TIM #XPDCALORFLOTIM “LUKIS” EARTH HOUR DI ATAS KAPAL MENAMI
Oleh: Nisa Syahidah (Sunda Banda Seascape Communication & Campaign Assistant, WWF-Indonesia)
Tahun ini, pelaksanaan Ekspedisi Alor-Flores Timur kembali bertepatan dengan selebrasi Earth Hour. Mulai berlayar sejak Kamis lalu (23/3) dengan menggunakan kapal Floating Ranger Station (FRS) Menami, momen switch off Earth Hour kali ini bertepatan dengan hari ketiga tim ekspedisi mengarungi Suaka Alam Perairan (SAP) Selat Pantar dan Laut Sekitarnya untuk memantau kesehatan ekosistem terumbu karang. [Baca juga: “Earth Hour” di Kegelapan Flores Timur].
Di laut, kami mudah lupa pada hari. Tidak berbeda rasanya hari-hari di atas kapal, baik itu Senin atau Sabtu. Apalagi dengan rutinitas penyelaman yang begitu menyita perhatian. Mengawali pagi dengan senam dan mengakhirinya dengan rekapitulasi data penelitian.
Tapi kami mengingat tanggal, termasuk 25 Maret 2017. Karena di pagi hari, FRS Menami berlayar menuju wilayah selatan Alor dan memasuki Laut Sawu. Perairan itu memang dikenal dengan keganasan ombaknya. Malamnya – saat kapal berlabuh tak jauh dari perkampungan Desa Mademang dan gelombang laut yang cukup kencang membuat Menami bergoyang – kami mematikan beberapa lampu kapal yang tidak digunakan, sebagai bentuk partisipasi dalam gerakan global tahunan menghemat energi selama satu jam.
Ini bukan pertama kalinya lampu FRS Menami sengaja dimatikan untuk merayakan Earth Hour. Pada tahun 2014 silam, saat sedang melakukan ekspedis laut pertamanya di perairan Alor dan Flores Timur, tim juga melakukan hal ‘serupa namun tak sama’. Saat itu tim hanya menyalakan sejumlah lilin saat pemadaman lampu, sementara tahun ini kami melukis gelap dengan cahaya, atau light painting istilahnya, dengan menggunakan pendar layar telepon gengam untuk membentuk serangkaian kata.
“Kamu yang bikin gambar terumbu, ya!”
“Aduh, angka enamnya masih jelek, ulang lagi!”
“Aku maunya bikin ikan besar, yang ada matanya!”
Tidak mudah rupanya membuat tulisan “60+ Earth Hour #XPDCALORFLOTIM” yang sempurna dengan tambahan ornamen gambar ikan kecil; ikan besar; dan bentik, menggunakan cahaya. Fotografer kami, Irwan, pun sibuk memasang kameranya dalam mode enam detik untuk menjepret karya itu. Dalam keadaan gelap di geladak kapal, dia berulang kali mengambil gambar hingga semua personil bisa menghasilkan karya sesuai dengan yang diinginkan. Pada akhirnya, kami tertawa puas begitu Irwan tak lagi meminta kami membuat karya tersebut.
Kami semua paham, bahwa Earth Hour bukan hanya sekedar memadamkan lampu satu jam demi kelestarian bumi. Earth Hour merupakan sebuah simbol gaya hidup hijau yang mati-matian kami coba praktikkan di atas kapal ini. Mulai dari menghemat penggunaan listrik hingga membatasi pemakaian air tawar yang sangat terbatas di tengah lautan.
Semoga melalui aksi sederhana ini, upaya penghematan energi di atas kapal ini tetap melekat dan menjadi kebiasaan sehari-hari, baik sampai ekspedisi selesai maupun saat tim kembali ke lokasi masing-masing.
Salam #IniAksiku dari Tim #XPDCALORFLOTIM!