SUATU SORE DI DESA MARITAING
Oleh: Mayawati NH (MyTrip Magazine)
Saat dari jauh dermaga mulai terlihat, Derta (Reef Check Indonesia) berteriak, “Ada pemancar! Berarti ada sinyal.” Kami semua, warga metropolitan yang tidak bisa lama-lama lepas dari sinyal telepon. Sontak kami berlarian mengambil ponsel masing-masing, mengecek pesan-pesan yang masuk padahal kami baru beberapa jam saja kehilangan ketika Kapal Menami telah jauh meninggalkan area perairan utara Pulau Alor.
Hari ketiga ekspedisi, kapal akhirnya merapat ke dermaga ini, Desa Maritaing, Alor Timur. Baru dua hari absen menginjak daratan, rasanya senang sekali mendaratkan kaki di daratan. Iya, saya memang senang dan betah tinggal di atas kapal, tapi bukan berarti tidak excited kalau bisa turun ke daratan dalam perjalanan LOB (Live-On-Board).
Tak jauh dari dermaga, tampak Pos TNI Angkatan Laut. Karena desa ini adalah desa terujung di Pulau Alor yang dipisahkan oleh Selat Ombai dengan Timor Leste, jadi terhitung desa perbatasan. Suasana pelabuhan dan pantai begitu tenang, hanya tampak beberapa warga lokal. “Kampung kami dekat saja dari sini,” kata Ina, satu bocah perempuan yang saya sapa, yang tengah berdiri di dermaga menonton Kapal Menami merapat.
Kami pun turun dari kapal, berjalan kaki menuju patung Jenderal Sudirman yang ada di depan pantai. Prakas (Reef Check Indonesia) menerbangkan drone-nya, merekam kami yang bepose sampai tidur-tiduran, sambil melambaikan tangan, dadah.
Pantai berbatu menjadi pilihan beberapa dari kami untuk duduk-duduk santai menikmati keramahan alam sore itu. Sedang asyik bersantai, tiba-tiba saat saya menoleh ke arah kanan, ada pelangi! Tapi pelanginya hanya sepotong, seperti rainbow cake, bukan berupa garis melengkung yang merangkul horison seperti pelangi pada umumnya. TIni justru unik karena Saya tidak pernah lihat pelangi setengah seperti ini.
Semburat warna oranye kemerahan di langit yang biru kegelapan menjelang malam datang sungguh memanjakan mata siapa pun yang melihatnya. Saya galau antara mau jeprat-jepret kamera terus, bikin video apalagi pas ada perahu nelayan lewat, atau memandanginya lama-lama dengan mata –lensa paling canggih ciptaan Tuhan.
Momen ini begitu cepat. Pelanginya perlahan lenyap, tinggal semburatnya yang juga cantik. Saya pun mengabadikan Menami dengan semburat langit menawan di atasnya. Nikmat mana lagi yang kau dustakan?