KAMI TIDAK PUNYA HUTAN & EMAS UNTUK MENYEJAHTERAKAN MASYARAKAT DI KABUPATEN TELUK WONDAMA
Oleh : Benja V Mambai
“EMAS”, Elok, Maju, Aman dan Sejahtera berdasarkan kasih dan kejujuran, itulah visi Bupati Kabupaten Teluk Wondama Drs. Bernard A. Imburi M.Si bersama wakil Bupati Dr. Drs. Paulus Y. Indubri, periode 2016-2021.
Untuk mewujudkan impiannya, maka Bupati Imburi berprinsip, setiap orang atau lembaga yang hadir di Wasior harus dijumpai guna mendengar apa maksud dan tujuan mereka. Teluk Wondama yang berada di bagian dalam Teluk Cenderawasih pasti sulit dijangkau. Untuk itu, mereka yang datang dan ingin bertemu dengan pemerintah daerah berarti ingin berbuat sesuatu yang berguna bagi masyarakat di atas bumi Wamesa.
Hal ini diungkapkan oleh Bupati Kabupaten Teluk Wondama saat mengawali diskusi rancangan dokumen Kesepakatan Kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama, Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BBTNTC) dan WWF-Indonesia yang berlangsung di aula kantor Bappeda pada Selasa (5/12). Menurut Bupati Imburi, untuk mewujudkan visi menuju Teluk Wondama “Emas”, maka pemerintah Kabupaten Teluk Wondama tidak dapat bekerja sendiri. ""Untuk itu kami menyambut baik kesepakatan kerja sama yang dibuat dan ditandatangani oleh saya selaku Bupati Kabupaten Teluk Wondama, Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih dan Direktur WWF-Indonesia Program Papua,"" ungkapnya.
Wilayah Kabupaten Teluk Wondama 85% berada dalam kawasan konservasi. Di wilayah perairan seluruhnya berada dalam kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih dan di wilayah daratan sebagai berbatas dan berada di dalam Cagar Alam Pegunungan Wondiwoi. “Hal ini menyebabkan kami tidak memiliki hutan maupun emas yang dapat dieksploitasi guna mewujudkan dan menghadirkan “EMAS” di wilayah ini. Tetapi kami yakin dengan potensi kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih dan Cagar Alam Pegunungan Wondiwoi, akan menjadi modal berharga dalam mendukung upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sektor wisata akan menjadi satu-satunya sektor unggulan bagi Kabupaten Teluk Wondama dalam meningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Menurut Bupati Imburi, Kabupaten Teluk Wondama memiliki potensi wisata yang cukup komplit. Daerah ini memiliki potensi bahari yang tidak kalah menariknya dengan Raja Ampat. Selain itu juga budaya suku Wamesa yang mendiami semenanjung Teluk Wondama memiliki daya tarik tersendiri. Bukit Aitumeri, menjadi situs sejarah peradaban orang Papua. Dari Bukit Aitumerilah pendidikan formal di tanah Papua dimulai, setelah dua pengijil asal Jerman menginjakkan kakinya di Pulau Mansinam pada 5 Februari 1855. Di atas Bukit Aitumerilah pendeta I.S Kinje salah satu misionaris yang melegenda di kalangan warga GKI di Tanah Papua mendapatkan inspirasi untuk menulis buku pujian Nyanyian Mazmur dan Rohani yang kini digunakan sebagai pujian-pujian oleh warga GKI. Di Kampung Yende terdapat gereja tua dengan peninggalan alkitab/injil tertua di tanah Papua. Untuk itu bila semua potensi ini dikemas dengan baik, maka tidak tertutup kemungkinan Kabupaten Teluk Wondama akan menjadi “alternative destination” wisata di Tanah Papua di masa mendatang.
Untuk itu, Bupati Imburi bertekad agar secara bertahap mempersiapkan infrastruktur pendukung, seperti pembangunan bandara agar dapat didarati oleh pesawat berukuran sedang. Memaksimalkan program tol laut yang telah dicanangkan oleh Presiden Jokowi. Memperbaiki akses telekomunikasi, agar wisatawan yang berkunjung ke Teluk Wondama tetap dapat berinteraksi dengan dunia luar. Menata kota Wasior dan pusat-pusat objek wisata. Mengkomunikasikan program ini dengan masyarakat agar mereka tidak apatis serta mempersiapkan masyarakat menjadi pelaku utama.
Untuk itu, melalui kerja sama yang dibangun oleh Pemda Kabupaten Teluk Wondama bersama Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih dan WWF-Indonesia Program Papua, diharapkan dapat dikembangkan beberapa kampung model pengembangan ekowisata dan kelembagaan Badan Usaha Kampung sebagai wadah dalam memfasilitasi kegiatan-kegiatan ekonomi alternatif di tingkat kampung.