FORUM DIALOG BUDIDAYA UDANG, ”SHAD” GELAR KONSULTASI PUBLIK TAHAP PERTAMA
Oleh: Masayu Yulien Vinanda
Jakarta (09/03)-Forum dialog budidaya udang atau Shrimp Aquacultre Dialogue (ShAD) menggelar pertemuan tahap pertama dalam rangkaian konsultasi publiknya di Hotel Gran Melia, Jakarta mulai Selasa (09/03) hingga Rabu (10/03). Pertemuan ini bertujuan untuk menyampaikan rancangan standar lingkungan dan sosial kepada masyarakat yang lebih luas mengenai budidaya udang lestari sehingga didapat masukan dalam rangka penyempurnaan draft tersebut.
Kegiatan ini melibatkan seluruh stakeholder industri udang meliputi pemerintah, perwakilan produsen, pengolahan, pemasaran, pembeli, LSM, akademisi, dan masyarakat luas yang berasal dari berbagai negara seperti Indonesia, USA, Belanda, Thailand, UK, India, Vietnam, Bangladesh, Kanada, Cina, dan lain-lain. Proses yang transparan dan inklusif menjadi elemen yang membedakan dialog ini dengan dialog lainnya. Publik dilibatkan secara penuh dalam proses perumusan standar budidaya udang yang menjadi output utama forum berskala internasional tersebut.
Sebelumnya, panitia perumusan standar budidaya udang lestari atau Global Steering Commitee (GSC) secara resmi telah membuka public comment sejak 1 Maret lalu. Periode public comment tahap pertama akan dilangsungkan selama 60 hari. Selain mengundang pihak-pihak terkait untuk bertemu muka membahas rancangan standar budidaya udang, GSC juga memberi kesempatan secara luas kepada publik untuk memberikan masukannya via website ShAD.
”Salah satu problematika dibalik budidaya udang ini adalah belum adanya diskusi atau forum yang multistakeholder. Dialog yang sebelumnya dilakukan hanya melibatkan pihak swasta dan pemerintah saja. Yang kami inginkan dari ShAD adalah melibatkan sebanyak-banyaknya stakeholder termasuk juga masyarakat luas dalam proses perumusan standar budidaya udang ini,” jelas anggota GSC Leo van Mulekom.
Leo juga menambahkan, setelah periode public comment selama 60 hari selesai, timnya akan mengkategorisasikan input yang telah didapat sebagai acuan dalam melakukan revisi dan pengembangan rancangan. Sebelum dipublikasikan, periode public comment tahap lanjutan akan dibuka untuk memberi kesempatan terakhir kepada publik untuk kembali memberikan masukan terhadap rancangan tersebut. Standar budidaya udang final rencananya akan selesai pada akhir tahun 2010.
WWF-Indonesia yang memfasilitasi forum dialog tersebut menyatakan komitmennya untuk mendukung penuh proses menuju budidaya udang lestari. ”Sebagai salah satu inisiator ShAD, WWF tentunya terlibat penuh dalam insiasi ASC ini atau Aquaculture Stewardhsip Council. Sementara untuk WWF-Indonesia, kita senantiasa akan mengawal proses ini mengingat Indonesia merupakan negara ketiga terbesar di dunia sebagai pengeskpor udang ke pasar Eropa dan Amerika. Sudah saatnya seluruh produk yang dihasilkan Indonesia mampu memenuhi standar lingkungan dan sosial,” jelas Koordinator Program Akuakultur WWF-Indonesia Cut Desyana.
Lebih lanjut lagi, Cut juga mengungkapkan dengan diadakannya ShAD meeting di Indonesia, seluruh stakeholder Indonesia dapat ikut memberikan masukan dan mereview rancangan standar budidaya udang yang telah diperkenalkan tim ShAD. Standar ini nantinya diharapkan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak dalam mengukur dampak negatif budidaya udang terhadap lingkungan dan sosial.