WWF SERUKAN PENGHENTIAN PERBURUAN HARIMAU PADA PERINGATAN “GLOBAL TIGER DAY”
Jakarta (29/07)-Saat dunia memperingati “Global Tiger Day” pada hari ini, kabar tentang kematian seekor harimau yang terjerat di Sumatera menjadi contoh ancaman besar terhadap satwa kharismatik tersebut.
Seekor harimau jantan muda terjerat selama lima hari sebelum ditemukan dan akhirnya mati karena luka berat yang dialaminya. Wilayah Sumatera bagian tengah, tempat harimau tersebut ditemukan memang tengah terancam kelestariannya akibat praktik perburuan dan pembukaan lahan. Di Sumatera, saat ini hanya tersisa sekitar 400 individu harimau sumatera di alam liar.
Insiden ini terjadi delapan bulan setelah pertemuan tingkat tinggi yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri Federasi Russia Vladimir Putin yang mempertemukan para pemimpin dunia dari 13 negara habitat harimau, sejumlah LSM internasional, dan ahli-ahli konservasi. Pada pertemuan itu, para pihak menyusun rencana kolektif untuk menyelamatkan spesies langka itu.
Dalam konferensi tersebut Pemerintah Indonesia menyampaikan komitmennya terhadap perlindungan enam lanskap prioritas perlindungan harimau Sumatera, termasuk lanskap Bukit Tigapuluh. Komitmen tersebut merupakan dukungan terhadap inisiatif global dalam upaya menduakalilipatkan populasi harimau dunia pada 2022.
“Perburuan jelas merupakan ancaman besar terhadap harimau yang semakin meningkat,” ujar Sunarto, Koordinator Program Harimau WWF-Indonesia. “Dalam rangka Global Tiger Day, kami menghimbau pemerintah dan pemimpin dunia untuk menghormati komitmen mereka pada konferensi tingkat tinggi yang lalu dan mengambil langkah tegas untuk menangkap para pemburu harimau.”
Hari ini, WWF-Indonesia bersama Tiger Alive Initiative meluncurkan sebuah video yang mengisahkan tentang Karmila Parakkasi, peneliti harimau WWF yang bekerja di wilayah lansekap Sumatera bagian tengah. Kamera jebak yang dipasang oleh tim riset tersebut mencuri perhatian dunia saat mereka mendapatkan video dan gambar dua keluarga harimau di lansekap Bukit Tigapuluh yang juga terancam oleh pembukaan lahan untuk industri bubur kertas, kelapa sawit dan perambahan.
Saatnya belajar dari India
Pada hari Kamis lalu, pemerintah India mengeluarkan hasil akhir penghitungan populasi harimau di negara tersebut yang dilakukan pada tahun 2010. Sebuah fakta menggembirakan pun terkuak. Populasi harimau India (bengal tiger) meningkat sebanyak 20 persen dari sensus tahun 2006 menjadi 1,706 individu.
“Hasil sensus ini merupakan contoh nyata bagaimana sebuah upaya multipihak untuk perlindungan harimau mampu membuahkan hasil yang baik. Berkat komitmen pemerintah yang pantang menyerah, serta partisipasi aktif para mitra dan masyarakat sipil, perburuan dapat dikurangi dan harimau dapat bertahan hidup,” tambah Michael Baltzer, Pimpinan Tiger Alive Initiative WWF Internasional. “Jika salah satu dari elemen vital tersebut hilang, harimau akan terus diburu.”