AKSI PENANAMAN 12.500 TERUMBU KARANG DALAM HILO GREEN ACTION: REVIVE THE REEF BERSAMA WWF-INDONESIA
Oleh: Shera Fanesha & Natalia Trita Agnika
Bertepatan dengan perayaan Hari Konservasi Alam Internasional pada Kamis (28/07) yang lalu, PT. Nutrifood Indonesia dibawah brand HiLo berkolaborasi dengan WWF-Indonesia menggelar Program HiLo Green Action : Revive The Reef di Perairan Pulau Badul, Taman Nasional Ujung Kulon. Program penanaman terumbu karang ini menjadi bentuk kepedulian dan komitmen HiLo terhadap ekosistem perairan di Indonesia. Sebanyak 12.500 terumbu karang ditanam untuk mendukung masyarakat Kampung Paniis, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang sebagai alternatif kegiatan warga agar mampu menjaga sekaligus memperbaiki ekosistem perairan di Ujung Kulon khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Sehari sebelumnya, telah digelar konferensi pers yang menghadirkan narasumber Angelique Dewi (Head of Green Committee HiLo), Anwar Purwoto (Direktur Program Sumatera dan Kalimantan WWF-Indonesia), Yuyun Kurniawan (Project Leader WWF-Indonesia program Ujung Kulon), serta Nadine Chandrawinata (Brand Ambassador Program HiLo Revive The Reef).
Dalam konferensi pers pada (27/07), Angelique Dewi, Head of Green Committee HiLo menjelaskan bahwa latar belakang HiLo melakukan kegiatan tersebut karena susu HiLo merupakan susu tinggi kalsium yang mengandung mineral organik alga merah yang berasal dari laut di wilayah Eropa Utara. “Karena kita sudah mendapatkan yang terbaik dari alam, HiLo sendiri ingin memberikan kontribusi balik untuk alam. Karena bahan baku utama HiLo adalah dari alga merah yang berasal dari laut maka kami fokus untuk melakukan kontribusi dan edukasi di wilayah kelautan,” jelasnya. Bersama WWF-Indonesia, HiLo ingin menginspirasi masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan, termasuk ajakan untuk dapat terlibat dalam program ini melalui pembelian produk HiLo, dimana sebagian hasil penjualan selama bulan Januari - Mei 2016 disisihkan untuk menanam 12.500 terumbu karang di Perairan Pulau Badul, Taman Nasional Ujung Kulon.
Nadine Chandrawinata, Brand Ambassador Program HiLo Revive The Reef yang sudah lama berkecimpung dalam kegiatan penyelamatan lingkungan menuturkan, “Terumbu karang harus dijaga karena menjadi rumah untuk ikan. Dampak (keberadaan terumbu karang) bagi manusia akan tinggi sekali, salah satunya untuk perputaran perekonomian di masyarakat. Pertama adalah untuk daya tarik (wisata). Kalau ada ikan dan terumbu karang ditambah dengan pantai yang bersih pasti akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pariwisata. Selain itu, (terumbu karang) juga menunjang berbagai bisnis terutama restoran dan sangat berguna untuk mengurangi abrasi.” Ia pun menambahkan bahwa masyarakat Indonesia harus bangga dan bersyukur karena tidak semua laut memiliki terumbu karang yang indah di dalamnya seperti laut Indonesia.
Hal senada juga disampaikan oleh Anwar Purwoto, Direktur Program Sumatera dan Kalimantan WWF-Indonesia. “Konservasi saat ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tapi juga tanggung jawab kita bersama. Karena itu siapapun yang bekerja untuk mendukung upaya ini akan kita dorong,” tegasnya.
Kegiatan penanaman terumbu karang yang dilakukan oleh WWF-Indonesia dan HiLo tersebut merupakan kegiatan yang berkelanjutan. Tak sekadar ditanam, WWF-Indonesia dan Kelompok Paniis Lestari yang beranggotakan masyarakat Kampung Paniis akan melakukan pemantauan dan perawatan terhadap terumbu karang yang ditanam untuk memastikan terumbu karang tersebut dapat tumbuh dengan baik. “Kami juga melakukan penandaan dan pemotretan untuk kemudian dilakukan “Geotag” pada kali pertama koloni karang diletakkan di laut sehingga memudahkan pemantauan melaui akses Google Earth, serta melakukan pengamanan kawasan terumbu karang,” jelas Yuyun Kurniawan, Project Leader WWF-Indonesia program Ujung Kulon.
Aksi penanaman terumbu karang yang dilakukan pada Kamis (28/07) melibatkan tim HiLo, para Green Leader, konsumen setia HiLo dari Superindo dan juga awak media yang didampingi oleh tim dari WWF-Indonesia dan Kelompok Paniis Lestari. Sebelum menuju Pulau Badul, para peserta mendapatkan penjelasan dari Toni Kortez, perwakilan dari Kelompok Paniis Lestari tentang cara penanaman karang. Jenis karang yang ditanam adalah Sarcophyton sp dan Nepthea sp, yaitu jenis karang lunak yang mempunyai laju pertumbuhan sangat cepat dan sebelumnya sudah ada di kawasan Pulau Badul. Seluruh peserta nampak sangat antusias mengikuti rangkaian kegiatan. Banyak yang bertanya tentang program tersebut serta berkeinginan untuk lebih berkontribusi dalam penanaman karang.
Karang-karang yang sudah diikat ke lempengan beton kemudian diletakkan pada rak-rak beton yang berada di kedalaman 3-5 meter di perairan sekitar Pulau Badul. Penggunaan rak beton sebagai media tanam juga memberikan kesempatan bagi karang alami untuk tumbuh pada rak itu. Setelah terumbu karang tumbuh, maka ikan-ikan akan tinggal dan berkembang biak di karang tersebut.