FIELD FARMER DAY
Oleh: Iwan Kurniawan
Sejak awal tahun 2009, WWF bersama Yayasan Dana Mitra Lingkungan (DML) membantu petani pada 7 desa di Buffer Zone TNBBS, menerapkan pertanian yang berkelanjutan untuk 2 komoditi utama di daerah ini yaitu kopi dan coklat. Kegiatan ini didukung oleh kerjasama antara WWF-Italy dan Lavazza serta WWF-US dan Kraft Foods, Inc. Ketujuah desa tersebut adalah Sedayu, Sukaraja, Way Asahan, Tampang Tua, dan Tampang Muda di Kabupaten Tanggamus serta Desa Pardasuka dan Suka Marga di Kabupaten Lampung Barat. Kemudian untuk memperkuat kegiatan di lapangan, Bulan April 2009 kita juga bekerja sama dengan Yayasan PANSU (Yayasan Pertanian Alternatif Nusantara-Sumatera Utara), yang berpengalaman memfasilitasi pembentukan sekolah lapang yang disebut dengan Field Farmer School (FFS).
Sejak Bulan Juni 2009, kita telah mendirikan 6 FFS, masing-masingnya terdiri dari 30 petani, sehingga jumlah total petani yang terlibat dari 7 desa adalah 180 petani. FFS ini berjalan selama 6 bulan sampai Bulan Desember 2009. Pada akhir kegiatan FFS, tanggal 7 – 9 Desember 2009 diadakanlah pertemuan petani peserta FFS yang disebut “Temu Tani atau Field Farmer Day”. Kegiatan ini merupakan puncak acara Field Farmer School (FFS). Kegiatan ini mempertemukan wakil-wakil terbaik dari masing-masing FFS. Field Farmer Day diikuti oleh 50 peserta yang mewakili 6 FFS. Pertemuan ini diadakan di Desa Way Asahan Kecamatan Pematang Sawa Kabupaten Tanggamus.
FFS yang diselenggarakan selama 6 bulan ini, telah memberikan pengetahuan dasar kepada petani mengenai praktek-praktek petanian berkelanjutan. Praktek-praktek yang mendorong pengurangan penggunaan bahan kimia. Membuat sendiri pupuk, pestisida, dan herbisida natural dengan memanfaatkan bahan-bahan yang terdapat di daerah mereka sendiri. Sehingga biaya produksi berkurang. Selain itu petani dibuka wawasannya untuk memahami eksosistem, sehingga memahami siklus hama dan penyakit. Serta memperkenalkan metoda yang lebih baik dalam pemanenan dan pasca panen sehingga mendapatkan mutu terbaik.
Pertemuan ini menjadi ajang tukar pengalaman antar peserta FFS.Mereka mendemonstrasikan keahlian yang telah didapatkan selama FFS seperti pemangkasan, sambung samping, membuat pupuk organik cair, menemu-kenali hama PBK, dan sanitasi kebun. Pada acara ini juga dipamerkan berbagai hal yang dibuat selama FFS seperti Pupuk Organic Cair (POC), Mikro organisme Lokal (MoL), perangsang buah, perangsang akar, dan kompos Kemudian mereka juga melakukan uji nutrisi terhadap berbagai bahan yang sudah dibuat oleh peserta tersebut.
Field Farmers Day ini juga menjadi media bagi peserta untuk merencanakan kegiatan tindak lanjut setelah FFS berakhir. Secara umum para peserta menginginkan agar diselenggarakan FFS lanjutan, khususnya bagi anggota kelompok tani yang belum berkesempatan mengikuti FFS. Pelatih atau fasilitator bagi FFS lanjutan ini adalah dari peserta FFS saat ini. Untuk itu WWF, bersama Yayasan PANSU dan DML merencanakan mengadakan pelatihan bagi calon petani pelatih (ToT). Peserta ToT dipilih dari peserta FFS saat ini yang terbaik. ToT ini akan memberikan pemahaman yang lebih dalam dan fokus mengenai materi yang didapatkan pada FFS. Diharapkan dari ToT ini kita akan memiliki tenaga-tenaga fasilitator untuk memperluas dan memperbanyak pendirian FFS pada petani dan desa yang lain di buffer zone TNBBS di masa datang.
Pada Field Farmers Day ini terungkap bahwa kegiatan FFS yang sudah dilakukan ini telah memberikan pesan moral yang sangat dalam, bukan hanya bagi peserta FFS tetapi juga bagi petani yang lain yang tidak mengikuti FFS. Mereka mengakui sendiri, membuat pupuk dan menemukenali hama dan penyakit tanaman adalah hal yang selama ini tidak pernah terbayangkan. Mereka hanya tahu bagaimana menyemprot hama tersebut dengan pestisida. Beberapa petani masih menyimpan beberapa karung pupuk urea yang tidak jadi digunakan setelah bisa membuat sendiri pupuk kompos dan organic cair. FFS juga menjadi inspirasi bagi petani, tidak perlu lagi mengolah lahan dalam TNBBS. Mereka yakin dengan pengetahuan dan menerapkan pengelolaan lahan seperti yang diajarkan pada FFS. Hasil yang akan didapatkan dari lahan mereka yang di luar TNBBS sudah mencukupi.
Kontak :
Iwan Kurniawan(IKurniawan@wwf.or.id)
Nurman(nurman@yahoo.com)