AROY HARUN KISAH PENDIRI KOMUNITAS SADAR WISATA DI DESA PASANEA
Pantai dengan pasir putih banyak ditemukan di sepanjang pesisir di Provinsi Maluku, salah satunya terletak di Pulau Tujuh, pulau-pulau kecil yang berada tidak jauh dari Desa Pasanea, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah. Pulau Tujuh memiliki potensi wisata bahari yang indah, tingginya keanekaragaman hayati juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Hal, ini yang menggerakan Aroy Harun (35 tahun) seorang pemandu wisata dari Desa Pasanea untuk berkontribusi dalam menjaga keindahan yang Tuhan berikan.
Desa Pasanea juga termasuk salah satu desa yang ada di dalam Calon Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) Serutbar (Seram Utara dan Seram Utara Barat). Kawasan Konservasi ini telah dicadangkan oleh Gubernur Maluku dalam Surat Keputusan Nomor 329 tahun 2019. Sebagai pemuda asli Desa Pasanea, Aroy merasa resah melihat kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga ekosistem laut dan pantai yang ada di tempat mereka tinggal. Setiap hari Aroy masih sering menemukan masyarakat yang menjadikan laut dan pesisir pantai sebagai tempat sampah, padahal laut dan pantai yang menjadi sumber kehidupan bagi 1254 orang penduduk yang mayoritas bekerja sebagai nelayan.
Aroy yang sehari-hari bekerja mengantar wisatawan yang ingin berkunjung ke Pulau Tujuh, menjadi pelopor penggerak perubahan untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem laut dan pantai sebagai sumber kehidupan masyarakat, khususnya di Desa Pasanea.
Berangkat dari permasalahan yang tak kunjung usai, Aroy mulai mengambil tindakan, dengan melakukan pendekatan ke pemuda-pemuda yang ada di Desa Pasanea. Tak jarang cacian dan hinaan pun diterima oleh Aroy setiap harinya, bahkan Aroy pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan. Perahu fiber yang biasa ia gunakan untuk mengantar pengunjung wisata berkunjung ke Pulau Tujuh menjadi sasaran kekesalan pemuda setempat, tapi itu tidak mematahkan semangatnya untuk tetap terus berjuang mengajak para pemuda yang ada di Desa Pasanea untuk ikut andil dalam menjaga ekosistem laut.
”Hampir setiap hari beta ajak beta pung tamang par bercerita tentang pentingnya katong jaga laut dan pantai yang katong pung, agar tetap terjaga, tapi dong seng perduli apa yang beta bilang, malahan dong tinggal asyik main HP sa. (Hampir setiap hari saya ajak teman-teman saya untuk bercerita tentang pentingnya menjaga laut dan pantai yang kita punya agar tetap lestari, tetapi mereka tidak peduli, dan malah asik main HP),” ujar Aroy.
Berkat usaha Aroy, akhirnya pemuda di Desa Pasanea ikut serta membantu Aroy dalam upaya pelestarian laut dan membentuk Komunitas Darwis (Sadar Wisata). Upaya ini juga di dukung oleh WWF-Indonesia sebagai mitra pelaksana dari Proyek USAID Sustainable Ecosystems Advance (USAID SEA), sejak terbentuknya Komunitas Darwis, tim enumerator perikanan WWF memberikan pendampingan di setiap diskusi Komunitas Darwis, dan memberikan penyadartahuan tentang dampak yang ditimbulkan jika ekosistem laut dan pantai tidak dijaga.
Pada tanggal 27 Januari 2020, Aroy dan Komunitas Darwis memulai aksi pertama mereka yaitu aksi bersih laut dan pantai serta sosialisasi kepada masyarakat Desa Pasanea untuk tidak membuang sampah plastik ke laut maupun pantai. Kegiatan ini juga didukung oleh Polsek Pasanea, Kodim Patimura, Dinas Agama, dan Siswa-Siswi SMA 20 Seram Utara Barat. Aroy beserta Komunitas Darwis memasang papan himbauan yang menarik yang berisi informasi waktu yang dibutuhkan berbagai macam jenis sampah plastik hingga dapat terurai. Papan himbauan ini juga digunakan sebagai alat bantu sosialisasi kepada masyarakat dan siswa-siswi SMA Desa 20 Maluku. Komunitas Darwis juga mengadakan penanaman pohon kasuari di dekitar tempat wisata Pulau Tujuh, selain memperindah lokasi wisata penanaman ini ini juga berfungsi untuk guna mempertahankan ke asrian pulau dan menjaga ketersedian oksigen di sekitar pulau. Komunitas Darwis juga memanfaatkan sisa karung yang bisa di daur ulang sebagai tas belanja (totebag) untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, dan mengubah drum bekas pembuatan aspal menjadi tempat sampah yang ditempatkan di setiap sudut, bibir pantai Desa Pasanea agar masyarakat tidak membuang sampah ke laut maupun pesisir pantai.
Ini merupakan awalan yang baik yang dilakukan Aroy dan Komunitas Darwis guna memberikan pengaruh positif kepada masyarakat yang tinggal di Desa Pasanea. “Beta berharap aksi yang katong lakukan dapat terus diterima oleh masyarakat di tempat katong tinggal dan masyarakat semakin mengerti tentang pentingnya menjaga Ekosistem Laut dan Pantai, Kalo bukan katong siapa lagi. Mari basudara semua jaga katong pung laut dan pantai, (Saya berharap aksi yang kita lakukan dapat terus diterima oleh masyarakat di tempat kita tinggal dan masyarakat, semakin mengerti tentang pentingnya menjaga ekosistem laut dan pantai, kalua bukan kita siapa lagi. Mari saudara semua jaga laut dan pantai yang kita punya)” ujar Aroy.
Dengan terbentuknya Komunitas Darwis di Desa Pasanea, masyarakat jadi sangat terbuka untuk mendukung program konservasi seperti melindungi hewan laut dilindungi dan terancam punah agar tidak dimanfaatkan untuk dijual maupun dikonsumsi oleh masyarakat, tentang pelarangan penggunaan alat-alat penangkapan ikan yang merusak, dan mendukung pembentukan KKP3K Serutbar yang sedang berjalan. Saat ini, proses pembentukan KKP3K Serutbar sedang dalam tahap penyusunan dokumen Rencana dan Pengelolaan Zonasi (RPZ) untuk proses pengusulan penetapan yang ditargetkan selesai pada Juli 2020.