DISKUSI PERIKANAN DENGAN AJI DAN SEAFOOD SAVERS DI MEDAN
Oleh Novita Eka Syaputri
Sejak awal tahun 2014 ini, WWF-Indonesia dan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) menjalin kerja sama untuk menyelenggarakan program workshop bertajuk “Better Journalism for Better Environment” selama satu tahun di sepuluh kota di Indonesia. Program ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas jurnalis terkait isu-isu lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam serta pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
WWF-Indonesia yang diwakili oleh Margareth Meutia selaku Koordinator Seafood Savers menjadi pembicara dalam workshop di Medan minggu lalu. Pertemuan ini sendiri merupakan kali ketujuh workshop diselenggarakan. Isu yang dibahas kemarin mengenai “Perikanan Berkelanjutan: Memahami & Mendorongkan Perikanan Berkelanjutan di Indonesia”. Permasalahan dan contoh kasus yang sering dihadapi di perikanan tangkap dan budi daya pun dibeberkan, seperti IUU fishing, lahan mangrove yang semakin berkurang akibat maraknya tambak budi daya liar, dan setumpuk permasalahan lainnya. Selain itu, hadir juga perwakilan dari Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara (Ditjen P2HP - DKP Prov. Sumut), Lendriana Naibaho, A.Pi, M.Sc. dan perwakilan dari perusahan pengolahan perikanan tangkap.
Dalam sesi tanya jawab, lima belas peserta yang hadir cukup aktif melemparkan pertanyaan dan kritis seputar kondisi perikanan tangkap dan budi daya di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara. Salah seorang jurnalis dari Medan Bisnis berbagi sedikit cerita tentang kondisi perikanan kerapu tangkap di sekitar Jaring Halus, Langkat. Pada tahun 1970-an masih ada banyak jenis kerapu yang bisa ditangkap oleh nelayan, namun sekarang nelayan hanya mendapat satu jenis kerapu saja. Selain itu, ada juga pertanyaan tentang sertifikasi, terutama Aquaculture Stewardship Council (ASC) dan Marine Stewardship Council (MSC). Ibu Lena dari Ditjen P2HP pun menanggapi bahwa sertifikasi perikanan saat ini sangat dibutuhkan, apalagi sertifikasi ekolabel seperti ASC dan MSC, agar dapat diterima di pasar yang lebih luas, seperti Eropa dan Amerika.
Di akhir acara Margareth Meutia mengatakan bahwa banyak permasalahan di perikanan, baik tangkap maupun budi daya, yang tidak kunjung selesai dan berlarut-larut karena para pemegang kepentingan tidak cukup tahu dan tidak cukup mau untuk menyelesaikannya. Diperlukan kerja sama dan itikad baik dari semua pihak, tak hanya pemerintah dan pelaku industri perikanan, namun masyarakat, LSM, dan media pun harus mendukung usaha-usaha perbaikan perikanan yang dilakukan. Dengan adanya workshop dengan tema perikanan berkelanjutan ini, para jurnalis diharapkan dapat menghasilkan liputan yang komprehensif tentang perikanan di Indonesia, dan berita tentang perikanan pun dapat hadir lebih sering di media untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya praktik perikanan yang berkelanjutan.