AFRI YONDRA BERHARAP MADU TESSO NILO DAPAT BERTAHAN
Afri Yondra pria berumur 29 tahun ini adalah seorang Community Organizer di WWF Program Riau. Ia bertanggung jawab untuk mendampingi petani madu di sekitar hutan Tesso Nilo yang bernaung dalam Asosiasi Petani Madu Tesso Nilo. Sebagai pendamping masyarakat ia memastikan para petani dapat menerapkan cara-cara pemanenan dan pemerosesan madu hutan Tesso Nilo secara lestari dan higenis.
Pria yang dilahirkan di Perhentian Luas, Kabupaten Kuantan Singingi, salah satu kabupaten dimana sebagian hutan Tesso Nilo terletak pada awalnya mengenal WWF dari teman sekampungnya yang telah sering berinteraksi dengan kegiatan WWF di lapangan. Ketika ada lowongan untuk staf pendamping masyarakat, ia pun mencoba dan berhasil lulus dan mulai bekerja sejak Mei 2009. Iyon panggilan akrab pemuda ini tidak pernah membayangkan akan banyak berinteraksi dengan masyarakat. Namun ilmu politik yang didapatnya selama menimba ilmu di Universitas Ekasakti, Padang, Sumatera Barat cukup membantu terlebih lagi dia memiliki kesamaan latar belakang budaya dengan petani atau masyarakat yang didampinginya.
Digigit lebah pada saat mendampingi petani memanen madu sudah beberapa kali dialaminya. “Pernah lebah menggigit pipi saya, waduh bengkaknya besar sekali sehingga perlu beberapa hari untuk kembali normal,” kata Yondra. Walaupun beberapa kali disengat lebah, tidak membuatnya takut untuk ikut melihat petani madu yang tergabung dalam Asosiasi Petani Madu Tesso Nilo memanen madu sambil memastikan petani menerapkan system pemanenan sesuai standar. Katanya, rasa madu Tesso Nilo yang manis dan enak membuatnya lupa akan sengatan lebah.
Yondra sangat senang ketika melihat pohon-pohon Sialang disarangi oleh lebah. Pohon Sialang adalah pohon yang dihinggapi oleh lebah hutan untuk membangun sarang madu. Jenis pohonnya sendiri bervariasi seperti Meranti, Kempas, Kedondong, dll. Satu pohon Sialang dapat dihinggapi 15 hingga 40 sarang madu dimana setiap sarang madunya dapat menghasilkan rataa-rata 20-30 kg madu.
“ Tapi saya sangat sedih melihat perambahan yang terjadi di Taman Nasional Tesso Nilo dan sekitarnya. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena perambahan akan berdampak pada ketersediaan madu, pembukaan lahan telah menyebabkan hilangnya beberapa pohon Sialang,” Kata Yondra.
Hilangnya pohon Sialang berarti berdampak pada menurunnya produksi madu yang berarti berkurangnya pendapatan masyarakat dari produk hutan non kayu. “Saya berharap perambahan di Tesso Nilo dapat ditangani dengan baik agar produksi madu dapat terus terjaga dan kesejahteraan masyarakat dapat terangkat seiring dengan meningkatnya nilai jual madu Tesso Nilo,” harap Yondra.