DEMI PENGELOLAAN KERANG YANG LEBIH BAIK, KPI DAN WWF GELAR WORKSHOP DI SURABAYA
Oleh Windy Rizki
Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) didampingi WWF-Indonesia mengadakan konsultasi mengenai pengelolaan kerang pada Kamis (26/6) di Surabaya. Dengan mengundang penyuluh dari BKP3 “Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan” Sidoarjo, paranelayan, anggota Dinas Kelautan Perikanan (DKP) Surabaya, DKP Sidoarjo, serta para akademisi, konsultasi yang dikemas dalam bentuk lokakarya ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya pengelolaan perikanan berkelanjutan di Indonesia.
Lokakarya dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama adalah seminar bertajuk “Kondisi Perikanan Kerang di Sidoarjo dan Surabaya” yang dipaparkan oleh Kustiawan Tri P., M.Vet. dari Universitas Airlangga. Dalam sesinya, Kustiawan memaparkan hasil penelitian biologi, morfologi, ekologi, dan habitat kerang. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa kerang yang diambil oleh para nelayan kebanyakan masih berumur remaja, kurang dari 2 tahun sehingga belum sempat bereproduksi. Hal tersebut yang menyebabkan penurunan stok.
Sementara itu, menurut Kustiawan, kandungan merkuri dalam kerang yang kerap dikhawatirkan masyarakat sebenarnya masih dalam keadaan normal, namun kandungan kadmiumnya cukup tinggi. Perlu diketahui bahwa kadmium adalah sejenis unsur kimia berupa logam yang menyebabkan mual apabila dikonsumsi. Namun hal tersebut dapat diminimalisasi dengan merendam kerang dalam air bercampur jeruk/cuka dalam kondisi mentah.
Selain kandungan logam ukuran kerang di Kenjeran lebih besar dibandingkan dengan di Sedati. Hal tersebut disebabkan oleh penggunaan alat tangkap yang berbeda. Di Kenjeran, kerang ditangkap dengan menggunakan tangan sehingga pemilihan kerang lebih selektif dan tidak merusak biota lain, sedangkan di Sedati memakai alat bernama garuk yang berpotensi menangkap kerang remaja.
Sesi selanjutnya diteruskan dengan presentasi dari WWF-Indonesia mengenai status stok kerang-kerangan di Surabaya menggunakan metode PSA (Productivity Susceptibility Analysis). Hasil analisa PSA menunjukkan bahwa Kenjeran dan Sedati memiliki produktivitas yang tinggi, namun tingkat kerentanannya juga tinggi akibat pengambilan/penangkapan yang tidak selektif.
Setelah kedua pemaparan selesai, dilakukan diskusi dari kelompok yang telah dibagi sebelumnya. Diskusi yang bertujuan untuk mendiskusikan strategi pengelolaan kerang di Surabaya ini menghasilkan beberapa rekomendasi, antara lain pemberian penghargaan (insentif) kepada nelayan yang rajin mencatat logbook, pembuatan Peraturan Desa (PERDES) tentang pencatatan logbook, penegakan aturan mengenai penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan, pemberian sanksi kepada yang melanggar, serta pengelolaan lebih lanjut terhadap kerang (pengolahan limbah, diversifikasi, hingga pengurangan logam berat dan bakteri).
Hasil rekomendasi tersebut akan dikirim dan dikonsultasikan kepada nelayan dan para pemangku kepentingan. Rekomendasi tersebut diharapkan juga dapat menjadi sebuah aturan pengelolaan perikanan kerang di Sidoarjo dan Surabaya yang memiliki kekuatan hukum yang mengikat.