KELOMPOK KOMUNITAS ANTUSIAS IKUTI EARTH HOUR DI MONAS
Oleh: Masayu Yulien Vinanda
Jakarta (27/03)-Komunitas sepeda onthel yang menamakan dirinya KOBA (Komunitas Onthel Batavia) tampak bersemangat mengikuti puncak perayaan Earth Hour, Sabtu (27/03) malam di di Monas, Jakarta Pusat. Sekitar 25 ontelis (sebutan bagi para penggiat sepeda onthel) terlihat mengenakan pakaian khas “tempo doeloe” seperti jas para pejuang pergerakan dan pakaian khas betawi serta berbagai ornamen dan seragam lainnya.
“Tadi pukul 7 malam, kami berkumpul bersama di Bundaran HI dan gowes bareng-bareng ke Monas.Awalnya ada lebih dari 25 orang yang ikut, tapi karena hujan, dan beberapa dari kami juga sudah lanjut usia, jadi hanya 25 orang saja yang datang ke Monas ini,” jelas H. Darsono, salah satu anggota KOBA yang ikut serta dalam perayaan Earth Hour di Monas.
Untuk menerangi kegelapan ibukota, ontelis melengkapi sepeda mereka dengan lampu dinamo dan lampu berbahan bakar minyak.
“Lampu sepeda kami tidak ada yang memakai batere... Kami upayakan bukan hanya onthelnya yang ramah ingkungan, tapi juga aksesorisnya” tambah Darsono.
Lelaki paruh baya tersebut berharap melalui Earth Hour, warga Jakarta akan semakin tergerak untuk berkontribusi mengurangi emisi karbon, salah satunya adalah dengan mengurangi penggunaan energi listrik.
Tidak hanya KOBA, sejumlah siswa SMU Jakarta yang tergabung dalam Forum Pelajar Peduli Energi dan Air (FPPEA) juga ikut meramaikan kampanye Earth Hour di jantung ibukota tersebut.
“Earth Hour bener-bener nyadarin kita kalau kita bisa melakukan sesuatu untuk bumi. Mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tidak digunakan merupakan hal kecil yang dapat dilakukan oleh semua orang. Tapi dampaknyanya besar bagi kelangsungan hidup dan kelestarian lingkungan,” jelas Ina, salah satu relawan peduli energi dan air.
Komunitas lain yang juga mengerahkan massanya untuk ikut bergabung dalam perayaan kampanye perubahan iklim “Earth Hour” adalah Parkour. Seni olah tubuh yang identik dengan gerakan melompat, bergelantungan, memanjat ini menerjunkan belasan traceur (sebutan bagi para penggiat parkour) untuk ikut membantu pelaksanaan dan meramaikan peringatan Earth Hour.
Tepat pukul 20.30, kawasan Monas terlihat gelap. Seluruh lampu taman yang ada di areal seluas 80 hektar ini dipadamkan, dan hanya lampu sorot yang menyinari puncak tugu Monas saja yang terlihat menyala. Kendati kawasan Monas terlihat gelap, namun tak menyurutkan semangat kelompok komunitas maupun pengunjung Monas lainnya untuk menyaksikan pelaksanaan kampanye pengurangan laju perubahan iklim global tersebut. Mereka tampak terhanyut merenungi betapa pentingnya melakukan penghematan energi demi kelangsungan kehidupan di bumi.