IKAN KARANG JARANG, NELAYAN PULAU KASUARI BERALIH KE TUNA
Oleh: Sasi (Maluku Fisheries Officer WWF Indonesia)
Selama beberapa bulan terakhir, ikan karang atau demersal sulit didapat di Pulau Kasuari, Buano. Pulau Buano yang masih satu gugusan dengan Pulau Kelang dan Pulau Manipa, Kecamatan Huamual Belakang ini masih berada di wilayah Kabupaten Seram, Provinsi Maluku. Cuaca buruk dan pergantian musim membuat mereka kesulitan mendapat ikan karang. Padahal pendapatan mereka berasal dari ikan karang seperti kerapu, kakap dan ekor kuning. Sebagian besar nelayan di Pulau Kasuari yang biasanya menangkap ikan karang atau ikan demersal pun beralih menangkap ikan tuna.
Pulau Kasuari adalah salah satu pulau yang ada di gugusan Pulau Buano, Provinsi Maluku. Pulau ini berada di sekitar Teluk Valentine. Sebagian besar masyarakat di Pulau Kasuari berprofesi sebagai nelayan. Pulau kecil ini hanya memiliki sedikit daratan sehingga penduduknya hanya mengandalkan hasil laut saja untuk menghidupi keluarga. Walaupun ada sebagian kecil warga yang bercocok tanam di sekitar Teluk Valentine.
Dari hasil pendataan harian perikanan yang dilakukan para enumerator WWF-Indonesia dengan dukungan Proyek USAID Sustainable Ecosystems Advanced (SEA), ikan target pendataan harian adalah ikan karang atau demersal. Jenis-jenis ikan karang yang umumnya ditangkap nelayan di Pulau Kasuari adalah ikan kakap, kerapu, dan ekor kuning. Jumlah nelayan yang menangkap ikan demersal cukup banyak pada November 2017 lalu. Namun, seiring berjalannya waktu nelayan ikan demersal semakin berkurang. Apalagi bulan November sampai Maret dikenal sebagai musim angin barat yang menyebabkan cuaca buruk di lautan. Nelayan pun tak berani pergi melaut terlalu jauh dan ada sebagian nelayan yang tidak melaut sama sekali.
Nelayan ikan demersal mulai berkurang sejak bulan Desember 2017 sampai Februari 2018. Nelayan yang menangkap ikan demersal hanya berjumlah 7 orang saja dari 27 nelayan yang tercatat. Artinya, 75% nelayan di Pulau Kasuari beralih menjadi nelayan ikan pelagis besar seperti tuna. Selain itu, ada pula nelayan yang menjadi ABK kapal purse seine untuk menangkap ikan layang.
Hal itu juga yang dialami Bapak La Maindo, salah satu responden dalam pendataan harian perikanan. Ia bercerita tentang kondisi perikanan tangkap di Pulau Kasuari. Ia mengatakan ada 2 alasan mengapa banyak nelayan yang beralih ke ikan pelagis besar seperti tuna, yakni alasan musim tangkap ikan tuna dan pendapatan.
La Maindo bercerita nelayan di Pulau Kasuari ini adalah nelayan yang tidak menetap dalam satu fokus penangkapan saja atau biasa disebut nelayan musiman. “Ketika lagi musim ikan demersal ya menangkap ikan demersal dan ketika lagi musim tuna jadi nelayan tuna,” tutur La Maindo. Selain itu, komoditi ikan tuna di Pulau Kasuari ini sangat melimpah ketika musim tuna. Bahkan, ada nelayan yang menangkap ikan tuna sampai 10 ekor dalam 1 kali trip penangkapan saja.
Bagi La Maindo, menjadi nelayan tuna sangat menguntungkan karena harga ikan tuna cukup mahal dan bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pendapatan nelayan demersal bisa kalah dari pendapatan nelayan tuna. Hal inilah yang membuat sebagian besar nelayan di Pulau Kasuari memilih beralih menjadi nelayan tuna untuk sementara waktu. Sembari menunggu musim membaik, mereka akan terus menangkap tuna sampai musim tuna berakhir dan tergantikan oleh ikan karang.