TUMBUHAN HIJAU DI LAUT BELUM TENTU RUMPUT LAUT
Oleh Agis Riyani
Seaweed dan seagrass sama-sama hidup di laut, namun keduanya adalah jenis tumbuhan yang berbeda. Memang jika diterjemahkan secara langsung, seagrass berarti rumput laut. Namun sebenarnya yang disebut dengan seagrass adalah lamun, yaitu tumbuhan berbunga yang menyerupai rumput yang tumbuh dan hidup di laut. Sementara rumput laut yang biasa kita kenal disebut dengan istilah seaweed. Berbeda dengan lamun, rumput laut merupakan jenis alga yang hidup mengapung atau menempel pada substrat dan memiliki kandungan zat warna yang berbeda-beda: hijau, merah, dan coklat.
Rumput laut banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan,termasuk agar-agar, jeli, es rumput laut, bahkan nori yang biasa terdapat pada masakan Jepang. Sedangkan sampai saat ini lamun tidak dimanfaatkan sebagai bahan konsumsi manusia.Sebenarnya rumput laut sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Selain digunakan untuk produk makanan, hasil olahan rumput laut juga banyak dipakai dalam dunia kosmetik dan obat-obatan. Di Indonesia sendiri, rumput laut yang dibudidayakan berasal dari jenis Gracilaria sp. yang memiliki kandungan agar-agar, dan Eucheuma sp atau yang saat ini diklasifikasikan sebagai Kappaphycus sp. yang memiliki kandungan karaginan. Zat karaginan biasa digunakan sebagai campuran komestik atau obat.
Walaupun sangat dekat dengan kehidupan kita, pasti masih banyak yang belum mengetahui asal-usul rumput laut di Indonesia. Menurut Bapak Jana Anggadiredja, salah satu peneliti budi daya rumput laut dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), rumput laut budi daya jenis Gracilaria sp. yang pertama kali beredar di Indonesia bibitnya didatangkan dari Chile. Namun rumput laut tersebut tidak berhasil beradaptasi di perairan Indonesia. BPPT kemudian mendomestikasi Gracilaria sp. dari daerah Lamongan dan Pacitan. Selanjutnya dengan bantuan LIPI, proses domestikasi juga dilakukan di beberapa daerah Indonesia, seperti Sumbawa, Takalar, Jeneponto, Sinjai, Bulukumba, Bone, Palopo, dan daerah pantai utara Jawa.
Jenis Eucheuma sp atau Kappaphycus sp. yang banyak dibudidayakan di Indonesia ada empat jenis, yaitu E. spinosum, E.denticulatum, E.cottonii, dan E. striatum. Jenis E. Spinosum dan E.denticulatum adalah rumput laut asli perairan Indonesia yang pertama kali ditemukan di perairan Pulau Samaringa, Sulawesi Selatan dan Teluk Maumere. Kedua jenis tersebut lalu di domestikasi di Bali. Sementara itu E.cottonii, dan E. Striatum berasal dari luar Indonesia. E.cottonii adalah hasil domestikasi dari Filipina yang dibawa ke Indonesia pada tahun 1983 oleh BBPT yang bekerja sama dengan CV Eucheuma (salah satu eksportir rumput laut). Jenis E. striatum masuk ke Indonesia pada tahun 1984 yang juga dibawa CV Eucheuma. Namun, pada tahun 1990-an Indonesia berhasil melakukan domestikasi E.cottonii.
Indonesia merupakan salah satu produsen rumput laut budi daya terbesar di dunia. Namun bukan berarti budi daya rumput laut tersebut bebas dari masalah. Penggunaan pestisida, serangan hama penyakit, hingga masalah kelestarian lingkungan masih menjadi momok bagi para pembudidaya. Ketahuilah tantangan dalam budi daya rumput laut di Indonesia pada artikel selanjutnya.