HIU PAUS DAN PAUS BRYDE TERPANTAU DI PERAIRAN KEI KECIL, MALUKU TENGGARA
Oleh: Syarif Yulius Hadinata (Marine Species Assisstant, WWF-Indonesia)
Hiu paus (Rhincodon typus) dan paus Bryde (Balaenoptera brydei) terlihat di Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau Pulau Kecil (KKP3K) Taman Pulau Kecil (TPK), Pulau Kei Kecil, Pulau-Pulau dan Perairan Sekitarnya, Kabupaten Maluku Tenggara. Tim pengamatan insidental (occasional observation) WWF-Indonesia – Inner Banda Arc Sub Seascape (IBAS) menjumpai hiu paus pada 14/07/2017, dan paus Bryde dua hari setelahnya (17/07/2017).
“Paus… Paus!!” M. A. Ingratubun (Dinas Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara) berteriak dari haluan speed boat kami. Matahari hampir terbenam pukul 18.02 WIT sore itu (17/07/2017) di perairan Ohoi (desa) Wab, Kecamatan Hoat Sorbay. Tampak burung-burung camar terbang rendah di atas permukaan air. Om Ongky, panggilan akrabnya, adalah mitra kami dalam melakukan occasional observation ini.
Speed boat mendekat dan berhenti, tak disangka hembusan nafas mamalia melintas di depan kami. Tak cukup sekali, paus itu terus berenang di sekitar speed boat yang berjalan pelan. Sesekali, paus yang disebut Lor Ngar Wan oleh masyarakat pesisir Kei Kecil ini berenang menjauh, kemudian mendekat. Dari pengamatan beberapa kali hembusan nafas, disimpulkan bahwa mereka berjumlah 3 individu.
“Dilihat dari sirip punggung (dorsal), ini adalah paus Bryde,” ungkap Sheyka N. Fadela (Marine Spesies Conservation Assistant, WWF-Indonesia, mengidentifikasi sirip yang tampak pada jarak 15 meter. “Sirip punggung paus Bryde berbentuk seperti sabit, berukuran kecil jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Selain itu, ada totol-totol putih berukuran sedang di dekat sirip punggungnya,” jelasnya.
Occasional observation adalah jenis pengamatan yang bisa dilakukan kapan saja, atau tidak secara regular. Tujuannya, untuk memastikan informasi anekdot dari warga sekitar. Saat itu, memang, kami mendapat laporan bahwa nelayan sering melihat hiu paus saat mencari ikan di laut pada sore hari. Warga juga bercerita, hiu paus dalam jumlah banyak tampak bermain di perairan Ohoi Wab.
Pada pengamatan pertama, yaitu tiga hari sebelumnya (14/07/2017), laporan warga tersebut terbukti. Setelah memulai pengamatan pada pukul 15.00 WIT, pada 17.40 WIT, dua individu ikan terbesar di dunia, hiu paus, yang dikenal dengan nama Yeu oleh masyarakat lokal, mempertontonkan sirip dorsalnya. Mereka berenang menjauh menuju arah utara pada jarak pandang 10 meter.
Panjang tubuh sang raksasa jinak ini diperkirakan mencapai 10 meter. Yeu berdiam diri di belakang speed boat dengan mulut lebarnya yang sesekali terbuka. Sayang, cuaca hujan, ombak kencang, dan visibility perairan yang rendah, membuat pengamatan tidak dapat dilakukan dari dalam air. Metode occasional observation yang digunakan adalah pengamatan langsung secara kasat mata (visual) dan perekam data dengan aplikasi Akvo Flow.
Kemunculan dua spesies raksasa ini bukanlah hal baru bagi nelayan Perairan Kei Kecil. Pada tahun 2015, pernah ada kasus terdamparnya paus pilot (Globicephala) dengan panjang 4,7 meter di Desa Ohoi Lilir. Bahkan, dari pengamatan sepanjang 2016 lalu, bulan Juli hingga Oktober teridentifikasi sebagai bulan kemunculan hiu paus.
Perairan Kei Kecil adalah feeding ground bagi hiu paus, terutama sekitar bagan nelayan. Status hiu paus sendiri sudah dilindungi Kepmen KP No. 18 Tahun 2013 Tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Hiu Paus. Begitu pula dengan paus, yang perlindungannya juga sudah tertuang dalam PP No. 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Sebagai upaya perlindungannya, pengamatan insidental dapat meningkatkan frekuensi kehadiran pengelola kawasan, untuk mencegah pelanggaran pemanfaatan sumber daya. Bahkan, hasil pengamatan dapat menjadi informasi penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai mamalia laut yang dilindungi ini.