BERSAMA SIGNING BLUE, WAKATOBI DIVE TRIP AJAK WISATAWAN UNTUK RAMAH LINGKUNGAN
Mewujudkan sektor pariwisata bahari yang berkelanjutkan membutuhkan kolaborasi dari banyak pihak, tak hanya tugas pemerintah, masyarakat dan para pelaku wisata juga memiliki peranan yang sama pentingnya.
Di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, banyak pelaku industri wisata telah ikut terlibat aktif untuk mewujudkan pariwisata bahari berkelanjutan dengan menerapkan berbagai prinsip dan upaya pariwisata ramah lingkungan dan bertanggung jawab pada setiap aktivitas wisata. Salah satunya gencar dilakukan oleh “Wakatobi Dive Trip”, salah satu perusahaan dive operator yang berdiri sejak tahun 2009 dan bergerak menyediakan jasa penyelaman, snorkeling, wisata budaya, pertemuan, insentif, konferensi dan pameran.
Sosok di Balik Bisnis Ramah Lingkungan Wakatobi Dive Trip
Komitmen Wakatobi Dive Trip dalam hal pariwisata ramah lingkungan yang terus dilakukan hingga sekrang, tak lepas dari peran pendiri sekaligus direkturnya, yaitu Seto Ariyadi. Berbekal pengalaman sebagai fasilitator pendidikan lingkungan hidup di salah satu organisasi non-pemerintah, Seto membangun bisnis wisata bahari yang mendukung konservasi lingkungan.
Wakatobi Dive Trip memikili panduan untuk memberikan edukasi kepada wisatawan terkait hal-hal yang tidak boleh dilakukan ketika menyelam antara lain; tidak menyentuh, mengganggu, memindahkan objek apapun di dalam laut, tidak menginjak terumbu karang, tidak membuang jangkar di area terumbu karang dan tidak membuang sampah di laut. Harapannya dengan adanya edukasi tersebut mampu memberikan pemahaman dan kesadaran kepada wisatawan untuk selalu menjaga lingkungan dan bertanggung jawab terhadap sampah yang dibawa saat hendak melakukan aktivitas.
Sosok Seto banyak di kenal dikalangan penyelam nasional maupun di tingkat internasional berkat konsep usaha bisnis pariwisatanya yang ramah lingkungan. Ia juga mampu menarik wisatawan untuk berkunjung ke Wakatobi. Hal tersebut dibuktikan dengan keaktifannya di setiap pameran internasional seperti World Travel Market London tahun 2016, Bali and Beyond Travel Fair tahun 2016, Cina International Travel Market tahun 2017, Internationale Tourism Borse Berlin tahun 2019, dan Asian Tourism Forum di Kamboja tahun 2022.
Berkat pengalaman tersebut, pada 2017 Seto Aryadi berinisiatif mengembangkan Wakatobi Dive Trip bersama program Signing Blue sebuah inisiatif Yayasan WWF Indonesia yang dibentuk untuk mewadahi para pelaku wisata dan wisatawan untuk mewujudkan pariwisata bahari yang bertanggung jawab melalui Marine Tourism Improvement Program (MTIP).
Bagi Wakatobi Dive Trip, banyak dampak positif yang didapat dengan bergabung bersama Signing Blue. Baik dalam peningkatan standar pelayanan terhadap wisatawan, maupun dalam pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab.
Komitmen Membersihkan Laut dari Sampah Plastik
Wakatobi Dive Trip pun semakin terbiasa mengenalkan perilaku ramah lingkungan kepada wisatawan sejak tahun 2017. Dimulai dari hal-hal kecil seperti memastikan ikan yang di konsumsi saat berwisata bukan hasil bom maupun bius dan bukan jenis ikan yang di lindungi. Selain itu, Wakatobi Dive Trip juga menyediakan isi ulang air minum gratis yang mewajibkan wisatawan membawa tumbler/tempat minum dan membeli makanan ringan dari kios masyarakat lokal tanpa kemasan. Hal tersebut juga bermanfaat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Selain menyelam untuk menikmati keindahan bawah laut, wisatawan yang menggunakan jasa Wakatobi Dive Trip juga di berikan edukasi untuk menerapkan “LISA” (Lihat Sampah Ambil) kepada semua wisatawan dan karyawannya.
Bagi Wakatobi Dive Trip, menjaga kebersihan lingkungan laut dari sampah plastik adalah suatu hal sangat penting. Menjaga kebersihan laut bisa menumbuhkan minat wisatawan untuk kembali menyelam di spot dive yang sama. Hal tersebut karena keindahan bawah lautnya masih terawat dan tidak terkotori oleh pemandangan sampah plastik.
Sebagai dive operator yang berfokus di jasa penyelaman, tentu menjadi nilai plus bagi Wakatobi Dive Trip untuk tetap melakukan bersih sampah plastik yang menempel pada terumbu karang demi menjaga keberlangsungan bisnis dive operator. Sampah yang berhasil di kumpulkan selanjutnya dibawa ke darat untuk dibuang ke tempat sampah. Wakatobi Dive Trip juga aktif mengkampanyekan anti sampah di media sosial facebook, twitter, dan instagram.
Saat ini, sudah banyak wisatawan yang memilih dive operator yang menerapkan prinsip ramah lingkungan pada setiap aktivititas yang dilakukan. Secara tidak langsung, dengan memilih dive operator yang ramah lingkungan, wisatawan juga berkontribusi untuk menjaga kelestarian laut dan mampu menekan dampak kerusakan laut yang lebih luas akibat dampak pariwisata.
Salah satu wisatawan Wakatobi Dive Trip, Yuki Anggia, menyampaikan “Selain karena telah beroperasi belasan tahun, Wakatobi Dive Trip juga sudah bergabung di Signing Blue, dimana mereka terjamin dalam menerapkan prinsip wisata yang ramah lingkungan dan bertanggung jawab, seperti tidak ada penggunaan minuman kemasan dan makanan kemasan plastik.”
“Kami mendapatkan nilai plus dari mencantumkan logo Signing Blue di setiap media promosi maupun pameran yang di ikuti. Selain itu, Wakatobi Dive Trip selalu berkomitmen untuk mendukung upaya pariwisata berkelanjutan dan bertanggung jawab dalam mengurangi dampak kerusakan lingkungan yang dapat mencemari laut. Harapannya, Wakatobi Dive Trip bisa menjadi contoh bagi dive operator lain dalam menjaga kelestarian lingkungan laut,” ujar Seto.
Wakatobi Dive Trip Menuju Star Fish 3
Berdasarkan hasil MTIP Monitoring yang dilakukan oleh tim WWF-Indonesia, Wakatobi Dive Trip telah mengalami peningkatan rating sebagai pelaku wisata yang menerapkan standar pariwisata bahari keberlanjutan, yaitu dari star fish dari 1 menjadi 2.
Upaya untuk meningkatkan star fish Wakatobi Dive menjadi star fish 3, masih perlu melengkapi dokumen pada prinsip lingkungan seperti melakukan praktik atau penerapan pariwisata bertanggung jawab. Antara lain dokumen bukti yang menunjukkan nilai persentase Corporate Social Resposibility (CSR) terhadap revenue (0.6-1%), jumlah karyawan yang relevan menerima arahan/instruksi/pendidikan untuk mempraktikkan standar terbaik perlindungan satwa dan ekosistem laut, jumlah karyawan terkait (>50%) yang memahami langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat bertemu dengan satwa yang terluka/ terdampar/ terjerat/ tidak sengaja tertangkap saat beraktivitas wisata, data laporan ke pihak yang berwenang atas temuan pelanggaran yang di temukan di lapangan, >=50% karyawan memahami dan melaksanakan rencana tata kelola wilayah tujuan wisata yang bertanggungjawab, produk dan jenis seafood yang digunakan memenuhi minimal kriteria produk ramah lingkungan sesuai Seafood Guide, dokumentasi pelatihan kepada >= 50% karyawan agar konsisten mempraktikkan pengelolaan sampah dengan standar tinggi dan pedoman untuk meminimalisir dampak polusi suara dan cahaya serta udara.
Sementara itu, untuk dokumen yang perlu dilengkapi pada prinsip sosial-ekonomi-budaya seperti rasio karyawan (>=50%) yang dilatih/diberi instruksi menjadi pendamping pihak berkebutuhan khusus, dokumentasi media yang digunakan untuk promosi usaha lokal, dokumentasi program/kegiatan mendukung kewirausahaan masyarakat lokal dan dokumentasi kegiatan diskusi atau musyawarah. Sedangkan dokumen yang perlu dilengkapi pada prinsip efektif manajemen seperti Jumlah karyawan yang mampu memberikan pelayanan (sebanyak >=50% karyawan) dan daftar karyawan yang sudah dan sedang mendapatkan pelatihan.