KICK OFF STRATEGI JANGKA BENAH DI DESA SUO-SUO: PENANAMAN SIMBOLIS BERSAMA WWF INDONESIA DAN PARA PEMANGKU KEPENTINGAN
Langkah konkret menuju pengelolaan lahan yang legal, produktif, dan lestari resmi dimulai dengan dilaksanakannya kegiatan Kick Off Strategi Jangka Benah (SJB) pada 6 Mei 2025. Kegiatan ini menjadi kelanjutan dari serangkaian upaya yang telah dilakukan oleh WWF-Indonesia bersama Yayasan Pundi Sumatera , yaitu Workshop Sekolah Jangka Benah di Universitas Jambi bersama para petani dan akademisi pada tanggal 4 Mei 2025 dan Kunjungan Demonstration Plot CRC (Demplot CRC) pada tanggal 5 Mei 2025 untuk memberikan contoh langsung kepada petani terkait penerapan agroforestri di lahan sawit. Kegiatan ini menggabungkan pendekatan partisipatif, keilmuan, serta kebijakan lintas sektor dalam menyelesaikan persoalan pengelolaan lahan di kawasan hutan.
Acara Kick Off Strategi Jangka Benah digelar di Desa Suo-Suo sebagai lokasi pilot project pembangunan demonstation plot (demplot) Strategi Jangka Benah dengan wilayah percontohan seluas 50 hektar. Acara ini dihadiri oleh para pemangku kepentingan dari berbagai latar belakang. Hadir dalam kegiatan ini antara lain perwakilan dari Asisten II Sekda Kabupaten Tebo, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi, Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Tebo Timur, Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Tebo, Polsek, Koramil Kabupaten Tebo, Camat Sumay, dan Kepala Desa Suo-Suo. Dari kalangan akademisi, turut hadir perwakilan dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Fakultas Pertanian Universitas Jambi (UNJA), dan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Sementara dari sektor masyarakat, hadir pula Koperasi HTR Bungo Pandan dan Koperasi HTR Setia Jaya Mandiri sebagai dua kelompok tani utama yang menjadi mitra lokal, serta lembaga pendamping seperti Yayasan Pundi Sumatra dan WWF-Indonesia.
Rangkaian kegiatan dimulai dengan sambutan dari Bestamir Arief, Ketua Proyek Strategi Jangka Benah dari Yayasan Pundi Sumatra. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam mewujudkan tata kelola kawasan hutan yang adil dan berkelanjutan. Poin itu juga disorori pada sambutan yang oleh Eka Purnamasari, perwakilan WWF-Indonesia yang menyoroti urgensi konservasi yang selaras dengan kesejahteraan masyarakat. Sambutan terakhir datang dari Joko Ardiawan, SP., Asisten II Sekda Kabupaten Tebo, yang menyampaikan komitmen pemerintah daerah dalam mendukung inisiatif ini sebagai bagian dari agenda pembangunan daerah yang berbasis sumber daya lokal.
Sesi berikutnya diisi dengan pemaparan ilmiah dari dua akademisi, yaitu Dr. Forst. Bambang Irawan dari UNJA dan Dr. Ir. Hero Marhaento, S.Hut., M.Si., IPM. dari Fakultas Kehutanan UGM. Keduanya menjelaskan konsep dasar strategi jangka benah, termasuk kerangka hukum perhutanan sosial, teknik agroforestri adaptif, hingga skema integrasi tanaman kehutanan dan pertanian. Mereka juga menyoroti pentingnya legalitas lahan sebagai fondasi dari keberlanjutan usaha tani, serta menyampaikan hasil-hasil riset sebelumnya yang menunjukkan potensi kombinasi sawit dengan tanaman seperti durian, petai, dan meranti dalam meningkatkan nilai ekonomi dan memperbaiki ekosistem.
Kegiatan dilanjutkan dengan prosesi serah terima bibit secara simbolis, sebagai bentuk komitmen bersama terhadap keberlanjutan proyek ini. Peserta kemudian diajak meninjau langsung lokasi pembibitan dan penanaman simbolis. Dalam peninjauan tersebut, Bestamir Arief menjelaskan bahwa demplot SJB di Desa Suo-Suo akan ditanami tanaman dengan komposisi 40% petai, 30% meranti, dan 30% durian—yang terdiri dari varietas unggul seperti musang king, duri hitam, dan bawor. Tanaman-tanaman ini akan ditanam sebagai sisipan di antara kebun sawit yang telah lebih dahulu eksis, membentuk pola agroforestri yang adaptif terhadap kondisi kawasan.
Kick off ini bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan panjang yang melibatkan sinergi aktif semua pihak. Strategi Jangka Benah bukan sekadar konsep teknis, tetapi juga wadah pengorganisasian, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat untuk memperjuangkan hak atas lahan secara legal, produktif, dan berkelanjutan. Desa Suo-Suo kini menjadi pionir dari gerakan transformatif ini—dengan harapan, penerapan dan keberhasilan dari program ini dapat memberikan manfaat dan dapat menjadi inspirasi bagi desa-desa lainnya di lanskap serupa.