KISAH PERJUANGAN MAMA FRANSINA PIGO: DARI KAMPUNG SARBE UNTUK MASA DEPAN YANG LEBIH BAIK
Sejak 2021, Perdu (Pengembangan Masyarakat dan Konservasi Sumber Daya Alam), Pemerintah Kampung, masyarakat dan WWF-Indonesia telah bekerja secara kolaboratif dan partisipatif di Kampung Sarbe, yang terletak di jantung Distrik Kuri, sebagai bagian dari Program Voices for Just Climate Action (VCA) yang berdampak baik untuk mendukung penghidupan masyarakat dan memperkuat praktik-praktik berkelanjutan. Inisiatif ini bertujuan untuk menguatkan masyarakat adat dan mempromosikan solusi lokal berbasis alam melalui aksi iklim dalam menghadapi dampak risiko iklim. Di garis depan upaya ini adalah seorang perempuan, seorang mama yang bersahaja yaitu Mama Fransina Pigo, seorang pemimpin lokal yang berdedikasi yang menjabat sebagai Sekretaris Distrik Kuri. Komitmennya yang teguh terhadap keberlanjutan lingkungan dan keterlibatan masyarakat telah menjadi kunci dalam mendorong keberhasilan program.
Pada bulan Oktober 2022, ia mengambil langkah penting dengan berpartisipasi dalam konferensi penting, di mana ia berbagi wawasan dan strategi untuk aksi iklim, yang selanjutnya menginspirasi komunitasnya dan sekitarnya. Kepemimpinan Mama Pigo terus menerangi jalan menuju masa depan yang lebih tangguh dan berkelanjutan bagi Desa Sarbe.Pada 2023, Mama Fransina Pigo menjadi ketua kelompok usaha Aswanei yang terdiri dari lima kelompok perempuan di Kampung Sarbe. Beliau juga aktif terlibat dalam beberapa kegiatan dan pertemuan yang dilakukan PERDU dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat.
Upaya ini pun akhirnya berbuah manis. Pada September 2023, untuk pertama kalinya Mama Fransina Pigo ketua kelompok Aswaney mengkoordinir Kelompok Perempuan dalam mengakses bantuan pendanaan dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung (DPMK) Kabupaten Teluk Bintuni. Mama Fransina Pigo sebagai sumberdaya yang berkapasitas telah melakukan inisiasi untuk memungkinkan kelompok perempuan mengadvokasi kebijakan pendanaan di Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan kampung (DPMK) Kabupaten Teluk Bintuni, dalam membuka peluang dan pemanfaatan alokasi keuangan terkait aksi iklim. Dengan dukungan baru ini, kelompok ini siap untuk melaksanakan proyek-proyek berdampak yang akan mengangkat kehidupan, menumbuhkan kemandirian, dan mendorong pembangunan berkelanjutan di wilayah tersebut.
Kegigihan dari seorang Mama Fransina Pigo sebagai Ketua Kelompok Aswanei untuk menjalankan usaha sangat terlihat dari upaya beliau dalam menggerakan kelompok dan berinisiatif secara mandiri untuk mendistribusi beberapa produk sarang semut yang dibuat ke Manokwari untuk dapat dipromosikan dibeberapa tempat seperti pada saat pameran maupun pesanan. Selain itu, Mama Fransina Pigo dengan tekun menjalani proses untuk mendapatkan Izin Usaha (PIRT) untuk produk sarang semut, salah satunya dengan mengikuti pelatihan untuk mendapatkan sertifikat ketahanan pangan oleh Dinas Kesehatan Kabubapten Teluk Bintuni sebagai salah satu syarat kelengkapan pengurusan PIRT hingga PIRT Produk sarang semut sukses diterbitkan.
Pada bulan November 2024, sebuah kisah inspiratif terukir dalam perjalanan seorang perempuan tangguh dari Kampung Sarbe, Mama Fransina Pigo. Di tengah hiruk-pikuk kota Jakarta, di ajang Indonesian Climate Week, beliau berdiri dengan penuh keyakinan sebagai perwakilan lokal champion dari wilayah dampingan Perdu. Dengan senyum hangat dan tangan yang terampil, Mama Fransina memamerkan salah satu kekayaan alam Papua—produk teh celup sarang semut. Di pojok komunitas, tempat booth pameran VCA Tanah Papua berdiri, Mama Fransina tidak hanya menunjukkan keahliannya dalam membuat teh celup sarang semut, tetapi juga berbagi cerita tentang tanah kelahirannya. Sarang semut, yang selama ini dikenal sebagai tanaman obat dengan segudang manfaat, menjadi simbol perjuangan masyarakat Kampung Sarbe untuk menjaga alam dan memberdayakan diri. Para pengunjung yang datang bukan hanya tertarik pada produk yang ditawarkan, tetapi juga tersentuh oleh semangat dan dedikasi Mama Fransina. Dengan suara lembut namun penuh keyakinan, beliau menceritakan bagaimana sarang semut dipanen secara berkelanjutan, tanpa merusak ekosistem hutan Papua. Beliau menjelaskan bahwa setiap cangkir teh yang mereka nikmati adalah hasil dari kerja keras dan cinta terhadap alam.
Momen itu menjadi saksi bagaimana seorang perempuan dari pelosok Papua mampu membawa cerita besar ke panggung nasional. Tidak hanya tentang produk, tetapi juga tentang harapan, keberlanjutan, dan masa depan yang lebih baik. Mama Fransina telah membuktikan bahwa perubahan besar dapat dimulai dari langkah kecil di komunitas. Melalui Indonesian Climate Week, beliau tidak hanya mempromosikan teh celup sarang semut, tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan mendukung produk lokal. Semangatnya adalah bukti nyata bahwa setiap individu memiliki peran penting dalam menjaga bumi kita. Mama Fransina Pigo adalah wajah harapan dari Tanah Papua—sebuah kisah yang akan terus hidup di hati banyak orang.
Pada Desember 2024, DPMK Kabupaten Teluk Bintuni menjawab dan memberikan bantuan pendanaan yang diusulkan oleh Mama Fransina Pigo untuk kelompok usaha perempuan Aswanei di Kampung Sarbe sebesar Rp350.000.000. Dana tersebut diberikan dalam bentuk pelatihan membuat kue berbahan dasar sagu, sebuah langkah cerdas yang memanfaatkan kekayaan lokal dan mengubahnya menjadi peluang ekonomi. Tidak hanya itu, setiap kelompok usaha perempuan juga menerima alat dan bahan yang mereka butuhkan untuk memulai atau mengembangkan usaha mereka. Ini bukan hanya tentang pemberian materi, tetapi juga tentang membangun kepercayaan diri dan kemandirian. Di bawah kepemimpinannya, Aswanei telah menjadi simbol perjuangan dan kebangkitan perempuan di Kampung Sarbe. Kini, tongkat estafet itu ia serahkan, namun jejak langkahnya akan terus dikenang. Setiap adonan kue yang mereka buat, setiap tawa yang terdengar di tengah pelatihan, adalah bukti bahwa perubahan itu mungkin. Perjalanan Mama Fransina mungkin telah berakhir, tetapi semangatnya akan terus hidup di hati para perempuan Aswanei.
Teladan dari Mama Fransina Pigo akan dikenang sepanjang masa, konsisten dalam pikiran, perkataan dan perbuatan karena tidak ada yang tidak mungkin, sepanjang niat dan laku kita tulus untuk semesta. Selamat jalan Mama Fransina, doa terbaik dari kami.
In memoria, 2 Maret 2025.