LANGKAH AWAL KEGIATAN MONITORING LAJU PELURUHAN SARANG ORANGUTAN DI KAPUAS HULU
Oleh: Dewi Puspita dan Masayu Y. Vinanda
Kapuas Hulu (09/08)-Sebagai langkah awal kegiatan monitoring laju peluruhan sarang orangutan di kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, WWF melakukan pemetaan lokasi laju peluruhan sarang di dua habitat satwa dilindungi ini yakni Desa Melemba dan Desa Teluk Aur. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan luasan kawasan yang dapat digunakan secara baik selama 1 tahun. Kawasan ini dipastikan bebas dari aktivitas manusia seperti pembukaan lahan atau pengalihan fungsi lahan. Lokasi tersebut juga teridentifikasi sebagai daerah jelajah bagi orangutan.
Setelah data luas kawasan didapat, maka langkah yang dilakukan selanjutnya adalah membuat peta lokasi, dimana di dalam peta tersebut terdapat beberapa transek yang nantinya akan digunakan untuk memonitor laju peluruhan sarang orangutan setiap bulannya selama 1 tahun.
Bukit Peninjau, Desa Melemba, Dusun Meliau
Pada tanggal 8 Juli 2011, tim pemetaan tiba di bukit Peninjau, Desa Melemba, Dusun Meliau, lokasi pemetaan pertama. Tim pemetaan ini terdiri dua tim dengan jumlah 1 tim 5 orang yang masing-masing terdiri dari 2 guide, 1 surveyor, 1 tokoh masyarakat yang mengerti batas wilayah, dan 1 orang perwakilan dari WWF.
“Bukit Peninjau dipilih sebagai salah satu lokasi monitoring laju peluruhan sarang orangutan karena lokasi ini merupakan salah satu habitat orangutan dan dapat mewakili habitat lowland yang terdapat di Kabupaten Kapuas Hulu,” jelas Project Leader WWF Kantor Kapuas Hulu, Albertus Tjiu.
Dari hasil pemetaan ini didapatkan total luasan bukit Peninjau yang mencapai 225 Ha. Dari luasan ini diperkirakan dapat dibuat transek sebanyak 4 transek dengan panjang masing-masing 1 km. 4 transek ini nantinya akan digunakan sebagai transek permanen untuk melakukan monitoring laju peluruhan sarang orangutan dan fruit trail selama 1 tahun.
“Data monitoring laju peluruhan sarang orangutan ini akan digunakan untuk mengidentifikasi lamanya waktu yang diperlukan sarang orangutan tersebut hancur pada habitat lowland. Angka ini nantinya juga digunakan untuk menghitung kepadatan populasi orangutan di Kabupaten Kapuas hulu pada habitat yang sama. Sedangkan data fruit trail penting untuk melihat pergerakan musim buah sehingga nantinya akan dapat memprediksi pergerakan orangutan yang terdapat di kawasan tersebut,” imbuh Albert.
Hutan Lindung Keturun Abadi, Desa Teluk Aur
Sementara untuk memperoleh data serupa di perwakilan habitat rawa, kegiataan pemetaan lokasi laju peluruhan sarang orangutan dilakukan di Hutan Lindung Keturun Abadi, Desa Teluk Aur.
Pada tanggal 12 Juli 2011, Pemetaan lokasi ini telah dilakukan oleh 3 tim secara terpisah dimana masing-masing tim terdiri dari 3 orang. Tim 1 memulai pemetaan dari sisi sebelah kanan sungai, tim 2 memulai pemetaan dari sisi sebelah kiri sungai dan tim 3 bertugas untuk menandai sungai sungai kecil yang terdapat di dalam kawasan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam menentukan lokasi transek yang akan dibuat nantinya karena mengingat lokasi ini adalah lokasi rawa yang dapat terendam sepanjang tahu atau terendam selama enam bulan.
Dari hasil pemetaan di kedua lokasi tersdebut ini, maka langkah yang akan dilakukan selanjutnya adalah monitoring laju peluruhan sarang orangutan di kedua habitat selama 1 tahun.