GAJAH SUMATERA MATI LAGI
Oleh: Syamsidar
Berita sedih datang lagi dari Tesso Nilo; di pertengahan Februari 2014 yang lalu, tujuh kerangka gajah ditemukan sekaligus dalam konsesi RAPP (Kelompok APRIL) yang lokasinya berdekatan langsung dengan Taman Nasional Tesso Nilo. Ketujuh kerangka gajah yang terdiri dari satu jantan dewasa, enam anak gajah jantan, dan satu gajah betina dewasa diduga telah matti lebih dari satu bulan.
Berdasarkan hasil survei lapangan, diasumsikan bahwa gajah tersebut mati diracun. Tim survei WWF-Indonesia menemukan bungkus plastik deterjen dekat kerangka yang diperkirakan digunakan oleh para perambah sebagai alat untuk meracuni gajah-gajah tersebut. Tanda-tanda penggunaan alat-alat tajam untuk memotong gading terlihat di salah satu kerangka. Jumlah gajah yang mati di hutan Tesso Nilo meningkat secara signifikan dalam waktu tiga tahun ini dan terkait erat dengan perambahan besar-besaran di kawasan taman nasional dan sekitar konsesi. Namun tak satu pun dari kasus-kasus ini dibawa ke pengadilan.
Kurangnya komitmen dari para pihak berwenang dalam menegakkan hukum terhadap kasus kematian gajah adalah faktor utama terulangnya kematian gajah karena tidak ada efek jera atau hukuman terhadap para pemburu. Kurangnya keterampilan tim peneliti dari pemerintah dalam melakukan investigasi dan proses penegakan hukum telah menyebabkan penanganan yang lambat untuk setiap kasus kematian gajah.Selain itu, standar prosedur operasional untuk penanganan laporan mengenai kematian gajah belum tersedia. Situasi ini mungkin menyebabkan pihak otoritas tidak melakukan tindakan sesuai kebutuhan padahal WWF telah memfasilitasinya dengan mengumpulkan data di lapangan, akan tetapi yang sering terjadi adalah proses hanya berhenti di fase nekropsi/pembedahan mayat.
WWF-Indonesia telah mendorong Balai Taman Nasional untuk menyelidiki tujuh kasus kerangka gajah ini. Untuk menghindari hal-hal yang tak terduga terjadi seperti hilangnya bukti-bukti, pihak otoritas telah membawa semua kerangka dari lapangan ke kantor mereka namun penyelidikan berjalan lambat dan tampaknya tidak ada kemajuan. Sementara itu, tiga kerangka gajah lain ditemukan pada akhir Maret di tanggal yang berbeda. Tim WWF berasumsi bahwa tiga kerangka yang terakhir ini ditemukan adalah bagian dari kelompok tujuh kerangka Gajah yang ditemukan sebulan sebelumnya. Informasi yang didapat dari tiga kerangka lain yang diterima dari RAPP akhir-akhir ini dan berdasarkan hasil survei lapangan, diasumsikan bahwa kerangka ini berasal dari dua gajah jantan dan satu tidak diketahui. Beberapa bagian kerangka hilang sehingga sulit untuk mengidentifikasi jenis kelamin.
Media telah memberitakan banyak cerita mengenai kematian gajah terulang di Riau, terutama temuan tujuh kerangka gajah untuk mendapatkan perhatian publik pada hal ini. Namun pemerintah masih bekerja perlahan-lahan untuk menyelidiki kasus ini terlebih untuk penegakan hukumnya. Jika tidak ada tekanan lain, kita dapat menemukan hal ini berakhir sama dengan kasus gajah lain yang tidak memiliki hukum penegakan hukum.