GREENOMICS DATA DEPHUT TAK MASUK AKAL
Jakarta - Greenomics Indonesia mengecam keras data prediksi target penurunan pembalakan liar di Indonesia selama 2010-2020 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan terkait dengan program mitigasi perubahan iklim.
Alasannya, Kementerian Kehutanan memprediksi pada tahun 2010 kubikasi kayu dari hasil pembalakan liar sebesar 3.168 meter kubik, dan pada tahun 2020 turun menjadi 594 meter kubik. Sehingga, selama 2010-2020, kayu dari hasil pembalakan liar diprediksi hanya sebesar 17.226 meter kubik (lihat tabel).
Dari angka prediksi itu, berarti pembalakan liar di Indonesia selama 2010-2020 hanya terjadi di areal seluas 1 hektar per tahun per provinsi. Angka tersebut jelas tak masuk akal dan merupakan bentuk pembohongan publik.
Demikian pandangan Direktur Greenomics Indonesia Elfian Effendi menanggapi program mitigasi perubahan iklim yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan. ""Bayangkan saja, apakah masuk akal, jika selama 2010-2020 diprediksi akan terjadi 488 kasus pembalakan liar dengan kubikasi kayu 17.226 meter kubik? Artinya, jika pembalakan liar itu dilakukan dengan cara tebang pilih, maka jika mengacu pada data prediksi Kementerian Kehutanan tersebut, selama 2010-2020 aktivitas pembalakan liar hanya akan terjadi di areal seluas 1 hektar per tahun per provinsi di Indonesia. Angka ini jelas tak masuk akal,"" tegas Elfian di Jakarta, Senin.
Jika pembalakan liar itu dilakukan dengan cara konversi di areal hutanyangkon-disinya masih relatif baik, lanjut Elfian, maka jika mengacu pada data prediksi Kementerian Kehutanan tersebut, selama 2010-2020 pembalakan liar hanya bakal terjadi di areal seluas 0,2 hektar per tahun per provinsi. Data prediksi target penurunan pembalakan liar 2010-2020 yang dikeluarkan Kementerian Kehutanan tersebut memperlihatkan bahwa data pembalakan liar yang dimiliki Kementerian Kehutanan sangat lemah dan tidak faktual. ""Data Kementerian Kehutanan itu cermin dari tak akuratnya data kehutanan Indonesia,"" tandasnya.
Untuk itu, Greenomics Indonesia meminta Menteri Kehutanan untuk segera menarik data tersebut dan meminta maaf kepada publik. ""Data itu sangat memalukan, dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia dalam merespon target Presiden Yudhoyono untuk menurunkan emisi Indonesia sebesar 26% pada 2020, bahkan hingga 41% jika ada dukungan internasional,"" kecam Elfian.
Greenomics Indonesia juga mendesak Menteri Kehutanan untuk membuat program mitigasi perubahan iklim dari sektor kehutanan dan pemanfaatan lahan gambut dengan menggunakan data yang valid, terukur, faktual, akurat, dan kredibel. Kam