GAJAH YONGKI MATI, INVESTIGASI MENDESAK DILAKUKAN UNTUK JERAT PELAKU
Lampung – Berita duka itu tiba Jumat, 18 September 2015, pukul 07.30 WIB. Yongki, gajah berusia 34 tahun seberat 3,3 ton itu ditemukan mati tanpa gading. Yongki merupakan salah satu anggota flying squad di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Flying squad, adalah sebutan untuk sekumpulan gajah yang telah dilatih untuk melakukan mitigasi konflik antara gajah dan manusia.
Gajah Yongki ditemukan mati oleh salah seorang Mahout (pawang gajah) yang kala itu bermaksud memeriksa Gajah flying squad lainnya bernama Karnangin. Gajah Yongki ketika ditemukan dalam keadaan tergeletak dengan posisi kepala miring ke kanan. Tidak ada tanda-tanda perlawanan dari gajah, tidak ada semak atau pohon yang rusak, rantai gajah masih melekat pada kedua kaki gajah Yongki.
Setelah Yongki diketahui mati, Tim TNBBS bersama mahout melakukan penyisiran di sekitar lokasi kejadian sejauh radius 300 meter, namun tidak berhasil menemukan tanda-tanda yang memberi petunjuk penyebab kematian Yongki. Selanjutnya, Tim TN BBS bersama Tim LSM melanjutkan pelacakan dan juga melakukan otopsi pada bangkai Gajah Yongki. Observasi awal mengindikasikan gading dipotong menggunakan gergaji, lidah tidak berbuih, hanya terdapat luka sedikit dan kondisi lingkungan tidak nampak tanda-tanda perlawanan.
Kejadian ini merupakan pukulan berat bagi upaya pelestarian gajah di Sumatera. Menanggapi kejadian ini, Anwar Purwoto, Direktur Sumatra – Kalimantan WWF Indonesia mengatakan, “Upaya investigasi yang menyeluruh sangat mendesak dilakukan oleh pihak berwenang untuk bisa mengidentifikasi dan menjerat pelakunya. Perlu juga dilakukan pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang.”
Sebagai upaya penyelidikan lebih lanjut kematian Gajah Yongki, sekitar 10 spesimen telah diambil dari lokasi kejadian dan dikirim ke Puslabfor POLRI dan laboratorium IPB. Hasil pemeriksaan awal yang dilakukan oleh dokter hewan mengindikasikan kematian gajah kemungkinan disebabkan oleh racun atau bius. Bangkai Gajah Yongki saat ini sudah dibakar untuk menghindari kemungkinan penyebaran penyakit atas rekomendasi dokter hewan.