144 TUKIK PENYU SISIK DILEPAS DI KEI KECIL OLEH MASYARAKAT PESISIR, KUNCI UTAMA KONSERVASI
Oleh: Frederik Peter Alan Batkormbawa (Yamdena MPA Site Representative, WWF-Indonesia Inner Banda Arc Subseascape)
Langit biru dan terik matahari sore mengantarkan kami, WWF-Indonesia Inner Banda Arc Subseascape (IBAS) menuju Pulau Hoat, Kecamatan Manyeuw, Kabupaten Maluku Tenggara. Kabar dari Mama Ina, salah seorang nelayan rumput laut di Pulau Hoat, menjadi tujuan kami menyambangi pulau yang termasuk ke dalam Pulau Sepuluh Petuanan Ohoi Debut ini.
“Telur penyu sisik (Eretmochelys imbricata) sudah menetas di pantai kemarin, kami mau lepas ke laut hari ini. Jumlahnya 144 ekor tukik,” ujar Mama Ina di ujung telepon. Mama Ina dan Kelompok Nelayan Rumput Laut Hoat Indah sering menemukan penyu yang naik dan bertelur di Pulau Hoat. Tak heran, Pulau Hoat memang menjadi salah satu pantai peneluran (nesting area) di Kawasan Konservasi Perairan dan Pulau – Pulau Kecil, Pulau Kei Kecil, Pulau – Pulau dan Perairan Sekitarnya ini.
Tiba di Pulau Hoat, Mama Ina dan beberapa nelayan sudah menunggu kedatangan kami untuk berangkat ke tempat tukik – tukik tersebut menetas.. Kami menunggu matahari terbenam untuk melepaskan tukik – tukik ini. Sebagai hewan fototaksis positif yang bergerak mendekati sumber cahaya, tukik menggunakan cahaya matahari sebagai petunjuk arah ke laut. Matahari terbit dan terbenam adalah waktu terbaik untuk melepas tukik karena sedikitnya predator di waktu ini.
“Jika Mama menemukan telur penyu dalam sarang, dibiarkan saja jangan dipegang. Asal jaga – jaga saja awas ada predator,” terang Yulius, Marine Species Assisstant, WWF-Indonesia, berbagi informasi tentang monitoring dan handling tukik kepada Mama Ina dan beberapa nelayan.
“Untuk itu, biar aman tukiknya, bisa dikasih pelindung saja sarangnya,” tambahnya ditimpali anggukan Mama Ina tanda mengerti.
Saat matahari mulai membenamkan diri di salah satu pantai Pulau Hoat ini, kami pun melepaskan 144 tukik penyu sisik ke laut. “Apabila penyu naik dan bertelur lagi, Mama bisa lepaskan nanti sendiri, yang penting sudah mengerti caranya,” Yulius menambahkan di sela – sela kami menyaksikan tukik – tukik tersebut berlomba menuju air laut.
Mama Ina dan Kelompok Nelayan Rumput Laut di Pulau Hoat menjadi contoh masyarakat pesisir yang peduli konservasi, terutama spesies yang dilindungi seperti penyu. Kepulauan Kei menjadi salah satu feeding area dan jalur migrasi penyu menuju Papua dan Australia. Hal ini juga menjadi penyebab tingginya pemanfaatan daging dan karapas penyu di Kepulauan Kei, sebuah ancaman serius bagi kelestarian penyu.
Pembinaan dan pemberdayaan masyarakat tentang konservasi di kawasan pesisir dan pulau – pulau kecil menjadi penting mengingat tingginya intensitas mereka berinteraksi langsung dengan biota Endangered Threatened and Protected (ETP).
Pemberdayaan akan konservasi menjadikan masyarakat pesisir ujung tombak masa depan konservasi. Pemerintah dan penggiat konservasi perlu mendorong pemahaman lebih masyarakat pesisir tentang konservasi. Bahwa konservasi bukan melarang, tetapi mengajarkan masyarakat untuk peduli terhadap sumber daya alam, dan mengelolanya secara berkelanjutan demi generasi yang akan datang.