KONDISI BADAK SUMATERA KRITIS, PERLU SEGERA DILAKUKAN UPAYA PENANGKAPAN DAN PEMINDAHAN
Jakarta 19 Mei 2017. Populasi Badak Sumatera baik yang berada di Sumatera maupun Kalimantan yang terus menurun secara drastis dalam beberapa dekade terakhir telah memicu banyak pihak untuk segera mengambil tindakan nyata demi menyelamatkannya. Atas dasar kekhawatiran tersebut para ahli telah bertemu dan membahas strategi konservasi Badak sumatera dalam forum Sumatran Rhino Crisis Summit pada April 2013 lalu. Menindaklanjuti hal tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian LHK) mengadakan lokakarya internasional tentang “Capture and Translocation of Sumatran Rhino to Support the Conservation Sumatran Rhino in Indonesia” yang diadakan di Hotel Aviary, Bintaro, Jakarta pada 17-19 Mei 2017.
Adapun tujuan lokakarya ini adalah untuk mendapatkan kesepahaman dan pandangan dari parapihak terhadap situasi kondisi Badak Sumatera, khususnya populasi yang kecil, terisolir atau doomed seperti di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung, dan Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Pejabat Plt, Direktur Jendral Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KSDAE) Dr. Ir. Bambang Hendroyono mengatakan, ”Pemerintah akan memfokuskan konservasi badak pada peningkatan reproduksi, bersamaan dengan usaha pengamanan habitat”. Lanjut Bambang, ”Pemerintah Indonesia telah melakukan kajian untuk pemindahan baik Badak Jawa, maupun Badak Sumatera ke habitat yang lebih aman untuk menghindarkan kepunahan genera Dicerorhinus dan spesies Rhinoceros sondaicus”.
Juru bicara Sekretariat Bersama Badak -Indonesia, Noviar Andyani Ph.D mengatakan, ”Penting bagi parapihak melalui lokakarya ini untuk menyepakati tindakan strategis yang harus segera diambil untuk menyelamatkan Badak Sumatera yang masih tersisa, khususnya di Kalimantan Timur, Aceh dan Lampung”. Lanjut Noviar, “Diharapkan Pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan strategis yang mendukung rekomendasi dari hasil lokakarya ini”. Sekretariat Badak Indonesia juga memanggil para pihak lain baik nasional maupun internasional, seperti swasta dan lainnya, untuk mendukung konservasi badak Sumatera baik secara finansial, juga logisitik, sebab pemindahan dan pembangunan suaka badak membutuhkan biaya yang sangat tinggi dan kerjasama parapihak.
Lokakarya ini dihadiri oleh ahli dan pegiat konservasi Badak Indonesia, seperti IRF, WCS, WWF, Pemerintah Kabupaten Kutai Barat, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, TN Way Kambas, TN Leuser, Universitas Mulawarman, Universitas Indonesia, YABI, Alerts, TSI, LIPI, TFCA, BORA, IZW Berlin, Taronga Zoo Australia, IUCN Asia, Geolife Germany, White Oak Conservation, dan Yayasan KEHATI.
Dalam workshop ini diharapkan menyepakati Standar Prosedur, Tata Cara (SOP) bagi penangkapan dan pemindahan badak, kemudian membentuk unit gugus tugas penyelamatan badak Sumatera dengan penguatan legalitas dari Presiden Indonesia (InPres). SOP ini sangat penting agar meminimalisasi resiko pada saat badak ditangkap dan dipindahkan. Bergabung dalam Sekretariat Badak Indonesia adalah lembaga yang bergerak di bidang penyelamatan Badak Indonesia seperti; WWF-Indonesia, WCS, YABI, Alert, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Universitas Mulawarman, IPB, LIPI dan lain-lain.
-0-
Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi;
Yuyun Kurniawan, Koordinator Konservasi Badak WWF-Indonesia
Email: ykurniawan@wwf.id; HP: 0811 1220 066
Dr. Noviar Andayani, Juru Bicara Sekretariat Badak Indonesia
Email: nandayani@wcs.org; HP: 08111118891
Email: ykurniawan@wwf.id; HP: 0811 1220 066
Dr. Noviar Andayani, Juru Bicara Sekretariat Badak Indonesia
Email: nandayani@wcs.org; HP: 08111118891