KOPERASI SERBA USAHA KOMODO SOLUSI PERMASALAHAN SAMPAH DI LABUAN BAJO
Oleh: Nanda September dan Sani Firmansyah
Taman Nasional Komodo menjadi salah satu daerah tujuan wisata favorit bagi wisatawan, baik domestik maupun asing. Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Nusa Tenggara Timur, terdata sebanyak 82.000 orang yang berkunjung di tahun 2016 dan ditargetkan sebanyak 100.000 orang di tahun 2017 untuk bisa berkunjung ke Taman Nasional Komodo. Hal ini pastinya berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan dan akan berdampak negatif terhadap keanekaragaman hayati yang ada, terlebih di Taman Nasional Komodo jika tidak dikelola dengan baik. “Di sini kan terdapat komodo, pari manta, ikan hiu, dan terumbu karang yang mau kita lestarikan. Kalau kita tidak mulai mengelola sampah kita, bukan tidak mungkin beberapa tahun lagi tidak bisa melihat hewan-hewan tersebut, (dan mendapatkan) ikan yang segar untuk dimakan,” ujar Sus Kamil, Marine Conservation Officer.
Untuk mengatasi permasalahan sampah yang ada di Labuan Bajo, didirikanlah Koperasi Serba Usaha (KSU) Komodo. KSU ini merupakan koperasi inisiatif masyarakat Labuan Bajo yang beralamat di Desa Batu Cermin, Labuan Bajo.
Pada awalnya sampah yang dihasilkan masyarakat di Labuan Bajo langsung dibakar begitu saja. Namun setelah didirikannya Koperasi Serba Usaha (KSU) Komodo pada tahun 2015 dengan dukungan pendampingan dari WWF-Indonesia, masyarakat mendapatkan sosialisasi bahwa sampah dapat diubah menjadi hal yang bernilai. Margaret Subekti, salah satu pengelola dan pengurus KSU Komodo bekerja keras memberikan edukasi mengenai sampah di setiap kegiatannya, dari tingkat RT ataupun ke sekolah-sekolah. Ia mengedukasi cara mengelola sampah-sampah organik dengan metode komposting dan mendistribusikan sampah anorganik ke KSU Komodo. Bukan sekadar mengumpulkan sampah tetapi hal ini menjadi sarana edukasi. “Sampah yang dikirimkan warga nanti dikelompokkan sesuai jenisnya lalu dihitung beratnya dan ditukar menjadi uang berupa tabungan yang dapat diambil sebulan sekali,” ujar perempuan yang akrab disapa Oma.
Tempat pembuangan sampah selalu identik dengan tempat yang kotor dan bau namun Oma berserta para pengurus lainnya menjadikan KSU Komodo sebagai tempat pembuangan sampah yang cukup membuat para pengunjungnya nyaman. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa banyak yang mengunjungi KSU Komodo untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan sampah plastik di tempat ini. Dengan sedikit sentuhan seni yang dibuat oleh para relawan sampah di Labuan Bajo, tempat pembuangan tersebut disulap menjadi lebih menarik. Ketika memasuki area KSU Komodo, pengunjung dapat melihat terdapat tangki air dengan gambar tokoh kartun terkenal, Minion. Memasuki area untuk edukasi anak-anak, terdapat lukisan laut yang menggambarkan pemandangan laut di Labuan Bajo. Selain itu, sampah-sampah plastik dan kaca tertata rapi, tidak berceceran atau berantakan seperti di tempat pembuangan sampah pada umumnya. “Tempat sampah, tapi bukan (berarti) menjadi kumuh,” ujar Oma.
Pengelolaan sampah di KSU Komodo terbantu dengan dukungan dari Suporter WWF-Indonesia dan Bank HSBC berupa dua unit kendaraan bermotor roda tiga pengangkut sampah dan mesin pres sampah. KSU Komodo juga digunakan sebagai tempat untuk edukasi siswa TK hingga SMA tentang pengenalan sampah serta pengelolaannya melalui kegiatan yang menyenangkan, seperti mendaur ulang dan mewarnai hasil karyanya. “Saya senang di sini, banyak belajar dengan Oma untuk bikin kupu-kupu dari barang bekas,” tutur Olin, siswa sekolah dasar yang sedang mengunjungi KSU Komodo.
Tidak semata-mata mendaur ulang sampah di KSU Komodo, Oma juga memiliki keinginan lain agar KSU Komodo dapat dijadikan sebagai wadah untuk berbagi informasi serta bersosialisasi antar warga di Labuan Bajo. “Dan pada akhirnya, tujuan utama dari KSU Komodo sendiri bukan semakin banyak penerimaan sampahnya, tapi semakin berkurang. Dan nantinya masyarakat sendirilah yang mengelola sampahnya sehingga kita dapat menjaga Labuan Bajo,” harap Oma.