LANGKAH AWAL KESUKSESAAN FIP/AIP DENGAN MENINGKATKAN KAPASITAS FASILITATOR
Oleh : M Budi Santosa (Marine Conservation and Sustainable Fisheries Senior Officer)
Permasalahan umum yang ditemukan dalam pelaksanaan pendampingan kelompok yang dilakukan oleh program perikanan WWF-Indonesia adalah masih kurangnya kapasitas fasilitator yang bertugas di lapangan. Meski sistem perekrutan fasilitator pendamping sudah disesuaikan dengan kebutuhan program di lapangan, tidak bisa dipungkiri bahwa belum semua fasilitator memiliki kemampuan yang sama. Para fasilitator lokal WWF biasanya handal pada kemampuan teknis (aquaculture, bycatch atau capture) namun kurang memiliki kemampuan dalam pengorganisasian kelompok dan pengembangan masyarakat. Akibatnya seringkali advokasi ke stakeholder terkait menjadi terhambat. Melihat permasalahan tersebut, WWF-Indonesia melakukan terobosan untuk memberi bekal pengetahuan dan pengalaman kepada fasilitator tentang proses pengembangan masyarakat dan dinamika kelompok.
Pada tanggal 19 Agustus 2016, WWF-Indonesia bersama Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sumberdaya Pembangunan (LPPSP) Semarang mengadakan pelatihan bagi 10 orang fasilitator dari Program Capture dan Aquaculture WWF-Indonesia serta 5 orang staf dari LPPSP Semarang di Kota Semarang, Jawa Tengah. Pelatihan “Capacity Building untuk Tenaga Honorer WWF-Indonesia” memberi pengetahuan kepada fasilitator lokal WWF-ID tentang dasar-dasar pengembangan masyarakat, proses pengorganisasian dan dinamika kelompok, serta penyusunan laporan community development. Menariknya dalam pelatihan tersebut para fasilitator tidak hanya menjadi peserta pasif namun diajak untuk berinteraksi bersama para trainer, misalnya memerankan lobby, membuat gerakan ice breaking, diskusi aktif serta melakukan interview dan menulis laporan. Trainer adalah ahli pendampingan masyarakat dari LPPSP Semarang yaitu DR. Indra Kertati MSi; Dr. Fadli Rizal Makarim dan Drs Harsoyo, Msi,. Tidak lupa perwakilan dari WWF-Indonesia, M. Budi Santosa, Marine Conservation and Sustainable Fisheries Senior Officer, memberikan materi tentang presentasi rencana kerja bagi fasilitator.
Pada saat sesi presentasi, terlihat jelas bahwa kemampuan masing-masing fasilitator sangat beragam. Kurangnya percaya diri, penguasaan materi serta belum runtutnya rangkaian presentasi adalah rata-rata masalah yang dialami para fasilitator tersebut. Para fasilitator terlihat masih terpaku pada kemampuan teknis dan belum menyentuh nilai-nilai pengembangan masyarakat sebagai subyek sebuah program.
Pada sesi menulis laporan, kemampuan fasilitator kembali diuji khususnya dalam menyampaikan narasi pesan atas sebuah kegiatan community development. Trainer dari LPPSP Semarang mengidentifikasi beberapa fasilitator yang memiliki kemampuan menulis laporan yang cukup bagus, serta masih banyak faislitator yang harus ditingkatnya kemampuan menulisnya. Laporan proyek pengembangan masyarakat yang baik umumnya harus dapat menjelaskan aktivitas yang telah dilakukan, penerima manfaat dari kegiatan tersebut, keberhasilan atau kegagalan yang didapat serta pembelajaran yang diperoleh dari proyek tersebut.
M Budi Santosa sebagai penanggung jawab kegiatan juga berpesan agar para fasilitator terus berlatih untuk meningkatkan kemampuan pendampingan dan pengembangan masyarakat, karena fasilitator merupakan ujung tombak kesuksesan program WWF-Indonesia. Harapannya kegiatan serupa dapat terus dilakukan dengan jumlah peserta lebih banyak dan meliputi berbagai bidang dan proyek, agar program-program WWF-ID dapat terintegrasi dan berjalan dengan baik.