TAMBAHAN 120 KAMERA VIDEO OTOMATIS UNTUK PENGAMATAN BADAK JAWA DI UJUNG KULON
Jakarta (16/4/2012) – WWF dan International Rhino Foundation (IRF) menambah 120 kamera video otomatis untuk pengamatan dan pelestarian badak jawa (Rhinoceros sondaicus sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon. Tambahan 120 kamera video otomatis ini akan melengkapi kamera video otomatis yang telah dimiliki dan dioperasikan oleh Balai Taman Nasional Ujung Kulon.
Kebutuhan tambahan ini diketahui setelah Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon mempresentasikan hasil identifikasi Badak Jawa menggunakan kamera video otomatis oleh tim Rhino Observation Activity and Management (ROAM) Taman Nasional Ujung Kulon selama tahun 2011, dalam pertemuan IUCN AsRSG (Asian Rhino Specialist Group) di Cisarua pada tanggal 9 - 13 Maret 2012 yang lalu.
WWF telah bekerja bersama Balai Taman Nasional Ujung Kulon untuk melakukan pengamatan populasi Badak Jawa di Ujung Kulon dengan menggunakan kamera sejak dekade 1990-an. Pada saat itu penggunaan kamera untuk mengidentifikasi satwa liar, yakni terhadap Badak Jawa di Ujung Kulon, merupakan pertama kalinya di Indonesia. Sejak tahun 2008, peran kamera foto digantikan oleh video. Pada tahun 2011, Balai Taman Nasional Ujung Kulon secara resmi menggunakan kamera video otomatis sebagai alat untuk menghitung populasi Badak Jawa,dan berhasil mengidentifikasi 35 individu Badak Jawa yang terdiri dari 22 individu jantan dan 13 individu betina.
“Setelah badak jawa di Vietnam dinyatakan punah pada tahun 2011, populasi di Ujung Kulon menjadi benteng terakhir badak jawa di dunia. Penambahan kamera video otomatis ini diharapkan menjadi langkah penting memastikan kelangsungan keberadaan badak jawa,” kata Direktur IRF, Susie Ellis.
Adhi Hariyadi, Kordinator Program Konservasi Badak WWF-Indonesia menyebutkan bahwa penambahan kamera video otomatis ini akan menambah akurasi basis informasi Badak Jawa di Ujung Kulon. “Dipadu dengan monitoring berdasarkan DNA, rekaman video ini akan memberikan gambaran lebih utuh populasi badak jawa. Bahkan, perilaku badak pun dapat diteliti secara mendalam melalui rekaman video tersebut,” ujarnya menambahkan.
Moh. Haryono, Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon mengatakan “Dengan jumlah total 160-an kamera video otomatis yang dipasang serentak, tidak hanya informasi Badak Jawa yang akan diperoleh, tapi juga informasi tentang satwa lain. Bahkan, video tersebut dengan sendirinya akan menjadi alat monitoring aktivitas manusia di dalam habitat badak di Ujung Kulon. Keseluruhan itu akan menjadi modal penting bagi Balai Taman Nasional Ujung Kulon untuk meningkatkan populasi Badak Jawa di Ujung Kulon sejalan dengan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Badak Indonesia.”
Secara nasional, Kementerian Kehutanan telah menetapkan 14 spesies terancam punah sebagai target untuk ditingkatkan populasinya sebesar 3%. Peningkatan populasi spesies target ini akan dijadikan sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA) Kementarian Kehutanan. Untuk itu, Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) Ditjen PHKA Kementerian Kehutanan tengah menyiapkan Roadmap-nya sebagai panduan pencapaiannya secara sistematis sekaligus sebagai panduan bagi para pemangku kepentingan terkait (stakeholders) untuk berperan serta.
“Salah satu kegiatan pokok dalam pencapaian IKU adalah inventarisasi/monitoring populasi spesies target di lokasi yang ditetapkan (in situ). Dengan Badak Jawa telah dimasukkan sebagai salah satu dari 14 spesies target, hibah 120 kamera video otomatis ini akan membantu pencapaian kebijakan nasional peningkatan populasi 3% tersebut,” demikian Novianto Bambang Wawandono, Direktur KKH menambahkan.
#######
Catatan Editor
- Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) adalah salah satu spesies terlangka di dunia dengan perkiraan jumlah populasi kurang dari 60 individu. Pada awalnya, badak jawa terdiri atas 3 subspesies: Rhinoceros sondaicus inermis yang hidup di Myanmar, Rhinoceros sondaicus annamiticus yang hidup di Vietnam, dan Rhinoceros sondaicus sondaicus yang eksis di Taman Nasional Ujung Kulon. Badak Myanmar telah lebih dulu punah. Badak Vietnam dinyatakan punah tahun 2011. Dengan demikian, badak jawa hanya tersisa di TN Ujung Kulon.
- Taman Nasional Ujung Kulon merupakan satu dari 5 taman nasional pertama ditetapkan di Indonesia, yang ditetapkan melalui SK Menteri Kehutanan No. 284/Kpts-II/1992 tanggal 26 Februari 1992 dengan luas total 122.956 ha, yang terdiri atas daratan 78.619 ha dan laut 44.337 ha.
- WWF adalah salah satu lembaga konservasi terbesar di dunia dengan jaringan di lebih dari 100 negara di dunia. Konservasi badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon merupakan salah satu program lapangan pertama WWF di Indonesia sejak tahun 1962.
- IRF adalah organisasi donor konservasi badak yang berbasis di Amerika Serikat. Lembaga ini mendukung program-program konservasi badak di Afrika, India, Nepal, dan Indonesia.
- IUCN AsRSG adalah satu unit di dalam IUCN World Conservation Union, jaringan konservasi dunia. IUCN membawahkan berbagai unit, termasuk Species Survival Commission (SSC). AsRSG merupakan bagian dari SSC, yang memberikan rekomendasi-rekomendasi yang sangat mempengaruhi program konservasi badak di dunia.
Kontak:
- Novianto Bambang W, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Ditjen PHKA Kementerian Kehutanan, n.bambang_w@yahoo.com
- Moh. Haryono, Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon, moh_haryono@yahoo.co.id.
- Adhi Hariyadi, Kordinator Program Konservasi Badak WWF Indonesia, ahariyadi@wwf.or.id