WWF DAN NU KUKUHKAN KERJASAMA HADAPI PERUBAHAN IKLIM
"Jakarta,  Indonesia – Dalam KTT Perubahan  Iklim baru lalu di Cancun, Meksiko, yang menghasilkan Cancun Agreement,  secara jelas disebutkan bahwa kegiatan adaptasi harus mendapat prioritas  yang  sama dengan kegiatan mitigasi. Bersamaan dengan komitmen mitigasi  Indonesia yang disebutkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yaitu  menurunkan 26% emisi Gas Rumah Kaca dari “Business as Usual” hingga  2020, Indonesia diharapkan dapat juga menghasilkan  Strategi Adaptasi Nasional Perubahan Iklim.
 
Mendukung  kesepakatan dan komitmen pemerintah RI tersebut, WWF-Indonesia dan  Nahdlatul Ulama (NU) sepakat menandatangani Memorandum of Understanding  (MoU) sekaligus  meluncurkan buku “Jalan Terbaik Masyarakat dalam Menghadapi Perubahan  Iklim: Perspektif Islam dalam Adaptasi Perubahan Iklim” hari ini.
 
“MoU ini  menggabungkan dua nilai kekuatan masing-masing organisasi yaitu  konservasi lingkungan hidup,  dan pendekatan relijius dan  budaya dalam rangka menjaga  kelestarian planet bumi yang kita huni,” ungkap DR  Efransjah, CEO WWF-Indonesia.
 
DR Efransjah menambahkan,  “Kami yakin jaringan pesantren, sekolah dan kelengkapan organisasi NU  lainnya, akan mampu menjadi komponen penting dalam usaha konsisten kami  menumbuhkan  dan meningkatkan kepedulian masyarakat untuk menjaga kelestarian  lingkungan dan keanekaragaman hayati Indonesia. Tentunya kami juga  berharap seluruh warga NU akan merasakan manfaat dari kegiatan bersama  yang nantinya akan dilakukan oleh WWF-Indonesia dan NU.”
 
“Peluncuran  buku merupakan salah satu bentuk perhatian dan keseriusan NU terhadap  masalah lingkungan, penanggulangan bencana, dan perubahan iklim, serta  masalah  kemanusiaan sebagai implikasi dari kerusakan lingkungan. NU telah  membentuk Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI NU)  sebagai pelaksana kebijakan dan program NU dalam bidang tersebut,” jelas  Prof. DR. KH. Said Aqil Siroj, MA., Ketua PBNU.
 
Dalam  proses diseminasinya, buku ini dapat menjadi referensi bagi para kiai,  santri, maupun umat NU, khususnya, dalam menghadapi dampak perubahan  iklim. Prof. DR.  KH. Said Aqil Siroj, MA. menekankan, “Selain memberikan gambaran  tentang perubahan iklim dan dampaknya, buku ini akan memperkaya  pengetahuan tentang bagaimana Islam memandang isu-isu lingkungan dan  perubahan iklim, serta sekelumit contoh aksi nyata adaptasi  perubahan iklim.”
 
Tentang  keterkaitan adaptasi perubahan iklim dan perspektif agama, Ir Avianto  Muhtadi, MM., Ketua LPBI NU, mengatakan, “ Memang tidak selamanya ‘pintu  agama’ mampu memainkan perannya, namun paling tidak apabila jalur-jalur  ilmu pengetahuan dan kesepakaan bersama menghadapi  hambatan, maka pendekatan agama dapat menjadi alat untuk mempengaruhi  jiwa setiap individu agar tidak merusak lingkungan dan justru  melestarikannya. Daya tahan ini lebih dibutuhkan masyarakat dan  ekosistem untuk menghadapi variabilitas iklim yang tak menentu  serta meningkatnya kemungkinan kejadian iklim ekstrim.”
 
Pembahas:
- Prof. (Hon) Ir. Rachmat Witoelar, Ketua DNPI – Dewan Nasional Perubahan Iklim RI
- Prof. Dr. KH. Artani Hasbi, Rais Syuriah PBNU (Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)
 
Penanggap:
- KH. Arwani Faishal, MA, Wakil Ketua PP Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama
- Nyoman Iswarayoga, Climate & Energy Program Director, WWF-Indonesia, niswarayoga@wwf.or.id, +62-812 106 8473/+62-811 128 4868
- Ir. Avianto Muhtadi, MM, Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim, Nahdlatul Ulama, aviantomm@yahoo.com, +62-856 102 9196
 
Moderator:
Brigitta  Isworo, Wartawan Editor Lingkungan dan IPTEK  Kompas
 
Media:
- Verena Puspawardani, Campaign Coordinator, Climate & Energy Program, WWF-Indonesia, vpuspawardani@wwf.or.id, +62-813 982 72 690
- Shintya Kurniawan, Media Relations, Marketing & Communications Division, WWF-Indonesia, skurniawan@wwf.or.id, +62-818 062 01160
 
Tentang WWF
WWF  merupakan LSM lingkungan terbesar di dunia yang terkenal karena misi  konservasinya.
Didirikan  di tahun 1961, WWF sudah beroperasi di lebih dari 100 negara, dengan  suporter tetap mencapai 5 juta orang. Misi WWF: Menghentikan  kerusakan lingkungan di bumi dan mengembalikannya ke kondisi semula,  serta membangun masa depan saat manusia dapat hidup secara harmonis  dengan alam. WWF-Indonesia mulai bekerja di  Indonesia sejak awal tahun 1960-an Tahun 1998, WWF-Indonesia berubah  status menjadi organisasi nasional dengan badan hukum Yayasan WWF  Indonesia. Saat ini,  WWF-Indonesia menerapkan pendekatan program yang lebih strategis di  bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Keanekaragaman Hayati, yang  meliputi: unsur kerjasama multi pihak, penanganan ecoregion/lanskap dengan mempertimbangkan  tata-ruang, serta kampanye kebijakan  dan penyadaran lingkungan di tingkat lokal maupun nasional.  WWF-Indonesia bekerja dengan tiga  program utama, yaitu Forest (hutan), Marine (laut), dan Climate and Energy (Iklim dan Energi).
 
Tentang LPBI NU
Nahdlatul  Ulama (NU) adalah organisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan di  Indonesia yang berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya. Dalam  menjalankan  kegiatannya, NU memiliki 4 (empat) sikap kemasyarakatan,y aitu tawasuth  dan i’tidal (sikap moderat dan adil), tasamuh (sikap toleransi),  tawazun (sikap yang seimbang atau keserasian hubugan), dan amar ma’ruf  nahi munkar (sikap mengajak berbuat kebaikan dan  mencegah perbuatan buruk/merusak). NU merupakan lembaga yang potensial  sebagai agen perubahan sosial, budaya, dan kebijakan di masyarakat. Jumlah warga NU tercatat  mencapai 60 juta orang yang tersebar di seluruh pelosok tanah air,  dengan berbagai status sosial dan profesi, seperti kyai, guru, nelayan,  petani, pedagang,  serta duduk di pemerintahan, baik yang menjabat sebagai eksekutif,  legislatif, dan yudikatif. Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan  Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) secara struktural merupakan lembaga  pelaksana kebijakan dan program Nahdlatul Ulama di  bidang perubahan iklim, penanggulangan bencana, dan pelestarian  lingkungan. Embrio lahirnya LPBI NU adalah CBDRM-NU (Community Based  Disaster Risk Management) yang berbentuk ad hoc di bawah PBNU. Sejak  tahun 2004, CBDRMNU menjadi pioneer dalam pengelolaan  risiko bencana, kedaruratan, dan rehabilitasi.LPBI NU telah  mengembangkan program manajemen resiko dan penanggulangan bencana,   penyehatan lingkungan, adaptasi perubahan iklim, dengan pelibatan  Sekolah/Madrasah, Pondok Pesantren (Islamic Boarding School),  dan masyarakat. Program pengembangan kapasitas dan pemberdayaan  masyarakat ini merupakan upaya NU untuk melakukan transformasi sosial  budaya agar masyarakat dan Pesantren meningkat  kapasitasnya dalam  mengurangi kerentaan, sebagai upaya untuk meningkatkan  kesejahteraan masyarakat di wilayahnya. Berdasarkan hal tersebut, LPBI  NU telah meformulasikan konsep dan strategi dengan mengedepankan potensi  yang dimilikinya melalui penguatan kapasitas kelembagaan dan  masyarakat.
 
       
 
 
 
