GO TIGERS! AMERICAN INTERNATIONAL SCHOOL DHAKA DISCOVERY WEEK BALI 2016
Penulis: Annisa Ruzuar (Responsible Marine Tourism & Sustainable Seafood Communication Advisor)
Presentasi dari WWF-Indonesia, Yayasan Reef Check dan paparan singkat dari Jelajah Biru, membuka acara American International School Dhaka (AISD) Discovery Week Bali, pada tanggal 12 Februari 2016 lalu. Mereka dibekali gambaran umum program kerja konservasi WWF-Indonesia dan Yayasan Reef Check, yang mencakup ekosistem pesisir dan laut. Tak lupa, ketiga presenter mengajak murid AISD untuk berwisata dengan menerapkan prinsip-prinsip terbaik dan berkeadilan pariwisata yang bertanggung jawab. Selama kurang lebih enam hari berikutnya, 18 murid dan 3 orang guru dari AISD akan memperoleh pengalaman menjadi sukarelawan untuk lingkungan dan masyarakat sambil menikmati keindahan alam Bali.
Keesokan harinya, instruktur Panda Diving School dan pelatih dari Yayasan Reef Check membekali para murid dengan teori dan kemampuan dasar menyelam. Kegiatan ini dilakukan di Pemuteran, lokasi aktivitas mereka selama empat hari. Rata-rata peserta cukup tenang saat berada di dasar kolam dan melakukan serangkaian latihan dasar. Pemahaman teori yang diberikan dalam kelas juga diserap dengan baik oleh mereka.
Pada hari ketiga, murid dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merehabilitasi mangrove bersama masyarakat dampingan WWF-Indonesia dari Sumberkima, sementara kelompok kedua berlatih menyelam di Bio-rock. Cuaca mendung di Sumberkima membuat peserta cukup nyaman menanam dan melakukan geo tagging 100 bibit mangrove dari jenis Rhizopora mucronata. Mereka didampingi oleh WWF-Indonesia dan Balai Pengelolaan Hutan Mangrove yang menjelaskan peranan mangrove bagi ekosistem dan kehidupan masyarakat Sumberkima Tidak hanya itu, kelompok pertama juga diajak membantu masyarakat membudidayakan rumput laut. Dengan menggunakan jaket pelampung dan snorkel, para murid membantu petani rumput laut memasang bibit di pipa yang telah dipasang di laut. Mereka juga ditunjukkan bagaimana hama ‘ice-ice’ dapat mengancam kesehatan rumput laut. Kesempatan berenang ini menjadi pemanasan bagi kelompok pertama sebelum sesi menyelam pada tanggal 15 Februari 2016. Ya, kedua kelompok ini dijadwalkan bertukar kegiatan di hari keempat tersebut.
‘Reef Check Day’ dengan metode “Do You See Me” menjadi aktivitas hari terakhir di Pemuteran. Dalam kelas yang diberikan malam sebelumnya, instruktur menerangkan spesies yang menjadi indikator kesehatan ekosistem karang serta manfaat data yang akan dikumpulkan. Murid-murid antusias membahas pengalaman bawah air mereka dan mencoba mengingat spesies laut yang pernah mereka lihat hingga beberapa kali diminta tenang oleh gurunya. Antusiasme yang sama terlihat saat mereka turun di hari berikutnya. Saat berada di bawah laut, bahkan ada satu kelompok yang mencoba berkomunikasi dengan pelatihnya untuk menanyakan kondisi karang yang mereka lihat.
Data yang dikumpulkan oleh para murid dicatat ke dalam formulir khusus yang disusun oleh Yayasan Reef Check. Data yang terkumpul berguna dalam memberikan gambaran berkala mengenai kondisi kesehatan karang di Pemuteran. Melalui metode sederhana ini, murid Sekolah Lanjutan Menengah Atas (SLTA) pun dapat melakukan pemantauan karang dan berkontribusi dalam konservasi laut di Indonesia.
Setelah melakukan kegiatan selama empat hari di Pemuteran, para peserta berangkat menuju lokasi kegiatan terakhir, yaitu Serangan, dimana mereka akan mengunjungi Turtle Conservation and Education Center (TCEC) dan melakukan aksi pembersihan Pantai Melasti. Cuaca terik di Serangan tidak mengurangi semangat para murid untuk mengumpulkan sampah plastik. “One plastic, one more turtle dies” tiba-tiba menjadi slogan di antara para murid. “Turtle thinks plastic bag as jelly fish, their favourite food,” jelas salah seorang murid. Rupanya penjelasan tim WWF-Indonesia pagi harinya mengena dan diingat oleh para murid. Setelah membersihkan pantai, mereka diajak untuk membersihkan kolam penyu. Kegiatan hari itu pun diakhiri dengan pemberian medali bagi sukarelawan terbaik. Selain menjadi sukarelawan, para peserta dari AISD ini juga memberikan sejumlah donasi untuk Program NewTrees WWF-Indonesia, TCEC, dan Yayasan Reef Check.
Kegiatan di Serangan ini juga menutup rangkaian Discovery Week Bali 2016. Menurut penuturan para guru, kegiatan Discovery Week Bali berbeda dengan yang dilakukan AISD di negara-negara lain. Hal ini dikarenakan kegiatan dan materi yang diberikan untuk kunjungan ke Bali ini sarat dengan nilai konservasi dan kerja sukarela.
Kunjungan AISD ini juga menjadi awal kemitraan antara WWF-Indonesia dengan Jelajah Biru (cek laman Jelajah Biru di http://www.jelajahbiru.com/), pihak swasta yang akan memasarkan paket wisata ke beberapa lokasi wisata berbasis komunitas yang didampingi oleh WWF-Indonesia. Hingga saat ini, lokasi-lokasi wisata tersebut masih terbatas di Bentang Laut Sunda Banda, yang mana tercakup ke dalam kawasan Segitiga Terumbu Karang Dunia (Coral Triangle). Ada dua prasyarat utama yang ditetapkan untuk setiap paket wisata yang ditawarkannya, yaitu kegiatan pariwisata tersebut berkontribusi dalam upaya konservasi di satu daerah dan memberikan manfaat bagi masyarakat yang disinggahi. Kedua prasyarat inilah yang menjadi benang merah seluruh aktivitas AISD Discovery Week 2016. So, see you next year AISD Tigers!