. Selalu ada saja cerita heboh saat bertualang, tinggal kita yang pintar-pintar menangkap momen saat di lapangan.