HARI KE 8 : DINGIN DARI KEDALAMAN, UPWELLING DI SEKITAR PULAU ALOR
oleh c
Perairan di sekitar Pulau Alor, khususnya di Pantar, Kangge, Rusa, dan Kambing, semuanya mempunyai 2 hal yang sama; Arus di permukaannya kencang dan suhu airnya sangat dingin! Bagaimana bisa hal itu terjadi, sementara hari masih siang, tidak ada awan di langit, dan matahari bersinar dengan terangnya?
Untuk menjawabnya, bayangkan permukaan air laut terdiri dari beberapa lapisan air; Air di permukaan terasa hangat (karena panas matahari) dan tidak padat (less dense), sedangkan air di kedalaman yang lebih tinggi terasa lebih dingin dan padat (more dense). Inilah yang menyebabkan lapisan-lapisan air di mana air yang lebih hangat ‘mengapung’ di atas air yang lebih dingin. Lapisan di mana pertemuan suhu drastis antara air hangat dan dingin ini disebut thermocline. Para penyelam kadang bisa mengalami thermocline tersebut, yaitu di mana airnya tampak seperti menampilkan garisan-garisan gelombang dikarenakan refraksi cahaya antara lapisan air hangat dan air dingin.
Namun, di banyak tempat ada kejadian di mana air dengan suhu yang lebih rendah bisa mengalir sampai ke permukaan laut. Efek dari hembusan angin dan arus yang kuat bisa mendorong air hangat di permukaan menjauh, sehingga 'ruangan' diisi oleh air dingin dari kedalaman yang lebih tinggi. Fenomena ini disebut ‘upwelling', penyebab dinginnya perairan di Alor.
Upwelling juga mempunyai efek samping. Pada umumnya, permukaan air yang hangat tidak begitu bernutrisi karena nutrisi pada air tersebut digunakan fitoplankton untuk proses fotosintesis. Di sisi lain, air di kedalaman yang lebih tinggi cenderung lebih bernutrisi karena sinar matahari yang terbatas tidak menarik perhatian fitoplankton untuk berburu nutrisi disana. Tapi, ketika upwelling terjadi, nutrisi dari air dalam (yang bersuhu lebih rendah) ikut terdorong ke atas sehingga fitoplankton pun ber-’pesta’. Hal ini tentu menyebabkan pertumbuhan pesat alga di beberapa kasus, sehingga memberikan pengaruh pada rantai makanan dalam laut; zooplankton berdatangan, diikuti dengan ikan filter feeder (e.g. hiu paus), dan akhirnya menarik perhatian predator. Ini mungkin alasan kenapa kami melihat banyak ikan barakuda, ikan hiu, dan lumba-lumba di perairan Alor. Bukan hal yang mengherankan pula jika perairan itu terkenal akan perikanan tuna dan sebagai tempat berjumpa dengan dugong dan mamalia laut lainnya. Fenomena upwelling mungkin menuntun satwa-satwa laut itu ke perairan Alor yang tidak lain adalah tempat mereka mencari makan!