WWF-INDONESIA SEGERA REFORESTASI HUTAN MANGROVE DI PESISIR BALI
Oleh: Ciptanti Putri
Bisnis pariwisata berkembang pesat di semua pelosok Bali. Hotel, penginapan, resort, serta beragam pusat kegiatan pariwisata tumbuh dalam rangka mengakomodir tingginya kedatangan turis domestik dan manca negara. Pembangunan terjadi di seluruh pelosok wilayah, menyisakan kerentanan atas kelestarian alam di Pulau Dewata tersebut.
Hutan mangrove sebagai salah satu wilayah penunjang bagi daerah pesisir juga ikut terkikis akibat eksploitasi, alih fungsi lahan, dan pengembangan pariwisata massal yang tidak memperhatikan aspek-aspek lingkungan dan daya dukung lingkungan setempat. Padahal, keberadaan hutan mangrove menjadi garda pelindung garis pantai dan menjaganya dari erosi maupun kerusakan yang disebabkan oleh ombak atau angin. Mangrove dalam sistem ekologi berperan sebagai pemasok bahan organik yang menjaga kestabilan produksi ikan, udang, kepiting, dan lain-lain. Selain itu, hutan mangrove dapat menjadi sumber produk-produk kayu dan non-kayu yang bisa menjadi sumber pendapatan alternatif bagi masyarakat setempat.
Luasan hutan di Bali pada saat ini hanya mencakup 23%--termasuk kawasan hutan Mangrove; tentunya fakta ini cukup mengkhawatirkan. Menurut catatan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng, dari 278 hektar luas hutan mangrove Buleleng yang berada di luar Taman Nasional Bali Barat, 98 hektar di antaranya dalam kondisi rusak parah.
Kondisi dan permasalahan hutan mangrove di Bali serta kebijakan dari pemerintah Provinsi Bali untuk menambah luasan kawasan hutan menjadi 30% mendorong WWF-Indonesia bersama dengan mitra-mitra kerja untuk mengajak para pihak yang peduli dengan kelestarian alam untuk merestorasi hutan mangrove di pesisir pantai Bali. Di tahap awal, WWF-Indonesia akan mengkonsentrasikan kegiatan di salah satu lokasi sebaran mangrove Bali, yakni di Sumberkima, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali Utara. Intervensi program ini menurut rencana akan menggabungkan program konservasi dalam bentuk restorasi hutan mangrove dan pengembangan budidaya kepiting bakau dalam keramba untuk dikembangkan oleh masyarakat pesisir di Desa Sumberkima. Seluruh pengerjaan dan pengelolaan proyek yang akan dimulai pada 26 September 2014 ini pun sepenuhnya melibatkan kelompok-kelompok tani yang sudah ada di sana. Dengan pola seperti itu diharapkan aspek konservasi, aspek ketahanan ekologi, serta aspek ekonomi yang menyejahterakan masyarakat dapat tercapai.
Dalam melakukan kegiatan reforestasi hutan mangrove dan pemberdayaan masyarakat ini, dukungan dari masyarakat luas sangat dibutuhkan guna menjamin keberhasilan program. Dukungan pendanaan dari korporasi maupun individual akan sangat berarti untuk menyelamatkan pesisir Bali Barat dari ancaman degradasi lahan. Untuk itu, WWF-Indonesia memiliki ""NEWTrees"" yang mewadahi aksi nyata dari korporasi. Sementara untuk individu, dapat melalui program ""MyBabyMangrove"". Lebih lanjut mengenai program reforestasi hutan mangrove di pesisir Bali dan cara untuk ikut berkontribusi secara nyata, silakan membuka tautan http://wwf.or.id/mybabytree, atau hubungi corporatepartnership@wwf.or.id