REFLEKSI TIGA PULUH TAHUN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN INDONESIA
Jakarta (10/5) – Tiga puluh tahun upaya konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan beserta WWF-Indonesia dan Coastal and Ocean Journal (COJ) menyelenggarakan Simposium Nasional Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil pada tanggal 9-10 Mei 2017 di Gedung Mina Bahari IV, Jakarta. Pembelajaran serta hasil nyata dari pembentukan, manfaat dan strategi pengelolaan konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia menjadi pembahasan utama bersama para ahli dan praktisi.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menetapkan dan mengelola Kawasan Konservasi Perairan (KKP) seluas 20 juta ha pada tahun 2020. Kegiatan penangkapan ikan yang berlebih dan merusak, pencemaran dari DAS, pembangunan pesisir yang tidak terencana, dan perubahan iklim merupakan faktor ancaman bagi kesehatan ekosistem laut. Pengelolaan sebagian kecil kawasan perairan laut dalam sistem KKP diharapkan dapat melindungi habitat dan keanekaragaman hayati yang rusak untuk pulih kembali dan memberikan manfaat ekologi, sosial dan ekonomi secara berkesinambungan bagi masyarakat. “Hingga Desember 2016, luas kawasan yang telah dibentuk mencapai 17,98 juta hektar dengan total KKP mencapai 165 lokasi yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Namun diperkirakan kurang dari 15% KKP yang ada telah memenuhi target pengelolaannya”. Demikianlah disampaikan oleh Brahmantya Satyamuti Poerwadi, Dirjen Pengelolaan Ruang Laut, Jakarta (10/5).
Tingkat ancaman terhadap ekosistem dan laut Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara dan dapat menyebabkan kerugian hingga milyaran dolar . Sementara, data LIPI tahun 2016 mendeskripsikan bahwa hanya ada 5.32% dari seluruh wilayah terumbu karang di Indonesia yang masih dalam kondisi sangat baik dan lebih dari 30% yang dalam kondisi kurang baik. “Para ahli dan praktisi sepakat bahwa KKP merupakan salah satu solusi terbaikuntuk menekan ancaman terhadap ekosistem laut dan melindungi habitat penting untuk ikan memijah, tumbuh, berkembang dan mencari makan, sehingga masyarakat sekitar KKP mendapatkan manfaat dari perikanan yang sehat,” ujar Brahmantya kembali.
Dalam simposium ini, ada 7 orang pembicara kunci terkait kebijakan, cerita sukses, pembelajaran, dan pengelolaan wilayah konservasi perairan dan lebih dari 102 pemakalah dari akademisi, praktisi, dan institusi terkait memaparkan pembelajaran dari lapangan mengenai manfaat ekologi, sosial, ekonomi maupun budaya yang dirasakan oleh masyarakat sebagai dampak dari adanya KKP di wilayahnya. Studi kasus strategi pengelolaan dan status ekosistem pesisir di berbagai lokasi di Indonesia, dampak dari aktivitas manusia terhadap kondisi ekologi dan sosial serta dampak perubahan iklim terhadap kondisi ekologi juga menjadi tema pembahasan.
Wawan Ridwan, Direktur Program Coral Triangle WWF-Indonesia, yakin bahwa kondisi laut beserta sumber dayanya yang terus menurun dalam beberapa dekade terakhir dapat diperbaiki untuk kembali pada tingkat kelestarian yang mampu menopang kehidupan manusia. “Desain KKP yang berbasis keilmuan dan distribusi manfaat sosial serta ekonomi, dan implementasi pengelolaan KKP yang efektif merupakan faktor kunci untuk keberhasilan pengelolaan, karena dapat memberikan manfaat yang besar dengan biaya pengelolaan yang kecil,” jelasnya.
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh para pemangku kepentingan dan pengelola adalah membuat desain dan strategi pengelolaan KKP yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan secara seimbang, antara konservasi dengan pemanfaatan. Sebagai upaya dalam mendorongkan efektivitas pengelolaan KKP di Indonesia dan mentransformasi perikanan, WWF-Indonesia membangun kerangka kerja “KKP untuk perikanan berkelanjutan”. Kerangka kerja ini dibangun berdasarkan berbagai kajian ilmiah, pembelajaran serta cerita sukses WWF-Indonesia dalam upaya melindungi dan mengelola sumber daya laut di Indonesia. Oleh karena itu, kerangka kerja ini dapat diadopsi dan direplikasi di berbagai wilayah laut di Indonesia.
Pembelajaran yang diperkuat dengan berbagai terobosan ilmu pengetahuan serta tukar pendapat antar peneliti dalam kegiatan ini menghasilkan sebuah prosiding serta rekomendasi rencana aksi terhadap pengelolaan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Indonesia. Beberapa makalah terpilih juga akan diterbitkan dalam Coastal and Ocean Journal – Institut Pertanian Bogor.
-o0o-
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
- Anton Wijonarno, MPA for Fisheries Manager, WWF-Indonesia
Email: awijonarno@wwf.id, Hp: +62 811 910 970
- Dwi Aryo Tjiptohandono, Koordinator Kampanye Kelautan dan Perikanan, WWF-Indonesia
Email: daryo@wwf.id, Hp: +62 811 480 3343
- Bagian Kerja Sama, Humas dan Pelayanan Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut.
Email: humas.prl@kkp.go.id, Telp/Fax: (021) 3513300 ext 6117
Catatan untuk Editor:
• Simposium Nasional Konservasi Perairan dan Pulau-Pulau Kecil ini dihadiri lebih dari 50 peserta. Dari 217 makalah yang didaftarkan, sekitar 102 makalah yang dipresentasikan dalam 2 hari dengan 7 pembicara utama yang membahas 3 tema bahasan, yaitu pembentukan, manfaat dan strategi pengelolaan konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia. Kunjungi www.simnas2017.konservasi-perairan.org
• Materi presentasi dapat diunduh di http://simnas2017.konservasi-perairan.org/publikasi baik pemakalah maupun pembicara kunci.
• Pembicara utama dalam Simposium Nasional Konservasi Perairan dan Pulau-Pulau Kecil 2017 adalah:
- Dasril, S.Sos (Kepala Dinas Perikanan Kota Pariaman)
- Ahman Kurniawan (Kepala Balai Pengawasan dan Konservasi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Wilayah Selatan Pangumbahan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat)
- Prof. Peter Mumby (University of Queensland)
- Dr. Ir. Toni Ruchimat, M.Sc (Kepala Pusat Riset Perikanan, KemenKP)
- Wawan Ridwan (Direktur Program Coral Triangle- WWF-Indonesia)
- Brahmantya Satyamurti Poerwadi, S.T (Direktur Jenderal Perencanaan Ruang Laut, KemenKP)
- Udhi Eko Hernawan (Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)